Bursa Asia Dibuka Anjlok Terseret Nasdaq yang Ambruk 2% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar Asia-Pasifik anjlok terdorong oleh indeks utama Wall Street yang anjlok pada perdagangan kemarin (17/7/2024).
Nikkei 225 Jepang turun lebih dari 2%, sedangkan Topix turun 1,13%. Kospi Korea Selatan merosot 1,27%, sedangkan saham kecil Kosdaq kehilangan 1,48%, dengan Samsung Electronics jatuh 1,5%.
Indeks utama Wall Street S&P500 dan Komposit Nasdaq ditutup melemah pada perdagangan Rabu (17/7/2024) karena saham-saham teknologi mulai dijual investor yang melakukan rotasi portofolio.
S&P 500 kehilangan 1,39% menjadi ditutup pada 5.588,27. Nasdaq yang padat teknologi turun 2,77% menjadi berakhir pada 17,996.92, mencatat sesi terburuk sejak Desember 2022 dan ditutup di bawah 18,000 untuk pertama kalinya sejak 1 Juli.
Khususnya, Platform Meta anjlok 5,7%, sementara perusahaan teknologi besar lainnya Netflix dan Microsoft turun lebih dari 1%. Saham Apple meluncur 2,5%.
Saham semikonduktor mengalami penurunan khususnya di sektor teknologi menyusul laporan bahwa pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan pembatasan perdagangan yang lebih ketat jika perusahaan terus memberikan akses kepada China terhadap teknologi buatan AS.
Sementara itu, Nasdaq telah merosot lebih dari 1% pada periode yang sama karena investor mengambil keuntungan dari saham-saham teknologi yang memperoleh keuntungan besar tahun ini.
Rotasi ini terjadi karena para pedagang menjadi lebih optimis terhadap penurunan suku bunga, yang akan menguntungkan perusahaan-perusahaan berkapitalisasi kecil dan perusahaan-perusahaan dengan biaya pendanaan lebih tinggi.
Perdagangan berjangka dana Fed menyiratkan kemungkinan 100% Federal Reserve akan menurunkan suku bunga pada bulan September, menurut alat CME FedWatch.
"Orang-orang sebenarnya hanya menjual sebagian saham-saham megacaps, mengambil sebagian keuntungan, dan membeli beberapa perusahaan yang lebih bersifat siklus," kata Mike Dickson, kepala penelitian dan strategi kuantitatif di Horizon Investments.
"Saya tidak akan terkejut melihat hal ini berlanjut hingga pendapatan."
Dicetak ulang dari cnbcindonesia, hak cipta isi berita dimiliki oleh pemilik asli
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.