Note

Kinerja sejumlah perusahaan big cap di bursa saham Indonesia sepanjang tahun ini kurang menggembirakan

· Views 29

Kinerja sejumlah perusahaan big cap di bursa saham Indonesia sepanjang tahun ini kurang menggembirakan. Sebanyak 20 perusahaan big cap terbesar mengalami penurunan harga saham yang signifikan, yakni PT Bayan Resources Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Astra International Tbk, PT Barito Pacific Tbk, dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk yang mengalami penurunan harga saham secara year to date. Penurunan suku bunga acuan BI menjadi 6% dan potensi penurunan suku bunga acuan The Fed diharapkan berdampak positif bagi pasar modal Indonesia, karena penurunan suku bunga dapat menurunkan suku bunga kredit dan menjaga konsumsi konsumen tetap tinggi. Meski dapat meningkatkan daya beli untuk semua jenis aset, sektor perbankan perlu berhati-hati menghadapi suku bunga rendah. Menurut Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Ezaridho Ibnutama, penurunan suku bunga dapat berdampak negatif terhadap kemampuan konsumen Indonesia dalam membayar utang dan mengakibatkan rasio pinjaman berisiko tinggi di masa mendatang. Penurunan suku bunga acuan ini dinilai menjadi sentimen positif bagi mayoritas sektor di pasar saham dan berpotensi meningkatkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saham-saham berkapitalisasi besar dan blue chip biasanya menjadi incaran para pelaku pasar, khususnya investor asing. Penurunan suku bunga acuan ini dapat menyebabkan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan big cap membaik, karena penurunan suku bunga dapat mendorong peningkatan permintaan kredit dan memberikan keringanan bagi perusahaan-perusahaan dengan utang berbunga mengambang. Pasca penurunan suku bunga acuan, investor dapat fokus pada saham-saham big cap atau yang valuasinya lebih rendah dibanding perusahaan sejenis. Investor direkomendasikan untuk membeli BBRI, ASII, dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp 6.000 per saham, Rp 5.400 per saham, dan Rp 3.400 per saham. Lebih lanjut, koreksi yang dialami TLKM, ASII, dan BRPT bukanlah berita buruk dan dapat dilihat sebagai diskon sehingga masih menarik bagi investor. Kinerja BRPT terkait dengan dinamika geopolitik global, sedangkan kinerja ASII bergantung pada penjualan mobil dan kinerja TLKM bergantung pada peningkatan permintaan telekomunikasi, khususnya internet pita lebar. Meski berpotensi, investor yang sudah memiliki saham di perusahaan-perusahaan ini disarankan untuk melakukan average down terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk terus memegang atau menambah posisi. Nafan juga merekomendasikan akumulatif beli untuk TLKM, BRPT, dan ASII dengan target harga terdekat masing-masing Rp 3.150 per saham, Rp 1.230 per saham, dan Rp 5.475 per saham.

Edited 20 Sep 2024, 12:16

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.