Note

Justin Lin Ajari Peserta BNI Investor Daily Summit Jadi ‘Pakar Ekonomi China’ dalam 10 Menit

· Views 16

Justin Lin Ajari Peserta BNI Investor Daily Summit Jadi ‘Pakar Ekonomi China’ dalam 10 Menit

Penulis : Heru Andriyanto

 9 Okt 2024 | 06:45 WIB

JAKARTA, investor.id - Profesor Justin Yifu Lin dari Peking University memberi kursus kilat tentang bagaimana menjadi pakar ekonomi China saat hadir sebagai pembicara di BNI Investor Daily Summit, Selasa (8/10/2024).

Justin menjadi kondang karena secara akurat pernah memprediksi kalau ekonomi China akan melampaui Amerika Serikat (AS). Prediksi itu dibuat 30 tahun silam, ketika China masih masuk kelompok negara miskin di dunia.

“Dalam buku saya ada prediksi bahwa China akan melampaui AS sebagai kekuatan ekonomi terbesar di dunia diukur dari paritas daya beli pada 2015 dan tidak ada yang percaya omongan saya. Yang terjadi kemudian adalah, China melampaui AS pada 2014, bahkan satu tahun lebih cepat dari prediksi saya,” ujar Justin.

Dia adalah satu-satunya ekonom yang berani membuat prediksi semacam itu.

“Dalam 30 tahun terakhir saya sering diundang untuk bicara dalam forum-forum seperti di sini. Pesan yang saya sampaikan selalu hal yang positif tentang China sehingga saya dituduh terlalu optimis. Namun, kalau kita tengok ke belakang, prediksi saya selalu benar,” kata Justin, yang berbagi panggung dengan Managing Director Bank Dunia Mari Elka Pangestu.

“Jadi, daripada membahas apa yang sedang terjadi di China sekarang atau tahun lalu, lebih baik saya sampaikan kenapa saya selalu benar dan saya ingin jadikan Anda pakar tentang China dalam 10 menit,” imbuh Justin, disambut tawa ratusan hadirin di Jakarta Convention Center.

Hal yang disampaikan Justin kemudian betul-betul membuka cakrawala baru tentang bagaimana memahami kinerja negara-negara yang bertekad mengejar ketertinggalan ekonomi seperti China. Ada tiga poin penting yang disampaikan Justin.

“Pertama, lihatlah aspirasi rakyat dan pemerintahnya. Sebagai contoh, Indonesia punya Visi Indonesia Emas 2045,” ujar Justin.

Ternyata, China lebih dulu menggaungkan tujuan serupa. “Kami malah punya dua cita-cita: menggandakan PDB dari level di tahun 2010 pada 2035 nanti. Berikutnya, menjadikan China sebagai negara maju dan modern pada 2049 atau perayaan satu abad berdirinya Republik Rakyat China,” papar Justin.

Kedua, setelah tujuan ditentukan, lihat potensi pertumbuhan ekonomi negara tersebut. China, seperti halnya Indonesia, sedang dalam tahap mengejar ketertinggalan (catch-up stage) sehingga potensi pertumbuhan masih sangat besar. Poin ketiga yang menjadi pertimbangan adalah bagaimana China mengidentifikasi masalah utama dan bagaimana mengatasinya. 

Ekonomi China

Justin kemudian membeberkan bagaimana tiga poin tersebut membantunya membuat analisis yang lebih akurat tentang masa depan ekonomi China.

China ingin menjadi negara modern seperti Jerman, Prancis, Inggris atau Jepang dan fakta sejarah menunjukkan adanya pola yang mirip. Pada 2019, PDB per kapita China dari segi paritas daya beli setara 22,6% PDB AS. PDB Jerman pada 1946 juga sekitar 23% dari Amerika, dan persentase PDB yang setara terjadi di Jepang pada 1956, dan di Korea Selatan pada 1985.

Tiga negara tersebut berhasil memangkas kesenjangan dari AS karena mencatat pertumbuhan PDB 8-9,6% per tahun dalam periode 16 tahun (1946-1962 di Jerman, 1956-1972 di Jepang, dan 1985-2001 di Korsel kecuali pada saat krisis finansial).

“Berkaca dari pengalaman sejarah ini, saya yakin PDB China mampu tumbuh rata-rata 8% dalam 16 tahun dihitung sejak 2019,” ungkap Justin.

Untuk menjadi negara maju dan modern pada 2049, Justin menegaskan, pertumbuhan PDB China harus 2,7 poin lebih tinggi dari pertumbuhan PDB AS. Pertumbuhan PDB Amerika sekarang sekitar 1,8% sehingga China harus menjaga pertumbuhan paling tidak 4,5% selama 30 tahun ke depan.

China, menurut Justin, punya tiga keunggulan yang tidak dimiliki negara-negara lain. Pertama, populasi sebesar 1,4 miliar orang memberi China pasokan talenta (talent pool) yang tiada habis seperti insinyur, ilmuwan, dan lainnya. Kedua, China punya pasar domestik terintegrasi yang teresar di dunia. Ketiga, China punya ekosistem manufaktur yang paling lengkap. Sebab, rantai pasok di China merupakan yang terbaik di dunia. 

Dia menconmtohkan produsen mobil listrik Tesla yang hanya memproduksi kurang dari 30.000 unit ketika masih beroperasi di AS saja hingga 2019. Setelah itu Tesla berekspansi ke China, memanfaatkan rantai pasok yang lengkap, dan produksinya naik pesat menjadi 480.000 mobil, jelasnya.

Namun, Justin mengakui bahwa AS masih merupakan negara terkuat di dunia di soal moneter, teknologi, keuangan, dan ideologi. Sayangnya, menurut Justin, AS mengadopsi kebijakan yang bertujuan untuk membendung kemajuan ekonomi dan teknologi China karena khawatir disalip. Dia mencontohkan Huawei yang dibatasi kiprahnya di AS dan bahkan perusahaan-perusahaan setempat dilarang bermitra dengannya.  

Editor: Indah Handayani ([email protected])

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.