Industri pengolahan porang dinilai merupakan salah satu sektor yang tumbuh positif dan kian merambah pasar ekspor di tengah tekanan dampak pandemi COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong potensi pengembangan industri pengolahan porang melalui pendampingan pelaku industri kecil dan menengah (IKM) dengan memfasilitasi peningkatan teknologi produksi.

"Industri pengolahan porang dinilai merupakan salah satu sektor yang tumbuh positif dan kian merambah pasar ekspor di tengah tekanan dampak pandemi COVID-19," kata Plt Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta, Minggu, melalui keterangan tertulis.

Ia menjelaskan program pendampingan dan fasilitasi tersebut dilakukan sesuai arahan Presiden Joko Widodo terkait pengolahan porang di Indonesia.

Beberapa waktu lalu, tim Direktorat Jenderal IKMA Kemenperin melakukan kunjungan kerja di industri yang telah memproduksi tepung porang yakni PT. Hayumi Agro Indonesia (HAI) di Gresik, Jawa Timur.

“Tepung porang hasil produksi PT. HAI ini telah diekspor ke China,” kata Reni.

Kapasitas produksi PT HAI mencapai 2 ton per hari tepung porang, dengan menggunakan bahan baku chip porang sebanyak 3 ton.

Perusahaan yang didirikan sejak 2018 ini mengambil bahan baku porang dari Kabupaten Madiun, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun data konversi/rendemen porang dari chip porang menjadi tepung porang dengan rendemen 60-70 persen.

Direktur IKM Pangan, Furnitur dan Bahan Bangunan, Kemenperin, Riefky Yuswandi mengungkapkan produksi PT HAI saat ini terkendala oleh injeksi teknologi yang belum dimiliki perusahaan untuk pemurnian glukomanan dari umbi porang.

Akibatnya, perusahaan hanya mampu menghasilkan tepung porang dengan kandungan 60-70 persen glukomanan, sedangkan kandungan glukomanan yang dimiliki oleh produsen glukomanan di China telah mencapai lebih dari 90 persen.

“Kandungan glukomanan inilah yang bernilai ekonomi tinggi karena dapat dijadikan bahan baku berbagai macam produk,” ujarnya.

Dalam upaya meningkatkan daya saing guna mendorong pengembangan pasar ekspor, Ditjen IKMA Kemenperin memberikan fasilitasi bimbingan, pendampingan dan sertifikasi HACCP, serta reimburse atas pembelian mesin peralatan melalui program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan kepada PT. HAI. Selain itu, PT. HAI akan melakukan inovasi dalam pembuatan beras porang dan mi porang.

Tim Ditjen IKMA juga melakukan kunjungan ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Porang Indonesia (P4I) - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya yang telah melakukan penelitian dan pengembangan terkait dengan pengolahan tanaman porang sampai tahap tepung porang dengan menggunakan alat skala kecil (kapasitas 10 ton per bulan).

Saat ini sedang dilakukan penelitian dan pengembangan terkait dengan produk tepung glukomanan, yang proses produksinya masih membutuhkan etanol. P4I juga telah menghasilkan dua produk komersil, yaitu tepung porang sachet dan mi shirataki basah (wet shirataki) berbahan dasar tepung porang.

“Dalam pengembangan tepung porang pada skala petani atau industri kecil perlu mempertimbangkan aspek keterserapan produk di pasar,” kata Reni.

Baca juga: Presiden dengarkan cerita petani milenial soal prospek cerah porang

Baca juga: Presiden minta Mentan serius tangani porang agar jadi unggulan ekspor

Baca juga: Presiden terkesan melihat ribuan ton porang siap ekspor di Madiun

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2021