Jakarta, IDN Times - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel mempersiapkan sejumlah strategi guna merealisasikan pertumbuhan pendapatan 11 persen tahun ini. Di antaranya dengan menambah jumlah menara telekomunikasi, membangun fiber optic, dan membangun infrastruktur lainnya.
Hingga akhir 2022, Mitratel tercatat telah memiliki 35.418 menara telekomunikas. Hal itu menjadikan Mitratel sebagai perusahaan dengan menara terbanyak di Asia Tenggara.
Kendati demikian, Mitratel masih ingin menambah menara telekomunikasi tersebut dengan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp7 triliun tahun ini.
"Mitratel siap merealisasikan rencana bisnis dan mengoptimalkan berbagai peluang bisnis di tahun 2023, yakni memonetisasi aset menara yang tersebar di berbagai lokasi strategis di seluruh Indonesia. Kami juga telah menyiapkan model bisnis terbaru, yaitu Fiber to the Tower dan Power to the Tower yang memberikan layanan bernilai tambah kepada operator telekomunikasi yang menjadi pelanggan Mitratel," tutur Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko dalam pernyataan resminya, dikutip Jumat (7/4/2023).
Baca Juga: Laba Bersih MTEL 2022 Naik 29,3 Persen, Tembus Rp1,78 Triliun
1. Kebutuhan menara komunikasi di Indonesia masih tinggi
Pria yang karib disapa Teddy tersebut menambahkan, kebutuhan menara komunikasi di Indonesia saat ini masih cukup tinggi. Untuk itu, Teddy berencana ingin terus menjaga pangsa pasar di industri menara telekomunikasi. Untuk diketahui, MTEL menguasai pangsa pasar sekitar 40 persen pada 2022.
"Kebutuhan akan menara telekomunikasi di Indonesia masih tinggi karena secara rata-rata satu menara telekomunikasi di Indonesia menjangkau populasi sebanyak 2.700 jiwa, atau lebih tinggi dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sehingga hal ini mengisyaratkan bahwa dibutuhkan lebih banyak menara bagi operator telekomunikasi untuk memperluas jaringan dan layanan selulernya," papar Teddy.
Baca Juga: MTEL Akuisisi 997 Menara Telekomunikasi Indosat Ooredoo
2. Siap mengakomodir 5G
Sejalan dengan itu, MTEL juga bersiap jika operator telekomunikasi (mobile network operator/MNO) berekspansi untuk memperluas layanan 5G. Mitratel memproyeksikan penetrasi 5G pada 2025 sebesar 27,2 persen, lebih tinggi dari potensi penetrasi 5G dibanding 2024 sebesar 13,4 persen.
"Kami memiliki menara terbanyak di Indonesia dan lokasinya tersebar di seluruh Indonesia, yakni 58 persen menara tersebar di luar Pulau Jawa dan 42 perse di Pulau Jawa serta memiliki fiber optic sepanjang 16.641 kilometer," kata Teddy.
Editor’s picks
- Granddad Jack's, Bisnis Craft Distillery Bermodalkan Warisan Inspirasi
- Megaproyek Kimia China-Arab Saudi Dimulai, Nilai Investasi US$12 M!
- Deretan Gurita Bisnis Hartono Bersaudara, Gak hanya Rokok!
Adapun hingga akhir 2022, Mitratel mampu mendapatkan pesanan untuk membangun 25 ribu kilometer fiber optic dari MNO atau 30 persen dari total fiber roll out MNO pada 2022.
Teddy mengatakan, hal tersebut menegaskan pihaknya telah dipercaya sebagai penyedia solusi infrastruktur digital (Digital InfraCo) independen yang memiliki menara telekomunikasi terbanyak serta dilengkapi solusi pendukung digital lainnya, yakni fiber optic.
Baca Juga: Setahun IPO, MTEL Jadi Perusahaan Telekomunikasi Terbesar di ASEAN
3. Kenaikan pendapatan 11 persen potensial terjadi
Di sisi lain, Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis memandang target pendapatan MTEL tumbuh 11 hingga 12 persen berpotensi terjadi.
"Pasca IPO, Mitratel semakin profesional dan independen. Selain Telkomsel, operator telekomunikasi lainnya, yakni XL, Indosat Hutchison, dan Smartfren melakukan kemitraan bisnis dengan Mitratel. Kepercayaan konsumen semakin tinggi kepada Mitratel sehingga pendapatannya berpeluang tumbuh sekitar 11 persen hingga 12 persen pada 2023," beber Niko.
Kehadiran MTEL yang kuat dengan 58 persen aset menara MTEL di luar Jawa berpotensi membuat MTEL lebih menarik bagi operator telekomunikasi untuk memperluas jaringannya masing-masing.
Niko menyampaikan, hal itu merupakan sebuah keunggulan MTEL jika dibandingkan kompetitornya, yakni TOWR dan TBIG yang masing-masing 39 persen dan 41 persen.
4. Capaian Mitratel 2022
Pada 2022 lalu, Mitratel membukukan triple double digit growth pada sisi pendapatan, laba bersih, serta pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA).
Pendapatan MTEL sepanjang 2022 tercatat mencapai Rp7,72 triliun atau meningkat 12,5 persen dari pendapatan mereka pada 2021 yang hanya sebesar Rp6,87 triliun.
Laba bersih MTEL pada 2022 melonjak 29,3 persen menjadi Rp1,78 triliun dari sebelumnya pada 2021 sebesar Rp1,38 triliun. Sementara EBITDA meningkat 18,5 persen menjadi Rp6.142 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp5.185 triliun.
Hot
No comment on record. Start new comment.