Beda dengan Manusia Silver, Profesi Manusia Patung Tak Bisa Asal-asalan
Manusia patung adalah salah satu profesi seni yang tengah marak Wisata Kota Tua Jakarta Pusat. Para seniman ini biasanya akan menghiasi tubuh mereka dengan cat layaknya sebuah patung.
Meski begitu, perlu diketahui bahwa para manusia patung Kota Tua ini berbeda dengan mereka yang juga tampil dengan mewarnai seluruh badannya dengan cat metalik dan dikenal sebagai manusia silver.
Berbeda dengan manusia silver, salah seorang manusia patung bernama Eko menjelaskan untuk bisa tampil di kawasan Kota Tua mereka harus mendapat izin dari pihak Unit Pengelola Kawasan (UPK). Untuk mendapatkan izin ini mereka harus dikurasi atau seleksi terlebih dahulu, yakni dengan memerankan sosok bertema sejarah atau budaya nasional.
"Waktu itu namanya masih komunitas manusia batu, namun dari situ kan ada yang sekedar tampil tapi asal-asalan. Mulai ada semacam kurasi dan audisi (untuk bisa menjadi manusia patung) agar sejalan dengan tujuan membangun Kota Tua," kata Eko saat ditemui detikcom pada Kamis (6/6/2024) kemarin.
Artinya tidak hanya sekedar mengecat diri mereka dengan warna tertentu dan meminta uang seperti manusia silver, para manusia patung ini harus memerankan sosok tertentu sesuai dengan tema kawasan wisata Kota Tua yang lekat dengan sejarah dan budaya nasional.
Selain itu, tidak hanya mengecat badan dengan asal-asalan, para manusia patung juga menyiapkan properti tertentu mulai dari kostum hingga alat peraga atau atraksi setema dengan sosok yang diperankannya.
Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu faktor penunjang penceritaan tokoh yang diperankan. Selain itu alat-alat peraga yang disiapkan para manusia patung sering kali juga bisa digunakan pengunjung yang datang sebagai properti untuk foto bersama.
"Ya kita kan juga bikin properti sendiri untuk ditampilkan, kaya ini ada motor, senjata, sampai kotak apresiasi ya kita buat sendiri semenarik mungkin sesuai dengan tokoh yang diperankan," jelasnya.
Manusia Patung di Kota Tua Foto: Ignacio Geordi Oswaldo/detikcom |
Selain dari sisi penampilan, Eko mengatakan para manusia patung Kota Tua juga hadir sebagai sarana edukasi bagi para pengunjung. Khususnya terkait sosok yang mereka perankan.
Edukasi ini biasanya dilakukan dengan cara lisan seperti menceritakan sosok yang mereka perankan saat ada pengunjung yang bertanya. Atau bisa juga dengan cara tertulis dengan memasang papan berisi sinopsis kehidupan atau sosok yang mereka perankan.
Sehingga tidak mereka tidak hanya tampil sebagai patung bergerak untuk difoto, namun juga sebagai sarana edukasi masyarakat.
Hal ini ditekankan lagi oleh manusia patung lain bernama Yusuf. Ia yang sudah melakoni profesi itu sejak 2013 lalu mengatakan kehadiran manusia patung di Kota Tua Jakarta tidak hanya sebagai bentuk atraksi semata, tapi juga sarana edukasi.
"Jadi saya ingin menunjukan tokoh Gatotkaca, otot kawat tulang besi, tanpa sayap bisa terbang, sebagai bahan edukasi. Sebab wisata Kota Tua ini kan wisata edukasi, jadi kalau tidak mengedukasi (seperti manusia silver) nanti minus, hanya cari cuan tapi edukasinya kurang," ucap Yusuf.
Biasanya Yusuf melakukan edukasi tentang tokoh wayang yang diperankannya itu dengan bertutur kepada para pengunjung yang datang. Dari sanalah ia merasa profesi ini lebih dari manusia silver yang hanya mengecat badan mereka tanpa memberi nilai lebih, lalu meminta-minta uang.
"Seperti karakter bapak ini, saya bisa mengedukasi adik-adik atau pengunjung lain. Mereka tanya 'ini apa?', ya kita jelaskan budaya Indonesia lewat karakter wayang ini (Gatotkaca)," paparnya lagi.
Senada dengan Eko dan Yusuf, manusia patung lain bernama Eko juga menyampaikan bagaimana mereka berpenampilan layaknya patung bukan hanya sebagai bentuk atraksi untuk berfoto dengan pengunjung. Keberadaan mereka di sana juga harus bisa memberi pengetahuan atau edukasi.
"Di sini kan sifatnya edukasi lah, jadi pembelajaran. Ini yang membedakan kita (manusia patung Kota Tua) dengan yang lain sih (manusia silver). Karena di sini kan dipadukan dengan sejarah," kata Wahyu.
Dalam hal ini, Eko yang biasa berperan sebagai Jendral Sudirman menceritakan sosok pahlawan nasional itu secara tertulis dengan memasang papan berisi sinopsis atau riwayat hidup. Dengan begitu pengunjung yang melintas bisa membaca sosok yang diperankannya tanpa harus terbebani perasaan harus foto bersama atau memberi sejumlah uang kepadanya.
(das/das)Reprinted from detik_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.