Note

Tekanan Jual Kembali Muncul, Saham Bank Raksasa Memerah

· Views 52
Tekanan Jual Kembali Muncul, Saham Bank Raksasa Memerah
Tekanan Jual Kembali Muncul, Saham Bank Raksasa Memerah. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Empat saham bank kakap (big banks) kompak terkoreksi pada lanjutan sesi I, Selasa (25/6/2024), membuat tekanan jual kembali muncul.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham bank BUMN PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) merosot 2,50 persen ke posisi Rp5.850 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp286,8 miliar dan volume perdagangan 48,7 juta.

Baca Juga:
Tekanan Jual Kembali Muncul, Saham Bank Raksasa Memerah Solusi Sinergi (WIFI) Gandeng Arsari Sentra Percepat Peningkatan Layanan Internet

Kemudian, saham bank pelat merah lainnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang terkoreksi 2,27 persen ke Rp4.300 per saham.

Saham BBRI masih mengalami downtrend sejak April 2024. Dalam sebulan, saham BBRI melemah 4,70 persen, sedangkan dalam sejak awal tahun (YtD) turun signifikan 22,10 persen.

Baca Juga:
Tekanan Jual Kembali Muncul, Saham Bank Raksasa Memerah Gerak Aneh Saham FILM, Turun Tajam usai Tiba-Tiba Melonjak 22 Persen

Asing masih cenderung melepas saham BBRI, dengan nilai jual bersih (net sell) Rp371,11 miliar di pasar reguler kemarin. Dalam sebulan, nilai net sell asing mencapai Rp7,41 triliun.

Diwartakan sebelumnya, direksi BRI kembali mengakumulasi kepemilikan atas saham perseroan di tengah koreksi harga saham BBRI.

Baca Juga:
Tekanan Jual Kembali Muncul, Saham Bank Raksasa Memerah Summarecon (SMRA) Tebar Dividen Rp148,57 Miliar, Cair 19 Juli

Mengutip keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (20/6) pekan lalu, tiga direktur BRI membeli ratusan ribu saham BBRI.

Setali tiga uang, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terkoreksi 1,98 persen ke level Rp4.450 per saham.

Demikian pula, saham bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 0,52 persen.

Kabar teranyar, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan agar tenggat waktu restrukturisasi kredit akibat COVID-19, yang semula dijadwalkan pada Maret 2024, diperpanjang hingga 2025.

Usulan tersebut disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto setelah menghadiri Sidang Kabinet Paripurna yang membahas masalah perekonomian di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (24/6).

Airlangga menambahkan, langkah ini diharapkan dapat mengurangi beban perbankan dalam mencadangkan kerugian akibat Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Berdasarkan penjelasan BRI Danareksa Sekuritas dalam riset pada 10 Juni 2024, sektor perbankan menghadapi tekanan pada biaya dana (cost of fund/CoF) dan likuiditas, tetapi kualitas aset tetap aman.

BRI Danareksa menulis, kualitas kredit perbankan secara keseluruhan tetap aman meskipun ada sedikit kenaikan dalam biaya kredit (CoC) pada April 2024 (naik 26 basis point/bps secara bulanan/mom).

Sementara, Macquarie pada 29 Mei 2024 menulis, saham BBRI menjadi saham yang paling banyak dibahas dalam marketing terbaru mereka di Asia, Amerika Serikat (AS), dan Britania Raya dan Eropa.

“Sebagian besar investor sepakat bahwa koreksi ini adalah peluang,” demikian kata Macquarie, dikutip Jumat (14/6).

Macquarie melanjutkan, masalah kualitas aset pada kuartal I-2024 diperkirakan bersifat sementara. Meskipun, era likuiditas ketat akan tetap berlangsung sepanjang 2024, kata Macquarie, BRI siap menghadapi biaya dana yang lebih tinggi.

Sejurus dengan itu, Macquarie menanggalkan asumsi pemotongan suku bunga dan mengasumsikan beban kredit yang lebih tinggi di 2024, yang mengarah pada penurunan estimasi laba per saham (earnings per share/EPS) selama 2024/2025.

“Kami optimistis dengan pergeseran franchise mikro BRI menuju Kupedes yang lebih berkualitas dan menguntungkan. Meskipun beban kredit mungkin tetap tinggi tahun ini, percepatan hapus buku (write-off) akan mendorong pemulihan yang lebih tinggi dengan dampak netral terhadap keseluruhan laba,” tulis Macquarie.

Ketidakpastian global hingga fiskal dalam negeri serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga akhir-akhir ini turut membebani kinerja saham sektor perbankan—dan pasar modal dalam negeri secara umum.  (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.