Note

Perubahan Iklim hingga Faktor Produksi Dinilai Jadi Alasan RI Impor Beras

· Views 25
Perubahan Iklim hingga Faktor Produksi Dinilai Jadi Alasan RI Impor Beras
Foto: ANTARA FOTO/Henry Purba
Jakarta

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sejarah panjang dalam produksi dan konsumsi beras. Namun, meskipun memiliki potensi besar dalam pertanian, Indonesia masih harus mengimpor beras dari negara lain.

Hal ini sering menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat, mengapa negara yang dahulu pernah berhasil melakukan swasembada beras harus melakukan impor saat ini?

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras di Indonesia mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti krisis iklim, makin berkurangnya lahan pertanian dan kondisi tanah serta akses pengairan. Produksi padi pada periode Januari-April 2024 turun 17,54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu saat mencapai 22,55 juta ton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada sisi lain, konsumsi beras per kapita di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan dengan negara lain. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat menyebabkan permintaan beras terus meningkat.

Untuk mengatasi kesenjangan antara produksi dan konsumsi, impor beras diperlukan agar tidak terjadi kelangkaan yang dapat memicu kenaikan harga yang drastis.
Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Prof. Dr. Bustanul Arifin menyebut impor beras menjadi salah satu solusi untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras di pasar untuk saat ini.

ADVERTISEMENT

"Adanya perubahan iklim, berkurangnya lahan pertanian dan penurunan faktor produksi lainnya seringkali menghambat pencapaian target produksi. Oleh karena itu, impor beras menjadi salah satu solusi untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras di pasar," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (5/7/2024).

Sementara itu, Direktur Utama Perum BULOG Bayu Krishanmurti impor beras dilakukan secara bertahap dengan tetap mengutamakan penyerapan gabah dan beras dalam negeri.

"Impor beras dilakukan secara bertahap, tetap mengutamakan penyerapan gabah dan beras dalam negeri serta memperhatikan neraca perberasan nasional yang ada. Target kami tahun ini adalah menyerap sebesar 900 ribu ton beras melebihi target pemerintah," ujar Bayu.

Dalam melakukan impor beras pun, kata Bayu, Perum BULOG telah memperhitungkan total biaya demurrage (denda bongkar muat) yang harus dibayarkan, biasanya tidak lebih dari 3% dibandingkan dengan nilai produk yang diimpor. Biaya demurrage, seperti halnya biaya despatch adalah konsekuensi logis dari mekanisme ekspor-impor.
Adapun Tito Pranolo, Pakar Pangan Indonesia berpendapat sebenarnya tidak lengkap membahas demurrage tanpa membahas despatch juga.

"Despatch adalah bonus yang diberikan karena bongkar barang terjadi lebih cepat, tentunya keduanya pernah dialami oleh Perum BULOG sebagai operator pelaksana penerima mandat impor beras dari pemerintah dan selama ini Perum BULOG tidak pernah membebani masyarakat karenanya," ujar Tito.

Halaman 1 2
Selanjutnya


Simak Video "Jokowi Tunjuk Luhut Urus Bulog untuk Akuisisi Perusahaan Beras di Kamboja"
[Gambas:Video 20detik]

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.