GOTO Tertidur di Harga Gocap, Sudah Murah atau Masih Mahal?
IDXChannel – Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali ditutup stagnan di harga Rp50 per saham alias gocap pada Jumat (5/7/2024). Apakah di harga ini emiten e-commerce dan jasa ride-hailing tersebut sudah murah (undervalued)?
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GOTO selalu ditutup di level gocap selama delapan hari berturut-turut.
Sementara memang dalam tren penurunan (downtrend) panjang, saham GOTO mulai mengalami tekanan jual tinggi sejak akhir Mei 2024 yang membuat harga saham perusahaan turun dengan cepat dari kisaran Rp70 per saham ke Rp50 per saham.
Dalam sebulan, saham ini merosot 15,25 persen dan sejak awal 2024 (YtD) turun tajam 41,86 persen.
Menyinggung rapor keuangan GOTO, perusahaan ini mencatatkan rugi bersih sebesar Rp862 miliar. Rugi tersebut susut 78 persen dari sebelumnya sebesar Rp3,86 triliun.
Ini pertama kalinya GOTO membukukan rugi bersih kuartalan di bawah Rp1 triliun atau terendah sejak tercatat di BEI.
Sejalan dengan itu, GOTO juga membukukan pendapatan Rp4,07 triliun di kuartal I-2024. Angka itu mengalami peningkatan sebesar 22 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,33 triliun.
Lebih lanjut, setelah mencatatkan EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal keempat 2023, pada kuartal pertama tahun 2024, perseroan mencatatkan EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp102 miliar, atau -0,09 persen dari GTV (gross transaction value), dengan penurunan kerugian sebesar 89 persen.
Hal tersebut disebabkan oleh pelaksanaan rencana peningkatan investasi untuk ekspansi bisnis Financial Technology GoTo, serta perlambatan yang disebabkan oleh kondisi musiman pada segmen On-Demand Services di bulan Januari dan Februari 2024.
Manajemen optimistis GoTo tetap berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai pedoman kinerja EBITDA Grup yang disesuaikan impas (breakeven) untuk keseluruhan tahun buku 2024.
Soal Valuasi
Lantas, bagaimana valuasi GOTO saat ini? Bagi para value investor atau investor yang gemar membeli suatu saham yang dihargai di bawah nilai intrinsiknya, GOTO mungkin masih terbilang belum menarik.
Selain masih merugi bertahun-tahun, harga saham yang masih di atas nilai buku, yakni dengan rasio price-to book value (PBV) 1,60 kali, persaingan ketat dari sisi ride-hailing hingga e-commerce sehingga membuat sempitnya economic moat (dalam bahasa Warren Buffett) alias keunggulan kompetitif bisa menjadi segelintir alasan untuk para value/quality investor tidak mengoleksi GOTO.
Kemudian, jika menggunakan perspektif lainnya, misalnya, rasio harga saham dibandingkan dengan penjualan (price-to sales ratio/PS), GOTO juga terbilang mahal (overvalued) dibandingkan perusahaan sejenis (peers).
Rasio PS GOTO saat ini 3,5 kali, di atas rerata peers yang hanya 2 kali.
Namun, apabila kita bertumpu pada hitung-hitungan arus kas masa depan, misalnya menggunakan model Discounted Cash Flow (DCF), saham GOTO bisa dibilang di bawah nilai wajarnya (fair value).
Secara teknis, dengan menggunakan model 2 stage free cash flow to equity dengan discount rate 14,5 persen dan perpetual growth rate 6,8 persen, fair value GOTO tercatat di angka Rp91 per saham. Artinya, saham GOTO diperdagangkan 45 persen di bawah fair value berdasarkan perhitungan arus kas.
Perhitungan di atas cenderung selaras dengan estimasi 10 analis teranyar, yang mematok harga target (TP) GOTO di angka rata-rata Rp84 per saham.
Yang terang, kendati terdapat perbedaan dalam melihat valuasi GOTO di muka, investor tetap perlu memerhatikan faktor lainnya, termasuk potensi pertumbuhan jangka panjang perusahaan (soal apakah potensinya cukup besar untuk mengimbangi risikonya), kualitas manajemen, tren industri, situasi makro, kebijakan fiskal, hingga neraca perusahaan.
Belum lagi, saham GOTO yang tengah tertidur di gocap berpotensi membawa risiko lainnya, yakni terlempar ke papan pemantauan khusus (PPK) yang menggunakan mekanisme full call auction (FCA), yang berpeluang mengurangi transparansi dan likuiditas perdagangan.
Di papan pemantauan, harga saham GOTO bisa diperdagangkan hingga ke Rp1 per saham, di luar kelaziman selama ini yang mana harga saham biasanya mentok di Rp50 per saham.
Kabar baiknya, GOTO baru beberapa hari di level gocap dan masih mencatatkan transaksi perdagangan.
Maksudnya, hanya ketika mengalami kekeringan likuiditas (sesuai aturan di atas) dalam tiga bulan ke depan dan secara bersamaan harga saham masih berada di Rp50, barulah saham GOTO akan masuk FCA.
Dus, untuk saat ini, apabila berkaca dengan ramainya historical volume dan transaksi perdagangan saham GOTO, investor emiten tersebut tampaknya bisa bernapas lega--setidaknya, saham induk Gojek ini masih bisa bertahan di papan reguler dalam waktu dekat.
Transaksi Nego Jumbo Rp6 Triliun
Sebelumnya, GOTO memberikan penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait transaksi saham perseroan di Pasar Negosiasi sejumlah 14.109.719.208 saham atau 1,17 persen dari listed share (1.201.409.662.836 saham) senilai Rp6,06 triliun.
Sekretaris Perusahaan GOTO RA Koesoemohadiani mengatakan, transaksi dilakukan oleh salah satu pemegang saham perseroan, yang bukan merupakan pemegang saham yang memiliki saham perseroan paling sedikit sebanyak 5 persen dari modal disetor dan ditempatkan di dalam perseroan.
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.