Note

Senja Kala Sopir Bajaj Si Ikon Kota Jakarta

· Views 51
Senja Kala Sopir Bajaj Si Ikon Kota Jakarta
Foto: Ignacio Geordi Oswaldo/detikcom
Jakarta

Husen (52) tengah terduduk diam di depan sebuah warung dekat Halte Timur Stasiun Manggarai sembari menghisap sepuntung rokok ditemani kopi hitam. Di hadapannya terparkir sebuah bajaj yang biasa digunakannya untuk membawa penumpang.

Ya, Husen merupakan seorang sopir bajaj yang sudah mengitari sudut-sudut kota Jakarta selama 20 tahun silam. Ia sudah membawa kendaraan roda tiga itu sejak masih berwarna orange (berbahan bakar bensin) hingga kini berubah warna jadi biru (berbahan bakar gas).

Di tengah terik matahari pagi menuju siang, Husen yang biasa mangkal di dekat Stasiun Manggarai tengah mencari penglaris pertamanya di hari itu, Kamis (4/7/2024). Dengan penuh keluh, ia berkata kepada detikcom bahwa saat ini masa kejayaan bajaj sudah meredup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal bajaj sendiri merupakan salah satu transportasi umum yang sudah melintas di jalan-jalan Ibu Kota Jakarta sejak 1975 silam. Artinya sudah hampir 50 tahun kendaraan ikonik yang satu ini membawa penumpang keliling Jakarta hingga wilayah sekitarnya.

Bahkan saking tersohornya, pada awal tahun 2000an moda transportasi yang satu ini ini sempat menjadi latar belakang sinetron komedi (sitkom) "Bajaj Bajuri" di stasiun TV nasional ternama, Trans TV. Karena itu jugalah kendaraan yang satu ini juga kerap dijadikan salah satu ikon kota Jakarta.

ADVERTISEMENT

Keberadaan Bajaj Sebagai Ikon Jakarta

Melansir dari situs resmi BPK Jakarta, bajaj pertama kali melintas sebagai transportasi di Jakarta atas prakarsa importir asal India. Nama Bajaj sendiri diambil dari pabrikan kendaraan roda tiga itu, Bajaj Auto.

Namun pada 1980, impor kendaraan ini dari India sempat dihentikan karena jumlah kendaraan yang masuk sudah mencapai 13.335 unit yang beroperasi di Ibu Kota. Kala itu bajaj yang melintas masih berwarna orange dan menggunakan bahan bakar bensin dengan kualitas emisi sangat rendah.

Untuk itu pada 1992, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup meluncurkan program langit biru, yang salah satunya menyasar bajaj agar menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Hingga singkat cerita Pemprov DKI menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 141 Tahun 2007 tentang Penggunaan Bahan Bakar Gas untuk Angkutan Umum dan Kendaraan Operasional Pemerintah Daerah.

Atas peraturan itu, Pemprov DKI berencana untuk meremajakan bajaj orange sebanyak 14.424 unit secara bertahap. Misalkan pada tahun 2008, Jakarta berencana untuk meremajakan 5.000 unit bajaj orange jadi bajaj biru yang menggunakan BBG. Namun sayang tahun itu baru 750 unit bajaj yang berhasil diremajakan.

Kemudian pada 2011 Pemprov DKI kembali memulai proses peremajaan bajaj orange jadi bajaj biru, dan sebanyak 2.755 unit berhasil berubah warna dan menggunakan BBG. Lalu pada 2012 Dishub DKI Jakarta menggelar lelang program peremajaan bajaj BBG.

Berkat program itu, jumlah bajaj yang sudah berganti warna bertambah cukup banyak dalam kurun waktu satu tahun. Dari 14.424 unit bajaj orange yang beroperasi di Jakarta, 5.000 unit berhasil diremajakan.

Singkat cerita program peremajaan bajaj ini terus berlanjut di bawah kepemimpinan Gubernur Joko Widodo (Jokowi) hingga Basuki Tjahaja Purnama, sampai akhirnya bajaj orange ikon Jakarta punah dan berganti menjadi bajaj biru.

Sementara itu, dalam catatan detikcom dijelaskan kemunculan bajaj di Jakarta tak bisa dilepaskan dari wacana penggantian becak dan bemo sebagai alat transportasi umum Ibu Kota. Sejarawan Jakarta, JJ Rizal, mengatakan hal itu terjadi pada dekade '70-an.

"Waktu itu ada keresahan soal transportasi becak, termasuk becak dianggap tidak mencerminkan kemanusiaan. Maka harus dicari penggantinya. Muncullah bajaj waktu itu," kata JJ Rizal.

"Dengan cepat, bajaj menjadi ikon kota. Bahkan festival-festival, ejekan, hingga tayangan MTV juga pakai metafor bajaj," tutur JJ Rizal.

Lebih lanjut, JJ Rizal menilai bajaj adalah ikon Jakarta yang menyerah. Bajaj yang tak terlalu kencang itu masih melaju di tengah kota yang makin macet, namun itu bukan alasan untuk menghentikan laju ikon kota ini.

"Durhaka bila melarang bajaj, sama dengan tidak mengenal ikon historis Jakarta. Kecenderungan kota ini semakin elitis dan angkuh. Gubernur harusnya marah bila bajaj dilarang," kata JJ Rizal.

Pamor Bajaj yang Mulai Meredup

Meski sudah sejak lama kendaraan roda tiga yang satu ini menjadi ikon Jakarta, namun pamor transportasi umum ini kian meredup. Terutama saat aplikasi ojek online mulai beroperasi di Indonesia.

Kondisi ini juga terlihat dari keluhan para sopir bajaj seperti Husen tadi. Bahkan saking sulitnya, ia yang dulu punya bajaj sendiri tidak mampu merawat kendaraannya (karena kurang uang akibat sepi penumpang) hingga harus menjual mata pencariannya itu.

"Dulu punya bajaj cuma perlu dibenerin bisa habis Rp 3 juta lebih, kalau dijual harganya sekitar Rp 3 juta. Setelah rembukan sama keluarga akhirnya ya dijual, terus sekarang nyewa sama orang, bayar setoran setiap hari," ungkapnya.

Sepinya penumpang bajaj juga dirasakan oleh sopir lain bernama Mulyono (60) yang biasa mangkal di dekat Pasar Senen, Jakarta Pusat. Ada juga sopir lain bernama Ahyar (65) yang biasa mangkal di Pasar Tanah Abang.

Bahkan pada awal 2019 lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sempat meninjau langsung nasib para sopir bajaj yang mulai kewalahan melawan orderan ojek online.

Dalam perbincangan dengan Paguyuban Pengemudi Bajaj, para pengemudi mengeluhkan susahnya tempat mangkal bagi mereka, sehingga kesulitan untuk mendapatkan penumpang. Menanggapi hal tersebut Menhub akan berbicara dengan Pemprov DKI Jakarta dan Pemprov Tangerang untuk mencari solusi bagi para pengemudi bajaj.

"Tadi ada yang bercerita apabila di jalan raya tidak ada tempat yang memadai untuk mereka mangkal oleh karenanya nanti kita bisa bicara dengan Pemprov DKI Jakarta dan Pemprov Tangerang bagaimana solusi untuk mereka agar lebih mudah untuk mencari penumpang," ujar Budi Karya.

"Dari apa yang saya diskusikan tadi tampak memang ada suatu hal yang perlu ada pengertian bahwa moda angkutan itu berjenjang dari angkutan massal ke angkutan lainnya yang sifatnya feeder seperti bajaj ini," tambahnya.

(rrd/rir)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.