Agar Bursa Karbon Lebih Semarak, Ini yang Dilakukan OJK

Pasardana.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong perkembangan Bursa Karbon agar lebih semarak.

"Antara lain, melalui program edukasi, seminar dan Focus Group Discussion (FGD) dengan inisiatif sendiri ataupun dalam memenuhi undangan stakeholder terkait," terang Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK) seperti dilansir dalam siaran pers, Selasa (09/7).

Dijelaskan, salah satu parameter yang menggembirakan adalah perkembangan pengguna jasa (PJ) di Bursa Karbon yang tergolong baik, dengan jumlah pengguna jasa naik 3 kali lipat (300 persen) yang menjadi 67 pengguna jasa, dibanding pada awal launching yang terdapat 18 pengguna jasa.

“Di samping itu, salah satu target terdekat OJK adalah memfasilitasi perdagangan allowance (PTBAEPU) pada subsektor pembangkit listrik di Bursa Karbon. Kami masih terus berkoordinasi dengan Kementerian ESDM dalam hal ini,” beber Inarno.

Namun di samping hal tersebut, lanjutnya, OJK memahami bahwa masih perlu adanya penguatan kerangka Peraturan Perdagangan Karbon di pasar primer, sehingga perlu dukungan Kementerian terkait dalam implementasinya.

“Kami berharap, beberapa program pengembangan Bursa Karbon di pasar primer yang sedang diupayakan pemerintah dapat segera terwujud, sehingga target pemerintah dalam perdagangan karbon secara keseluruhan dapat tercapai,” ujar Inarno.

Sebagai informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan, pada periode Juni 2024, IDXCarbon mencatatkan perdagangan karbon sebanyak 313 ton CO2 ekuivalen (tCO2e), atau senilai Rp19.277.000,00 dan frekuensi sebanyak 4 kali transaksi.

“Terdapat 2 Sertifikat Pengurangan Emisi - Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) yang terdaftar di IDXCarbon, yaitu Proyek Lahendong Unit 5 dan Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk serta Pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang,” sebut pernyataan BEI yang dilansir dalam siaran pers, Jumat (05/7) lalu.