Note

BI Diramal Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6,25%

· Views 27
BI Diramal Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6,25%
Gedung Bank Indonesia - Foto: Rachman Haryanto
Jakarta

Bank Indonesia (BI) hari ini akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) periode Juli 2024. Salah satunya adalah suku bunga acuan adalah BI Rate. Kalangan ekonom menyebut, bank sentral diprediksi akan menahan bunga acuan di level 6,25%. Pertimbangannya adalah menjaga stabilitas rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Menurut ekonom senior dan Associate Faculty LPPI, Ryan Kiryanto, stabilitas rupiah dibutuhkan untuk mengejar target sesuai asumsi APBN 2024. Ia berpendapat mempertahankan suku bunga acuan adalah pilihan logis, sambil menunggu keputusan the Fed di September nanti.

"Sudah tepat jika BI bersabar untuk menurunkan BI Rate ke 6,0% lantaran Fed pun masih menahan suku bunga acuannya tetap di level 5,25-5,50% karena inflasi tahunan yang berkisar 3,1% masih di atas target The Fed yg 2%," kata Ryan dalam keterangannya, Rabu (17/7/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebut inflasi di dalam negeri relatif terkendali di kisaran plus minus 2,5%, diiringi indikator makroekonomi lain yang terjaga dengan baik. Dalam hal ini ia menilai BI sebenarnya punya ruang terbatas untuk menurunkan suku bunga acuan ke level 6%.

Namun melihat adanya tekanan eksternal, terutama dari geopolitik dan Fed rate yang sebesar 5,25-5,50% maka pilihan terbaik adalah menahan suku bunga. Pertimbangan lainnya adalah urgensi untuk menguatkan rupiah dan menarik dana asing masuk ke dalam negeri.

ADVERTISEMENT

"Tapi lantaran urgensi menguatkan rupiah secara konsisten masih dibutuhkan, sekaligus untuk menarik dana asing masuk ke dalam negeri (capital inflows), sekali lagi pilihan terbaik untuk keputusan RDG BI besuk adalah mempertahankan level BI Rate, Lending Facility dan Deposit Facility sesuai level yang ada sekarang ini alias status quo," bebernya.

Chief Economist Bank Permata Josua Pardede memperkirakan suku bunga acuan akan dipertahankan di level 6,25%. Pertimbangannya adalah faktor ketidakpastian yang melanda global dan domestik.

"Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali mempertahankan BI-rate tetap di level 6,25% mempertimbangkan ketidakpastian global dan domestik yang sedang berlangsung, meskipun indikator-indikator ekonomi Amerika Serikat menunjukkan pelemahan," ujar Joshua kepada detikcom.

Di dalam negeri, tingkat inflasi Indonesia cenderung terkendali karena peningkatan pasokan pangan setelah musim panen raya. Neraca perdagangan terus mencatat surplus, meskipun menyempit, sehingga mendorong berlanjutnya defisit neraca transaksi berjalan (CAD) meskipun masih dalam level yang terkendali. Faktor-faktor ini berkontribusi pada stabilitas ekonomi.

Namun, risiko-risiko muncul dari meningkatnya ketidakpastian mengenai keberlanjutan fiskal, yang berasal dari perbedaan pendapat mengenai utang publik dan defisit fiskal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya twin deficit, dengan melebarnya defisit neraca transaksi berjalan dan defisit fiskal.

"Isu-isu tersebut memicu sentimen risk-off, yang berpotensi membatasi aliran modal masuk dan mempengaruhi stabilitas Rupiah," tuturnya.

Perubahan kepemimpinan di Inggris dan Perancis jugah membuat investor lebih berhati-hati karena mereka menilai kembali potensi dampak dari kebijakan ekonomi baru di pasar keuangan, terutama pasar obligasi. Selain itu, upaya penembakan terhadap Trump telah meningkatkan peluangnya untuk memenangkan pemilu AS yang akan datang.

Hal ini meningkatkan ketidakpastian pasar karena kemungkinan kebijakannya seperti kebijakan perdagangan yang restriktif dan pemotongan pajak yang diusulkan, yang dapat meningkatkan inflasi. Secara keseluruhan, sentimen risk-off meningkat, dan permintaan terhadap aset-aset safe-haven menguat, membatasi pelemahan US Dollar Index di tengah melemahnya data ekonomi AS.

Ia memperkirakan kebijakan moneter BI terkait suku bunga acuan sangat tergantung pada perkembangan kondisi ekonomi dan politik global, terutama di AS. Joshua juga memperkirakan The Fed hanya akan menurunkan suku bunga satu kali tahun ini, yakni pada kuartal IV 2024.

"Fed diperkirakan akan data dependent, dan juga mempertimbangkan aspek-aspek yang lebih luas dari ekonomi AS, termasuk implikasi dari dinamika politik domestik di tengah pemilihan umum tahun ini. Kami masih melihat bahwa peluang penurunan BI-rate akan muncul ketika the Fed memulai penurunan FFR," imbuhnya.

Oleh karena itu, kami tetap mengantisipasi bahwa BI akan mempertahankan BI-rate di level 6,25% hingga akhir 2024 dan ruang penurunan suku bunga BI diperkirakan akan lebih terbuka pada 1Q25," tutup Joshua.

(ily/kil)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.