Pinang Gemilang, Antar Pertamina Pendopo Field Raih Proper Emas
Proper Emas diraih Pendopo Field melalui CSR Pinang Gemilang. Pendampingan kelompok wanita tani dalam pemanfaatan pinang. Tak hanya menambah pendapatan tapi juga melestarikan lingkungan.
Dampak sosialnya, KWT menjadi ajang menularkan pengetahuan. Tak heran jika program ini mendampatkan penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) 3,44 (sangat baik) dan Social Return of Investment (SROI) dengan nilai sebesar 1,70.
Wayan Sumerta, Field Manager PT. Pertamina EP Pendopo Field, menunjukkan piala Proper (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) Emas yang diraih tahun 2023.
Wilayah PHR Regional Sumatera Zona 4 mencatat rekor baru. PEP Limau Field dan PEP Pendopo Field meraih PROPER Emas 2023. Ada kebanggaan sekaligus tantangan. Bangga karena mencatat sejarah, kawasan ini belum pernah mendapatkan penghargaan ini. Tantangan berikutnya adalah mempertahankan.
"Bagi saya, Proper Emas adalah bonus. Yang utama, kehadiran kami di sini bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan turut menjaga lingkungan," kata Wayan dalam keterangannya dikutip Minggu (28/7/2024).
Dampak positif perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan adalah sebuah pencapaian perusahaan. Dua hal inilah yang ingin diwujudkan Pendopo Field dengan Program CSR (Corporate Social Responsibility) berupa pendampingan KWT (Kelompok Wanita Tani) Melati di Desa Sukarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas.
Program CSR ini dimulai pada tahun 2022. Namun jauh sebelumnya, Pertamina EP Pendopo Field melakukan pemetaan sosial di desa ini pada tahun 2011. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa Desa Sukarya menghadapi masalah utama yaitu pengangguran dan kemiskinan. Pengangguran disebabkan rendahnya sumber daya manusia (SDM) masyarakat, keterbatasan peluang pekerjaan, serta kurangnya sumber daya modal.
"Sebenarnya, Desa Sukarya ini termasuk kawasan ring 3. Kami dukung KWT Melati karena sudah ada inisiatif awal sehingga bantuan kami akan mempercepat berkembang," kata Erwinton Simatupang, CDO (Community Development Officer) Pendopo Field.
Menurut Erwinton, CSR berhasil jika sifatnya sebagai akselerator, bukan memulai dari awal. Inisiatif tetap dari masyarakat. Meski inisiatif ini masih berupa embrio dari seorang local champion perempuan, Suhartini (54 tahun).
Perempuan dalam Tegakan Pinang
Jalan itu beraspal, tapi tiba-tiba menyajikan lubang yang cukup lebar. Mobil yang bukan mobil double gardan harus mengerem mendadak, penumpang pun ikut terhentak. Adegan ini berulang-ulang selama kira 4 jam dari kantor Pendopo Field menuju rumah Suharti, Ketua KWT Mekar. Perempuan keturunan Jawa kelahiran Sumatera yang tak henti untuk belajar.
"Saya ndak kuliah. Bikin KWT ini juga karena undangan nyasar," kenangnya.
Sebuah undangan pelatihan ke Kabupaten Musi Rawas untuk para pegiat UMKM. Hanya karena nama Suhartini mirip dengan nama yang diundang, nyasarlah undangan tersebut ke tangan Suhartini. Ketika membaca undangan itu, Suhartini ingin sekali bisa berangkat. Akhirnya, keinginannya untuk belajar itu didukung oleh pemerintah desa yang memberangkatkan Suhartini.
"Bahkan saat saya berangkat, saya tidak tahu kalau harus ada usaha, harus ada kelompok juga," kata Suhartini.
Dari perjalanan itulah, ia kemudian membentuk kelompok usaha kecil. Sepulang dari acara, ia mengajak para perempuan desa sekitar rumah untuk membuat jahe instan.
Har, panggilan akrabnya, mampu memotivasi tetangga-tetangganya untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Sama seperti hasil pemetaan yang dilakukan oleh Pertamina, Desa Sukakarya berhadapan dengan pengangguran dan kemiskinan. Padahal, Har melihat banyak potensi yang dikembangkan.
"Kalau bicara soal organisasi, bagi ibu-ibu terlalu rumit. Maka saya buat sederhana, mereka harus pulang membawa uang setiap hari," terang Har.
Ia mengaryakan para perempuan itu untuk membuat jahe instan dan berbagai camilan dari tepung mokav (tepung singkong). Mokav dipilih sebab singkong berlimpah di Sukakarya. Selain itu, bisa menjadi makanan sehat yang tak mengandung glutein sebagaimana camilan yang dibuat dari gandum.
"Saya bayar upah per kilo bahan mentah yang mereka olah. Satu hari, mereka bisa membawa pulang Rp 30.000,- hingga Rp 50.000,- per hari," jelasnya.
Untuk menjalankan KWT Mekar, Har mengambil marjin dari penjualan. Sebagian untuk dirinya sebagai pemodal, sebagian untuk kas organisasi.
Setelah usaha makanan ringan tersebut lancar, Har penasaran dengan pinang. Suatu hari, dalam perjalanan ke luar kota, suaminya mencicipi minuman dari pinang. Kisah itu diceritakan kepada Har yang menjadikan Har penasaran.
Di desanya, pinang melimpah tapi tidak tahu cara memanfaatkannya. Dalam rantai niaga pinang, desa ini hanya sebatas penyuplai bahan mentah. Mulai dari bertandan-tandan pinang yang dikumpulkan oleh pengepul dengan harga yang ditetapkan pembeli. Dan penyuplai batang pinang untuk lomba panjat pinang setiap tahun sekali. Padahal jumlahnya sangat banyak.
Dari kisah suaminya, Har mencoba membuat makanan dari pinang. Awalnya ia membuat bandrek (minuman) dengan menambahkan pinang. Rupanya bandrek ini diminati sehingga desa ini terkenal dengan bandrek pinangnya. Kemudian merambah ke pembuatan kopi pinang dan pinang herbal.
Selanjutnya ide-ide makanan dari pinang terus berkembang. Pertamina mendampingi KWT Melati dengan Program Gerakan Perempuan Lestarikan Alam Melalui Konservasi Pinang (GEMILANG) dengan sistem Sustainable Agriculture and Eco-Friendly Betel Nut Innovation (SAGE).
"Kami akhirnya tidak lagi menjual buah pinang mentah dan kami pakai buat bahan baku. Kami juga tidak lagi menebang pinang untuk tujuh belasan," ujar Har. Tak hanya itu, tandan buah pinang bisa dijadikan agunan untuk meminjam uang. Misalnya sedang butuh yang, masyarakat bisa pinjam ke KWT dengan jaminan pinang.
Usaha pengolahan pinang memberi penghasilan bagi KWT Melati. Awalnya hanya 5 orang, anggotanya berkembang menjadi 30 orang. Pendapatan KWT Melati mencapai Rp 100 juta/bulan.
Setelah kebutuhan buah pinang meningkat, para perempuan ini pun mulai menambah pohon pinang. Mereka menanam pinang dari buah yang disemai.
"Kami mendampingi KWT Melati mulai dari pengemasan produk hingga bantuan bibit," tambah Erwinto.
Namun untuk mendapatkan Proper Emas, peningkatan pendapatan saja tidak cukup. Harus ada inovasi. Kuncinya justru pada pelepah yang menjadi sampah.
Baca halaman berikutnya soal prestasi pinang gemilang..
Simak Video "Momen Zulhas Lepas Ekspor Pinang Jambi ke Arab Saudi-Bangladesh"
[Gambas:Video 20detik]
Reprinted from detik_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.