Terungkap! Ini Penyebab Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 100.000/Kg

Badan Pangan Nasional (Bapanas) membeberkan penyebab harga cabai rawit merah semakin mahal di pasaran. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengungkap harganya kini telah tembus Rp 90.000 sampai Rp 100.000 per kilogram (kg).
Kepala Bapanas Arief Prasetyo mengatakan penyebab mahalnya harga cabai rawit karena jumlah panen di beberapa daerah yang menurun. Untuk itu, pihaknya memberikan solusi dengan memfasilitasi distribusi dari beberapa daerah yang produksinya tinggi.
"Kalau cabai, produk-produk hortikultura itu challenge-nya sebenarnya adalah kalau panennya shortage, maka harga akan tinggi. Sehingga salah satu solusinya adalah memfasilitasi distribusi dari beberapa daerah yang memang masih produksinya tinggi," kata Arief dalam acara Festival Pangan Nusantara di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (28/7/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief menginginkan agar ke depan beberapa produk hortikultura bisa memiliki umur simpan (savelife) yang lebih panjang. Pihaknya mengaku akan mengatur produksi cabai bersama stakeholder khususnya Kementerian Pertanian (Kementan).
"Yang paling benar adalah kita atur produksi bersama Mentan khususnya Dirjen Hortikultura kalau untuk cabai. Bapanas tidak bisa berdiri sendiri, tapi bersama seluruh stakeholder," ucapnya.
Sebelumnya, Kementan mengungkap saat ini pasokan cabai rawit merah memang tengah turun dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena kekeringan yang terjadi di sejumlah sentra produksi cabai, sehingga menurunkan hasil produksi.
"Tugas Kementan terhadap permasalahan yaitu meningkatnya harga cabai rawit. Ini memang di bulan Juli produksi sedikit menurun jika dibandingkan Juni sehingga tentu saat ini sudah terjadi kekurangan pasokan ke pasar karena produksi menurun," kata Direktur Perbenihan Hortikultura Kementan, Inti Pertiwi Nashawari dalam rapat koordinasi inflasi yang disiarkan melalui YouTube Kemendagri RI, Selasa (23/7).
Dalam catatannya, produksi cabai rawit merah pada Juli 2024 sebanyak 125.036 ton, sementara Juni 2024 ada 138.784 ton. Penurunan hasil produksi ini terjadi karena kekeringan yang melanda sejumlah daerah penghasil cabai.
Dia mencatat, di Kabupaten Lamongan pada Mei-Juni 2024 tidak ada hujan sehingga kondisi pertanaman mengalami kekeringan karena kekurangan air hampir 90%. Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Tuban, pertanaman di Kecamatan Regel dan Kecamatan Grabagan di mana kondisi lahan berbatu kapur. Kawasan itu disebut hampir 95% pertanaman telah rusak dan produksi turun 4 juta sampai 3,5 juta ton per hektare (ha).
Sementara di Kabupaten Kediri, pertanaman memasuki masa akhir panen, namun produksi juga telah mengalami penurunan akibat kekeringan yang terjadi sejak Mei 2024. Kementan menemukan 90% tanaman sudah layu akibat terserang jamur, bahkan beberapa sudah dibongkar oleh petani.
(kil/kil)Reprinted from detik_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.