Note

Gen Z Disebut Kurang Melek Keuangan, Ini Penyebabnya

· Views 19
Gen Z Disebut Kurang Melek Keuangan, Ini Penyebabnya
Ilustrasi - Foto: Shutterstock
Jakarta

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap bahwa indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan generasi Z atau Gen Z menjadi yang terendah secara nasional.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Frederica Widyasari Dewi mengatakan untuk kelompok usia 15 tahun sampai 17 tahun menjadi yang terendah untuk tingkat literasi dan inklusi keuangan.

Dalam survei yang dilakukan BPS, indeks literasi keuangan kelompok umur 15-17 tahun secara komposit hanya 51,70%, konvensional 51,50% dan syariah 25,54%. Sementara indeks inklusi keuangannya komposit 57,96%, konvensional 57,16% dan syaroah 6,61%.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara umum masih diperlukan tingkat literasi dan inklusi untuk kelompok 15 sampai 17 tahun, ini pelajar ya," kata wanita yang akrab disapa Kiki dalam konferensi pers, di kantor BPS, Jakarta Pusat, Jumat (2/8/2024).

Selain kelompok umur itu, tingkat literasi dan inklusi keuangan rendah juga terjadi pada umur 51 sampai 79 tahun. Tingkat literasi keuangan secara komposit 52,51%, konvensional 52,24% dan syariah 26,76% dan tingkat inklusi keuangan secara komposit 63,55%, konvensional 61,89% dan syariah 12,03%

ADVERTISEMENT

Untuk umur 18 sampai 25 tahun tingkat literasi dan inklusi keuangannya tergolong menengah yakni dengan komposit literasi keuangan 70,19% dan inklusi keuangan 79,21%.

Sementara tingkat literasi dan inklusi keuangan yang tertinggi yakni kelompok usia 26 sampai 35 tahun yakni dengan komposit indeks literasi keuangannya 74,82% dan indeks inklusi keuangannya 84,28%.

Serta usia 36 sampai 50 tahun dengan komposit indeks literasi keuangannya 71,72% dan indeks inklusi keuangannya 81,51%.

Penyebab Literasi dan Inklusi Keuangan Gen Z Terendah

Kiki mengungkap meskipun generasi z tersebut sangat melek akan digitalisasi, tetapi belum cukup mengetahui terkait pengetahuan terkait keuangan.

"Ini concern kita. Jadi mereka itu lebih bahaya. Itu mereka secara digital itu literate, jempolnya canggihnya ke mana mana. Tetapi secara financially mereka belum literate. Mereka sangat mudah mengakses (keuangan) tetapi mereka nggak paham," ungkap Kiki.

Generasi Z yang literasi keuangannya rendah maka sering kali menempuh jalan pendek untuk memenuhi gaya hidupnya. Kiki mencontohkan bahwa ada kasus anak muda yang kini nekat membuka pinjaman online hanya untuk nongkrong.

"Misalnya mereka butuh sesuatu untuk memenuhi FOMO dan YOLO, tetapi mereka nggak financially literate. Ini bahaya. Saya dapat info, anak-anak mudah ini yang terjerat pinjol dan kemudian beranak (utangnya), itu karena ketika dia makan di cafe dengan gaya hidupnya, tiba-tiba tahu nggak cukup uangnya. Dengan jempol yang cepat pinjam online yang cair dalam waktu 15 menit. Itu ternyata menggulung (utangnya) dan terjerat dalam utang," jelas dia.

(ada/kil)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.