Kuasai 29,4 Persen Pasar Nasional, Indocement (INTP) Raup Pendapatan Rp8,1 Triliun

IDXChannel - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan volume penjualan (semen dan clinker) secara keseluruhan sebesar 9,03 juta ton di sepanjang semester I-2024 lalu.

Volume tersebut terhitung meningkat sekitar 672 ribu ton, delapan persen dibanding realisasi penjualan Perseroan pada Semester I-2023.

Baca Juga:

RUPSLB INTP: Buyback Saham dan Alihkan Bisnis Batu Bara

Capaian penjualan tersebut, sebanyak 8.869 ribu di antaranya dikontribusikan oleh kinerja penjualan domestik, yang meningkat 10 persen dari realisasi periode sama tahun lalu.

"Hal ini membuat pangsa pasar domestik kami, mengacu pada data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menjadi 29,4 persen, dengan Jawa sebesar 37,7 persen dan luar Jawa 20,5 persen," ujar Corporate Secretary INTP, Dani Handajani, dalam keterangan resminya, Senin (5/8/2024).

Baca Juga:

Analisis Saham Pilihan: BUMI, INTP, SMGR, KAEF

Dari capaian yang telah diraih tersebut, menurut Dani, pihaknya berhasil mengantongi nilai pendapatan neto sebesar Rp8,124 triliun, meningkat sekitar 1,9 persen persen dibanding Rp7,97 triliun pada enam bulan pertama tahun lalu.

Sedangkan dari komposisi penjualan, permintaan produk semen curah yang didapat Perseroan meningkat dari 25,4 persen pada semester I-2023 menjadi 30,6 persen pada paruh tahun 2024 ini.

Baca Juga:

Menilik Kinerja Emiten Semen SMGR dan INTP di Semester I-2024

"Kenaikan ini merupakan dampak dari peningkatan pasokan ke Ibu Kota Baru (IKN) dan percepatan proyek infrastruktur lain yang dilakukan pemerintah," ujar Dani.

Di lain pihak, Dani juga menjelaskan bahwa volume fighting brand yang lebih tinggi juga berdampak pada harga konsolidasi secara keseluruhan.

Beban Pokok Pendapatan meningkat menjadi Rp5,826 triliun, melonjak 5,2 persen, menyusul volume penjualan yang lebih tinggi. Kondisi ini menghasilkan margin Laba Bruto sebesar 28,3 persen di sepanjang semester I-2024.

"Selanjutnya, beban Usaha Perseroan juga lebih tinggi sebesar 8,8 perseb menjadi Rp1,735 triliun, yang berasal dari volume penjualan yang lebih tinggi dan biaya lain dari perluasan operasi (Grobogan)," ujar Dani.

(Taufan Sukma)