Note

Biang Kerok Sektor Tekstil Terpuruk hingga Jumlah Buruh Berkurang

· Views 39
Biang Kerok Sektor Tekstil Terpuruk hingga Jumlah Buruh Berkurang
Ilustrasi industri tekstil/Foto: Dok. BELL
Jakarta

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) nasional masih terpuruk dan tertekan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri TPT dan pakaian jadi pada kuartal II-2024 terkontraksi 0,03% secara year on year, lalu secara kuartalan (q to q) juga kontraksi 2,63%.

Padahal industri ini sempat mengalami pertumbuhan positif sebelum pandemi COVID-19 melanda. Menurut Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Adie Rochmanto Pandiangan, sektor TPT mengalami pertumbuhan hingga 15,35% pada tahun 2019.

"Jadi kinerja industri TPT sebelum pandemi COVID-19 melanda tumbuh cukup baik dan terus meningkat, dan mencapai puncaknya di tahun 2019 dengan pertumbuhan bahkan sempat 15,35%," katanya dalam diskusi INDEF secara virtual, Kamis (8/8/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, kondisi berubah pada 2020 atau saat pandemi mulai meluas ke banyak negara. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS) dan kawasan Uni Eropa membatalkan pesanannya dari Indonesia.

Meski begitu, industri TPT pada 2022 tercatat tetap tumbuh 9,3% berkat kebijakan dari pemerintah yang memperbolehkan industri tetap beroperasi. Di sisi lain, sejumlah negara justru memperketat kebijakan lockdown.

ADVERTISEMENT

"Industri TPT tetap tumbuh di masa COVID-19 dan kembali mencapai puncaknya pada awal tahun 2022 yang tumbuh sebesar 9,3%. Ini juga sempat tertolong karena teman-teman kita yang pesaing di luar justru memperketat lockdown. Tapi kita justru membuka industri kita tetap beroperasi," tuturnya.

Sayangnya, gejolak geopolitik kembali terjadi pada 2023. Kemudian China mengalami surplus pada produksinya, berbarengan dengan perang dagang melawan AS.

"Terjadi surplus produksi dalam negeri China dan kondisi perang dagang Amerika Serikat dan China, sehingga China harus memaksa memaksimalkan pasar luar negerinya dan Indonesia menjadi salah satu tujuan utama. Karena pertumbuhan ekonomi kita pada masa-masa tadi ketika di luar terjadi geopolitik tadi kita masih cukup bagus dan terjaga," bebernya.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan pasar dalam negeri dibanjiri produk-produk impor. Adie juga menyinggung lemahnya kebijakan dari pemerintah menyebabkan pasar Indonesia kurang terjaga dari serbuan barang impor.

"Dan apalagi pasar dalam negeri kita kurang terjaga dengan baik itu melalui peraturan kebijakan maupun penerapannya. Bagaimana ini nggak masuk kenapa semakin banyak barang-barang ilegal tadi masuk khususnya yang hilir," terang dia.

Adie juga menyebut jumlah pekerja sektor tekstil terus mengalami penurunan. Tercatat ada penurunan jumlah tenaga kerja tekstil sebesar 7,5% dari 2023 ke 2024 "Jadi jumlah tenaga kerja pada sektor tekstil dan pakaian jadi pada 2024 mengalami penurunan dibanding tahun 2023. Tenaga kerja pada tekstil turun sebesar 7,5%, dan sektor industri pakaian jadi mengalami penurunan 0,85%," paparnya.

Dalam data yang ditunjukkan, jumlah tenaga kerja sektor tekstil tersisa 957.122 orang pada 2024. Jumlah ini turun jauh dibanding 2015 sebanyak 1.248.080 orang.

Sementara jumlah pekerja industri pakaian jadi pada 2024 sebanyak 2.916.005 orang. Meski menurun 0,85% dibanding tahun lalu, jumlah pekerja sektor ini terpantau meningkat dibanding 2015 yang sebanyak 2.167.426 orang.

(ily/rrd)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.