Saham Komoditas Logam ANTM-TINS Cs Unjuk Gigi

IDXChannel – Sejumlah saham emiten komoditas logam dasar, macam nikel hingga timah, ditutup menguat pada perdagangan sesi I, Jumat (16/8/2024).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BUMN tambang PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memimpin kenaikan sebesar 6,50 persen.

Baca Juga:

Emiten Saham Termahal (DSSA) Mau Terbitkan Obligasi dan Sukuk, Nilainya Rp2 Triliun

Di bawah ANTM, saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) terapresiasi 3,94 persen, saham PT Timah Tbk (TINS) meningkat 2,44 persen, PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) tumbuh 1,67 persen.

Kemudian, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mendaki 1,57 persen, PT PAM Mineral Tbk (NICL) naik 0,72 persen, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) terangkat 0,54 persen.

Baca Juga:

Tersengat Radar UMA, Saham Dosni Roha (ZBRA) Melesat 16 Persen

Saham emiten tambang emas PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), yang anak usahanya baru saja menang perkara hukum, menghijau 3,33 persen.

Sejatinya, harga komoditas logam belum begitu menggeliat. Namun, ada kabar baik dari pasar tembaga yang nak 2,22 persen pada Kamis (15/8), mencoba memantul dari area low teranyar.

Baca Juga:

Gerak Saham EXCL dan FREN saat Ada Rumor Kemajuan Merger

Kenaikan ini seiring dengan harapan bahwa sinyal dari bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) akan memperbaiki prospek permintaan untuk komoditas seperti logam merah ini.

Menurut analis ANZ Research dalam sebuah catatan, tanda-tanda ketahanan di pasar tenaga kerja AS telah meredakan kekhawatiran resesi yang mengancam pasar komoditas industri, dikutip Dow Jones Newswires, Kamis (15/8).

Sentimen investor juga semakin meningkat setelah inflasi di AS mereda selama empat bulan berturut-turut, semakin memperkuat argumen untuk pemangkasan suku bunga, tambah para analis.

"Ekspektasi kini tinggi untuk pemotongan suku bunga oleh Fed," kata mereka.

Pasar kini tengah memantau dengan cermat pemogokan di tambang tembaga terbesar di dunia, Escondida di Chili, setelah BHP Group gagal mencapai kesepakatan dengan serikat pekerja utama, menurut analis SP Angel dalam sebuah catatan.

Berdasarkan catatan Dow Jones Newswires, Kamis (15/8), sekitar 5 persen dari pasokan tembaga global berasal dari tambang ini, kata SP Angel.

Pemogokan—dan kekhawatiran pasokan terkait sengketa tenaga kerja tersebut—juga mengalihkan perhatian dari permintaan yang melemah di China, tulis analis ANZ Research.

Sementara, kontrak berjangka (futures) nikel di London Metal Exchange (LME) naik 0,29 persen pada Kamis, tetapi masih dalam downtrend. Sedangkan, futures timah menguat 0,74 persen menurut data terbaru, 14 Agustus lalu, berusaha rebound dari level rendah terbaru.

Dalam riset pada 29 Juli 2024, BRI Danareksa Sekuritas menulis, harga timah melemah selama Juli 2024 kendati suplai yang ketat di China dan penurunan inventori secara global.  

Kendati downtrend jangka panjang, harga nikel sendiri terbilang stabil sejak bulan lalu, kendati BRI Danareksa tetap waspada terhadap penurunan lebih lanjut lantaran permintaan musiman yang lemah.

BRI Danareksa dalam risetnya tetap memberikan rating positif, yakni overweight kepada sektor tambang logam, dengan menjagokan TINS dan NCKL lantaran "visibilitas laba mereka yang lebih baik". (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.