Saham BUMI hingga ADRO Hijau Tebal Imbas Batu Bara Menguat

IDXChannel – Saham emiten tambang batu bara menguat signifikan hingga penutupan perdagangan sesi I, Jumat (16/8/2024) seiring komoditas energi acuannya naik lebih dari 2 persen kemarin.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) naik tajam 11,25 persen ke Rp89 per saham.

Baca Juga:

Emiten Saham Termahal (DSSA) Mau Terbitkan Obligasi dan Sukuk, Nilainya Rp2 Triliun

Saham BUMI menguat bersama anak usahanya PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang menghijau 3,33 persen seiring unit usahanya baru saja memenangkan perkara hukum.

Selain saham BUMI, saham batu bara lainnya PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) meningkat 3,57 persen, PT ABM Investama Tbk (ABMM) terapresiasi 2,08 persen, PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) 2,06 persen.

Baca Juga:

Gerak Saham EXCL dan FREN saat Ada Rumor Kemajuan Merger

Saham PT Indika Energy Tbk (INDY) juga mendaki 2,02 persen, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) terangkat 1,87 persen, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) 1,56 persen.

Nama-nama lainnya, saham SMMT naik 1,39 persen, DOID 1,36 persen, ADMR 1,18 persen, ITMG 0,95 persen, UNTR 0,91 persen, GEMS 0,82 persen, PTBA 0,74 persen, hingga MBAP 0,33 persen.

Baca Juga:

Saham Komoditas Logam ANTM-TINS Cs Unjuk Gigi

Batu Bara Membara

Diwartakan sebelumnya, harga batu bara naik tajam pada perdagangan Kamis (15/8) seiring menguatnya gas alam Eropa.

Berdasarkan data Barchart, kontrak berjangka (futures) batu bara Newcastle pengiriman September 2024 terapresiasi 2,26 persen ke level USD151,75 per ton pada Kamis.

Harga batu bara dalam kondisi uptrend sejak medio Juli lalu.

Mengutip MontelNews, Kamis (15/8), kontrak gas di hub TTF Belanda terakhir diperdagangkan naik EUR0,72 menjadi EUR39,69 per MWh.

Kontrak ini tampaknya akan mengakhiri kerugian sebelumnya setelah mencapai titik tertingginya sejak Desember, yaitu EUR42,90 per MWh pada Senin.

Harga gas alam naik 20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan akhir Juli, sebelum insiden Ukraina di wilayah Kursk Rusia memicu kekhawatiran bahwa pertempuran dapat menghentikan pengiriman gas Rusia yang tersisa ke Eropa melalui titik sambungan Sudzha di area tersebut.

Namun, menurut analis utama untuk riset pasar gas Eropa di Rystad Energy Christoph Halser dalam webinar Montel tentang prospek gas musim dingin di wilayah tersebut, insiden itu tidak menjustifikasi reli terbaru.

“Hal tersebut tidak didukung secara fundamental. Ini lebih merupakan spekulasi terhadap dampak kejutan daripada… kontribusi tahunan sebesar 3 persen terhadap keseimbangan Eropa,” katanya.

Halser menambahkan, Rystad memperkirakan aliran pipa gas Rusia melalui Sudzha akan berhenti pada akhir tahun dengan berakhirnya perjanjian transit.

“Kita tahu para trader memantau nominasi ini dengan seksama, tetapi sejujurnya saya tidak mengharapkan dampak besar,” kata seorang analis dari utilitas kontinental.

“Keduanya, Ukraina dan Rusia, dapat dengan mudah menghentikan aliran melalui titik ini kapan saja mereka mau, jadi mengklaim bahwa stasiun pengukuran ini [yang sebagian rusak] memiliki dampak yang signifikan, menurut saya tidak terlalu berpengaruh.”

Produksi Batu Bara China

Produksi batu bara China naik 2,8 persen pada Juli dibandingkan tahun lalu, seiring dengan peningkatan produksi di tambang untuk memastikan pasokan yang stabil di tengah suhu yang memecahkan rekor, menurut data dari biro statistik.

Meskipun demikian, melansir dari Reuters, Kamis (16/8), output energi termal mengalami penurunan sementara produksi energi hidro meningkat pesat.

Sebagai produsen batu bara terbesar di dunia, China memproduksi 390,37 juta metrik ton batu bara bulan lalu, menurut data Biro Statistik Nasional yang dirilis pada Kamis, turun dari 405,38 juta ton pada Juni yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2023.

Regulator energi nasional China menyatakan pada akhir Juli, mereka sedang mengkoordinasikan stok batu bara pembangkit listrik untuk menjaga agar tetap minimal 200 juta ton karena cuaca panas yang terus berlanjut.

Rata-rata produksi batu bara harian pada Juli mencapai 12,59 juta ton, menurut perhitungan Reuters, turun dari 13,5 juta ton per hari pada Juni tetapi naik dari 12,18 juta ton per hari tahun lalu.

Namun, output energi termal mengecewakan industri batu bara pada Juli, turun untuk bulan ketiga berturut-turut karena lebih banyak listrik dihasilkan dari pembangkit hidro akibat hujan lebat pada Juli.

Generasi listrik termal China turun 4,9 persen menjadi 574,9 miliar kilowatt-jam (kWh) meskipun total pembangkit listrik meningkat 2,5 persen menjadi 883,1 miliar kWh, menurut data statistik.

Sementara itu, produksi energi hidro bulan lalu naik 36,2 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 166,4 miliar kWh.

Industri batu bara ke bahan kimia China yang terus berkembang membantu mengimbangi penurunan permintaan untuk pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, dengan konsumsi batu bara di industri kimia tumbuh 21 persen pada paruh pertama tahun ini, tulis Lauri Myllyvirta, senior fellow di Asia Society Policy Institute.

“Dorongan untuk keamanan energi China dan harga batu bara yang turun relatif terhadap harga minyak telah memicu lonjakan di industri ini,” kata Myllyvirta.

Para analis memperkirakan, produksi batu bara China akan terus meningkat hingga kuartal III-2024 akibat cuaca panas dan pemulihan produksi dari penurunan awal tahun ini akibat inspeksi keselamatan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.