Saham Emiten Rokok Lanjutkan Momentum, GGRM Naik 3 Persen
IDXChannel – Saham emiten produsen rokok kembali menguat pada Selasa (20/8), melanjutkan kenaikan tiba-tiba pada Senin (19/8), di tengah pasar berekspektasi soal potensi perubahan pada tarif cukai rokok ke depan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.15 WIB, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik 3,40 persen ke Rp16.750 per saham.
Pada Senin, saham GGRM merangkak naik sejam sebelum penutupan pasar, ditutup meningkat 8,18 persen.
Saham pesaing GGRM, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) juga lagi-lagi terapresiasi, yakni sebesar 1,30 persen ke Rp780 per saham.
Kemarin, saham HMSP ditutup meningkat tajam 15,79 persen. Penguatan saham HMSP pada Senin dimulai sekitar pukul 15.00 WIB usai seharian cenderung sideways.
Saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) juga tersengat, tumbuh 2,02 persen pada Selasa, usai mendaki 8,79 persen pada Senin.
Pelaku pasar menilai kenaikan mendadak saham rokok pada Senin berkaitan dengan kebijakan tarif cukai hasil tembakau (CHT) teranyar.
Maklum, kinerja GGRM dan emiten sejenis mengalami tekanan bertahun-tahun akibat kenaikan cukai rokok yang signifikan—hingga 100 persen secara akumulatif di era Joko Widodo (Jokowi)—yang pada gilirannya menggerus bottom line perusahaan.
Pemerintah sendiri telah memutuskan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) rata-rata sebesar 10 persen dan cukai rokok elektrik 15 persen pada 2024.
“Market tentunya terus mencermati perkembangan dinamika cukai rokok,” kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta kepada IDXChannel.com, Senin (19/8/2024).
Nafan menjelaskan, prospek kinerja rokok di tahun ini relatif melambat karena terjadi sebelumnya selama semester I-2024 penurunan baik dari sisi kinerja top line maupun bottom line. Nafan menilai, setidaknya, di semester II-2024 perusahaan melakukan perbaikan.
Tantangannya, kata Nafan, saat ini berkaitan dengan dinamika cukai rokok.
Sementara, menurut hemat pengamat pasar modal Michael Yeoh, penguatan saham rokok pada Senin berkaitan dengan respons pasar terhadap peluang munculnya nama baru yang menduduki posisi menteri keuangan (menkeu) di pemerintahan anyar, yang bisa membuka kemungkinan perubahan regulasi cukai rokok.
"[isu yang] paling mendekati sih kemungkinan menteri keuangan sudah bukan Sri Mulyani," kata Michael saat dihubungi IDXChannel.com, Senin (19/8).
Senior Technical Analyst Samuel Sekuritas Indonesia M. Alfatih juga menyinggung soal potensi perubahan kebijakan cukai rokok di pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Target penerimaan kepabean dan cukai di RAPBN 2025 turun. Sentimen positif buat industri rokok,” tutur Alfatih kepada IDXChannel.com, Senin (19/8).
Informasi saja, menurut dokumen nota keuangan, penerimaan cukai dalam RAPBN tahun anggaran 2025 diproyeksikan mencapai Rp244,2 triliun atau tumbuh 5,9 persen.
Berkaitan dengan target tersebut, Peneliti Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya (FEB UB) Malang, Imanina Eka Dalilah, mengingatkan agar pemerintah perlu merumuskan secara moderat sebelum menerapkan kebijakan kenaikan cukai hasil tembakau (CHT).
"Banyak yang bakal terdampak dari kebijakan CHT di Indonesia, mulai dari tenaga kerja, industri, hingga pertanian," kata Imanina dikutip dari Sindonews, Senin (19/8).
Mengutip hasil kajian PPKE FEB UB (2023), peningkatan tarif CHT tidak secara niscaya menurunkan minat merokok masyarakat. Namun, konsumen malahan condong mencari produk rokok yang harganya dianggap memenuhi kemampuan daya belinya alias melakukan downtrading.
Kinerja Tertekan
Kinerja emiten rokok yang lesu juga disoroti oleh Sinarmas Sekuritas dalam risetnya pada 29 Juli 2024.
Sinarmas Sekuritas menilai, untuk kasus HMSP, daya beli yang lemah menekan penjualan, dan pihaknya menurunkan peringkat perseroan menjadi netral.
Saat ini, Sinarmas Sekuritas belum melihat perubahan tren konsumsi rokok.
Kenaikan harga yang diberlakukan perusahaan akibat biaya dan pajak rokok yang lebih tinggi tidak diserap dengan baik oleh konsumen.
Daya beli yang melemah, kata Sinarmas Sekuritas, menyebabkan konsumen beralih ke produk yang lebih murah, sehingga sulit bagi HMSP, sebagai perusahaan rokok kelas satu (tier-1), untuk mencapai profitabilitas.
Analisis BRI Danareksa Sekuritas untuk GGRM menjelaskan, kendati GGRM diperdagangkan dengan valuasi rendah saat ini, pihaknya memperkirakan prospek tetap menantang karena pertumbuhan volume penjualan yang lemah, yang bisa menunda penyesuaian harga lebih lanjut dan mendorong pergeseran produk ke segmen yang lebih terjangkau.
GGRM baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka tidak akan membagikan dividen dari laba bersih untuk tahun fiskal 2023 karena ingin mempertahankan dana untuk modal kerja.
BRI Danareksa pun menurunkan peringkat GGRM menjadi hold dengan target harga baru sebesar Rp17.500.
Risiko upside (kenaikan) untuk GGRM, kata BRI Danareksa, termasuk adanya regulasi yang lebih menguntungkan bagi perusahaan rokok Tier-1, seperti kebijakan cukai 2025 dan struktur cukai baru yang memperkecil selisih antara produsen Tier-1 dan produsen kelas bawah.
Hanya saja, memang, belum ada perkembangan lebih lanjut terkait isu di muka.
Yang jelas, kenaikan signifikan secara tiba-tiba suatu saham biasanya berkaitan dengan kabar penting, bisa yang berasal dari eksternal—seperti kebijakan cukai rokok, dalam kasus ini—maupun dari internal, macam aksi korporasi tertentu hingga laporan laba yang di luar ekspektasi. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.