Note

Saham Farmasi KAEF Cs Memerah usai Sempat Naik Tinggi

· Views 39
Saham Farmasi KAEF Cs Memerah usai Sempat Naik Tinggi
Saham Farmasi KAEF Cs Memerah usai Sempat Naik Tinggi. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Sejumlah saham emiten farmasi terkoreksi pada Kamis (22/8/2024) usai ditutup naik tajam pada perdagangan Rabu (21/8).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.12 WIB saham emiten pelat merah PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melemah 4,58 persen. Pada Rabu, saham KAEF melesat 21,43 persen.

Baca Juga:
Saham Farmasi KAEF Cs Memerah usai Sempat Naik Tinggi Wijaya Karya (WIKA) Akui Selektif Pilih Proyek Baru, Ini Alasannya

Selain KAEF, saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) juga turun 4,72 persen, setelah terapresiasi 13,25 persen kemarin.

Saham TPSC juga merosot 3,80 persen, PYFA minus 2,70 persen, PEHA 2,09 persen, SOHO 1,49 persen, dan DVLA 0,30 persen.

Baca Juga:
Saham Farmasi KAEF Cs Memerah usai Sempat Naik Tinggi Suspensi Dicabut, Saham Green Power (LABA) Langsung Melesat 

Pada Rabu, sejumlah investor menduga penguatan signifikan saham farmasi berkaitan dengan spekulasi jangka pendek  yang disebabkan oleh kekhawatiran terhadap penyebaran kasus cacar monyet (Monkeypox/Mpox) di Indonesia.

Namun, yang perlu diperhatikan, sejumlah saham farmasi, seperti KAEF dan PEHA, dalam tren penurunan (downtrend) dan mencatatkan kinerja keuangan yang jeblok.

Baca Juga:
Saham Farmasi KAEF Cs Memerah usai Sempat Naik Tinggi Harga Emas Antam (ANTM) Hari Ini Turun Rp5.000, Termurah Rp755.000

Tembus 88 Kasus

Diwartakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, kasus Mpox di Indonesia sebanyak 88 kasus konfirmasi selama 2022-2024. Jumlah ini dinilai tidak mengalami peningkatan signifikan.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Yudhi Pramono mengatakan, meski sempat mencapai 74 kasus pada 2023. Namun, pada 2024 ini kasus Mpox mengalami penurunan karena hanya tercatat sebanyak 14 kasus.

“Mpox di Indonesia tahun 2022 ada satu kasus konfirmasi, 2023 ada 74 kasus konfirmasi, dan 2024 14 kasus konfirmasi. Total 2022-2024, 88 kasus," ujarnya dalam konferensi pers secara daring, belum lama ini.

Peningkatan kasus Mpox pada 2023 memang menjadi yang tertinggi di Tanah Air. Sepanjang tahun tersebut, kasus tertinggi tercatat sebanyak 12 kasus yang terjadi pada Oktober 2023.

Selama kurun waktu tersebut, terdapat sejumlah wilayah di Indonesia yang terkonfirmasi terkait kasus Mpox. Namun, wilayah Jakarta memiliki kasus terbanyak yakni 59 kasus konfirmasi.

Sementara satu kasus konfirmasi di Kepulauan Riau, Jawa Barat dengan 13 kasus konfirmasi, Banten dengan sembilan kasus konfirmasi, Yogyakarta sebanyak tiga kasus konfirmasi, dan Jawa Timur tiga kasus konfirmasi.

Yudhi menyebut, dari total 88 kasus tersebut, sebanyak 87 pasien telah dinyatakan sembuh. Sementara satu pasien yang terkonfirmasi pada Juni masuk dalam penyembuhan.

“Kasus sempat mengalami penurunan. Terakhir April dan (kasus konfirmasi) Juni sedang proses penyembuhan," kata dia.

Sebagai informasi, WHO melaporkan, dari 75 negara termasuk Nigeria, Kanada, Australia, Amerika Serikat, Singapura dan beberapa negara di Eropa, sudah ada sekitar 16 ribu kasus cacar monyet dan lima kematian ketika keputusan status darurat kesehatan global ini ditetapkan.

Karena jumlah kasus yang terjadi di seluruh dunia masih tergolong kecil, penyakit cacar monyet belum bisa ditetapkan sebagai pandemi.

Namun, cacar monyet yang dahulu adalah penyakit endemik atau penyakit yang selali ada pada suatu daerah, kini statusnya telah meningkat menjadi darurat kesehatan global.

Penjelasan WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan para ahli tahu cara mengendalikan penyebaran penyakit cacar monyet.

"Mpox bukanlah Covid yang baru," kata Direktur Regional Eropa WHO Dr Hans Kluge, dilansir dari BBC pada Rabu (21/8/2024).

Mpox telah menewaskan sedikitnya 450 orang di Republik Demokratik Kongo (DRC) dalam beberapa bulan terakhir. Wabah kali ini disebabkan varian Clade Ib yang lebih cepat menyebar dibandingkan tipe Clade II yang memicu wabah pada 2022.

Meski demikian, Kluge mengatakan risiko wabah mpox terhadap populasi umum jauh lebih rendah dibandingkan pandemi Covid.

"Apakah kita akan melakukan lockdown di wilayah WHO Eropa seperti saat pandemi Covid? Jawabannya jelas tidak," kata Kluge.

"Dua tahun lalu, kami mengendalikan Mpox di Eropa berkat keterlibatan langsung dengan komunitas yang paling terdampak. Pada 2022, Mpox menunjukkan kepada kita bahwa penyakit ini dapat menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Kita dapat, dan harus, mengatasi Mpox bersama-sama – lintas wilayah dan benua," tuturnya. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.