Harga CPO Naik Berhari-hari, Intip Kinerja Saham TAPG-LSIP Cs
IDXChannel - Kontrak berjangka (futures) minyak sawit mentah (CPO) Malaysia melonjak lebih dari 1 persen menjadi di atas MYR3.970 per ton, pada Selasa (27/8/2024).
Harga CPO naik untuk hari kelima berturut-turut, menjadikannya reli terpanjang dalam enam pekan terakhir.
Dalam sepekan, harga CPO sudah menguat 7 persen, dalam upaya kembali ke zona penguatan.
Kenaikan ini didorong oleh pelemahan ringgit dan kenaikan harga minyak saingan di pasar Dalian dan CBoT.
Menurut catatan Trading Economics, harga mencapai puncak tertinggi dalam satu bulan terakhir, didorong oleh rencana Indonesia—sebagai eksportir utama—untuk meningkatkan tingkat pencampuran biodiesel, di mana Presiden terpilih Prabowo Subianto berharap meluncurkan kebijakan wajib pencampuran minyak 50 persen ke dalam solar alias biodiesel (B50) tahun depan.
Sementara, kekhawatiran mengenai cuaca buruk semakin meningkat setelah Malaysia memprediksi badai petir dari 26 Agustus hingga 1 September di sembilan dari 16 negara bagian.
Trader minyak sawit David Ng mengatakan kepada Bernama, kenaikan harga minyak mentah juga turut mendukung sentimen positif di pasar.
"Kami melihat level support di MYR3.850 per ton dan level resistance di MYR4.000 per ton," ujarnya, Senin (27/8).
Analis senior di Fastmarkets Palm Oil Analytics Sathia Varqa, menambahkan, kenaikan harga minyak mentah yang dipicu oleh eskalasi baru di Timur Tengah dan sinyal yang lebih jelas mengenai penurunan suku bunga di Amerika Serikat (AS) pada September telah memicu lonjakan pembelian di pasar minyak nabati.
Di saat yang sama, Asosiasi Penggilingan Minyak Sawit Semenanjung Selatan (SPPOMA) melaporkan, produksi turun sekitar 0,9 persen selama 25 hari pertama Agustus.
Namun, lemahnya ekspor membatasi dorongan kenaikan harga ini, dengan data surveyor kargo mencatat, pengiriman produk minyak sawit Malaysia untuk periode 1-25 Agustus turun antara 14,05 persen hingga 14,9 persen dibandingkan periode yang sama di Juli.
Kinerja Saham
Pada Selasa (27/8), pukul 15.10 WIB, saham-saham perkebunan sawit dan produsen CPO bergerak beragam.
Saham PTPS, misalnya, menguat 1,33 persen, bersama dengan TAPG yang naik tipis 0,72 persen.
Kemudian, beberapa lainnya stagnan. Sebut saja, saham AALI, LSIP, SGRO, UNSP, SMAR, TLDN.
Sementara, saham SIMPI malahan memerah 0,52 persen, NSSS turun 0,53 persen, DSNG minus 0,64 persen, ANJT terkoreksi 0,72 persen, SSMS 0,92 persen, TBLA 1,56 persen, hingga CSRA yang terbenam 3,50 persen.
Di antara nama-nama tersebut, saham DNSG dan TAPG mungkin menjadi segelintir yang tumbuh baik selama sebulan terakhir, dengan kenaikan masing-masing 11,43 persen dan 6,11 persen.
Dengan persentase yang lebih rendah, saham LSIP juga berhasil naik 4,07 persen dan AALI 2,51 persen dalam periode yang sama.
Secara umum, saham emiten sawit masih cenderung kurang bergairah akhir-akhir ini lantaran belum memiliki katalis positif yang signifikan.
Prospek Panen di RI
Mengutip Bloomberg, Selasa (27/8), prospek panen minyak sawit Indonesia tampak suram karena cuaca kering dan pohon yang menua menghambat produksi di Tanah Air, yang notabene menjadi negara produsen sawit terbesar dunia ini, yang kemungkinan akan memperketat pasokan global dan menjaga harga tetap tinggi.
Menurut perkiraan dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), produksi minyak sawit di 2024 diperkirakan stagnan atau turun hingga 5 persen dibandingkan tahun 2023. Sebelumnya, kedua kelompok industri ini sempat memprediksi adanya peningkatan produksi.
Perkiraan pemerintah AS menunjukkan, cadangan minyak sawit global menuju level terendah dalam tiga tahun.
Sementara Malaysia, produsen terbesar kedua dunia, juga menghadapi masalah pasokan akibat pohon yang menua dan kekurangan tenaga kerja. Minyak sawit digunakan dalam berbagai produk, mulai dari sabun hingga es krim dan bahan bakar.
Indonesia mencatat produksi minyak sawit sebesar 54,84 juta ton pada 2023, menurut data GAPKI, setelah tiga tahun penurunan produksi. Gapki memperkirakan produksi tahun ini hanya mencapai 52 juta hingga 53 juta ton.
Masalah pohon yang menua terus menjadi tantangan bagi industri sawit. Ketua Pelaksana Dewan Minyak Sawit Indonesia, Sahat Sinaga, menyebut, banyak perkebunan milik petani kecil di Indonesia yang usianya lebih dari 25 tahun dan sangat membutuhkan peremajaan untuk meningkatkan produksi.
Produksi tandan buah segar (TBS) turun menjadi sekitar 700 kilogram per hektare di beberapa perkebunan, dari sebelumnya 830 kilogram.
"Saya sangat khawatir, kejayaan minyak sawit Indonesia bisa memudar jika masalah ini [perkebunan yang menua] tidak segera diatasi," ujar Sinaga, dikutip Bloomberg, Selasa (27/8). (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.