Pasardana.id - Indonesia memiliki kemampuan untuk mengolah sumber daya alam menjadi nilai tambah berupa baterai yang akan menjadi bagian dari transisi energi.
Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki target pengembangan penyimpanan energi baterai atau Battery Energy Storage System (BESS) untuk energi baru terbarukan (EBT) hingga 2060.
Adapun, target tersebut tertuang dalam Rancangan Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).
“Target tersebut merupakan bagian dari upaya penyediaan energi untuk akomodasi di sejumlah wilayah yang tidak memiliki transmisi listrik,” ungkap Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, di Jakarta, Kamis (05/9).
"Target dari baterai sebagai energy storage sampai tahun 2060 itu 18 gigawatt. Jadi kebutuhan kita banyak, 2 gigawatt sampai 2030," sambung Eniya.
Lebih lanjut dijelaskan, penyimpanan energi baterai diperlukan untuk mengombinasikan energi terbarukan yang fluktuatif dengan baterai.
Dalam hal ini, baterai diperlukan untuk menjadi pangsa pasar di Indonesia Timur.
Sebab, di wilayah tersebut hanya ada off grid system atau pembangkit listrik yang tidak berhubungan ke jaringan listrik.
Adapun, supply listrik dihasilkan dari air atau solar.
"Sehingga kita sedang mendorong konsep smart grid system dikombinasi dengan baterai energi storage system," jelasnya.
Adapun untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060, menurut Eniya, ada 2 tantangan besar yang dihadapi, yaitu; penghentian bertahap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan meningkatkan EBT untuk menggantikan bahan bakar fosil.
Hot
No comment on record. Start new comment.