Note

Harga CPO Lesu Lagi, ke Bawah Level MYR3.900 per Ton

· Views 7
Harga CPO Lesu Lagi, ke Bawah Level MYR3.900 per Ton
Harga CPO Lesu Lagi, ke Bawah Level MYR3.900 per Ton. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives turun di awal pekan, Senin (9/9/2024), usai gagal bertahan di atas level psikologis MYR4.000 per ton pekan sebelumnya.

Menurut data pasar, per pukul 11.42 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO melemah 1,05 persen secara harian ke level MYR3.860 per ton.

Baca Juga:
Harga CPO Lesu Lagi, ke Bawah Level MYR3.900 per Ton Saham Batu Bara ABMM hingga ADRO Memerah di Awal Pekan

Harga CPO sempat menyentuh MYR4.000 per ton, tepatnya MYR4.003 per ton dalam perdagangan intraday 30 Agustus 2024.

Menurut pedagang komoditas David Ng, dikutip Bernama, Sabtu (7/9), harga CPO diperkirakan akan tetap lesu pekan ini akibat sentimen pelemahan minyak kedelai dan kekhawatiran yang berlanjut terhadap peningkatan stok minyak sawit di Malaysia.

Baca Juga:
Harga CPO Lesu Lagi, ke Bawah Level MYR3.900 per Ton Suspensi Saham Dicabut, JMAS Masuk Papan Pemantauan Khusus

“Kami memperkirakan harga komoditas ini akan diperdagangkan antara MYR3.750 hingga MYR3.900 per ton [pekan ini],” katanya kepada Bernama.

Pedagang senior minyak sawit dari Interband Group of Companies, Jim Teh, memproyeksikan kontrak berjangka CPO akan diperdagangkan dalam kisaran MYR3.730 hingga MYR3.830 per ton pekan ini, didorong oleh permintaan yang kuat dari pasar utama seperti China, India, dan Uni Eropa.

Baca Juga:
Harga CPO Lesu Lagi, ke Bawah Level MYR3.900 per Ton Gerak Saham LABA-PORT Cs yang Tengah Gelar Tender Offer

“Dari segi stok, kami menantikan rilis angka dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB) pada 10 September, yang jatuh pada Selasa, untuk posisi stok Agustus. Dengan cuaca yang menguntungkan, stok mungkin akan meningkat,” ujarnya.

Dia juga menambahkan bahwa permintaan fisik diharapkan datang dari pasar biasa seperti China, India, Pakistan, negara-negara Timur Tengah, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS).

Kewaspadaan juga meningkat setelah Reuters memprediksi, stok minyak sawit Malaysia naik ke level tertinggi dalam enam bulan pada akhir Agustus, seiring dengan lemahnya ekspor.

Menurut Trading Economics, Jumat (6/9), surveyor kargo Intertek Testing Services melaporkan pengiriman negara tersebut turun hampir 10 persen secara bulanan.

Sementara, di India, yang merupakan pembeli terbesar, impor minyak sawit anjlok 27 persen pada Agustus akibat stok yang melimpah dan margin negatif yang membuat para pengolah mengurangi pembelian.

Di sisi lain, harga minyak mentah global berada di jalur penurunan selama empat pekan berturut-turut, sebagian besar karena kekhawatiran permintaan yang terus-menerus dari China.

Meski begitu, produksi minyak sawit yang lesu dalam beberapa bulan terakhir membatasi penurunan harga.

Relaksasi Pungutan Ekspor Sawit RI

Kabar lainnya, Indonesia, yang notabene pengekspor minyak sawit terbesar di dunia, berencana menurunkan tarif pungutan ekspor minyak tropis tersebut untuk meningkatkan daya saing terhadap minyak nabati lain dan meningkatkan pendapatan petani, kata seorang pejabat pemerintah pada Rabu.

Minyak sawit biasanya diperdagangkan dengan harga diskon dibandingkan minyak nabati lainnya.

Namun, belakangan ini harganya kalah bersaing dengan minyak kedelai dan minyak bunga matahari karena pasokan yang melimpah, sehingga mengurangi pembelian dari negara utama seperti India dan China.

"Secara tradisional (minyak sawit) selalu yang termurah, tetapi sekarang harganya sangat kompetitif dengan minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Dengan menurunkan (pungutan ekspor), kami berharap dapat meningkatkan kesejahteraan petani kecil dan daya saing harga," kata Dida Gardera, pejabat senior di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, kepada Reuters, dikutip dari The Edge Malaysia, Rabu (4/9/2024) lalu.

Petani kecil sering mengeluh bahwa eksportir menawarkan harga yang lebih murah untuk buah sawit mereka sebagai kompensasi atas pajak ekspor yang lebih tinggi.

Berdasarkan aturan saat ini, Indonesia memberlakukan pungutan antara USD55 hingga USD240 per metrik ton untuk ekspor minyak sawit mentah, tergantung pada harga global minyak sawit, yang dikenakan di atas pajak ekspor terpisah.

Ada 17 kategori pungutan, dengan tarif terendah berlaku ketika harga minyak sawit di bawah USD680 per ton, dan tarif tertinggi ketika harga di atas USD1.430 per ton.

Tarif pungutan baru akan memiliki kategori harga yang lebih sederhana, kata Dida, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Indonesia mengumpulkan pungutan dari pengiriman produk minyak sawit untuk mendanai program seperti skema peremajaan petani kecil dan mandat pencampuran biodiesel.

Ekspor minyak sawit Indonesia pada paruh pertama tahun ini mencapai 15,07 juta metrik ton, turun 7,65 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data dari kelompok produsen minyak sawit terbesar di RI, GAPKI. (Aldo Fernando)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.