Momentum Saham Bumi Resources (BUMI) dan Harapan Manajemen
IDXChannel – Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tengah dalam momentum positif belakangan ini. Manajemen pun mengutarakan ekspektasinya di emiten batu bara tersebut.
Saham BUMI menguat 7,62 persen ke Rp113 per saham, pada Kamis, hingga pukul 15.27 WIB, menandai berlanjutnya uptrend ke atas angka psikologis 100.
Nilai transaksi tercatat mencapai Rp172,30 miliar dan volume perdagangan 1,56 miliar saham. Saham BUMI ramai ditransaksikan selama 3 hari belakangan, di atas rata-rata 20 hari, yang sebesar 687 juta saham.
Saham emiten yang dikendalikan oleh Grup Salim dan Grup Bakrie tersebut tengah menikmati tren positif, seiring harga melesat 21,28 persen dalam sebulan dan lebih dari 65 persen dalam 3 bulan terakhir.
Melihat pergerakan dan momentum saham perseroan, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menyatakan keyakinannya bahwa Bumi Resources dapat memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan untuk masuk ke dalam indeks LQ45.
"Saya rasa Bumi bisa memenuhi setiap kriteria spesifik untuk masuk ke dalam LQ45, seperti volume perdagangan, kapitalisasi pasar, frekuensi perdagangan, likuiditas, kesehatan keuangan, dan durasi pencatatan. Sebagai produsen batu bara terbesar, Bumi memang merupakan perwakilan sektor yang sebenarnya,” kata Dileep kepada IDXChannel.com, Rabu (18/9/2024).
Dileep menambahkan, BUMI juga tercatat dalam indeks global, yakni MSCI dan lima indeks FTSE.
“Mungkin mereka [indeks global] melihat sesuatu yang sayangnya tidak terlihat oleh sebagian orang di sini. Meski begitu, banyak pihak senang memperdagangkan saham Bumi dan meraup keuntungan darinya,” ujarnya.
Dileep menegaskan, BUMI seharusnya masuk dalam daftar LQ45, sembari mempertanyakan mengapa saham batu bara lainnya seperti HRUM, ITMG, PTBA, dan ADRO dimasukkan, sementara BUMI memiliki kapitalisasi pasar, volume perdagangan, frekuensi perdagangan, dan kriteria LQ45 lainnya yang jauh lebih unggul.
Sebelumnya, pada 2 September 2024, Dileep menginformasikan, BUMI tetap tercatat dalam MSCI Small Cap Index Indonesia pada tinjauan terbaru yang berlaku mulai 24 September, dan juga masih tercatat dalam lima indeks FTSE.
“Hal ini memungkinkan index fund seperti Blackrock, Dimension, SSAC, dan beberapa fund dari Inggris untuk memiliki saham Bumi,” kata Dileep waktu itu kepada IDXChannel.com.
Cadangan Batu Bara
Diwartakan sebelumnya, BUMI memiliki posisi cadangan yang tersimpan pada lokasi tambang batu bara milik perseroan mencapai 2,4 miliar ton.
Cadangan 'emas hitam' tersebut berasal dari anak usaha BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (Arutmin) serta aset di Pendopo, Sumatera Selatan.
Sementara perkiraan potensi sumber daya mencapai 6,81 miliar ton. BUMI mengklaim, dengan cadangan tersebut masih bisa memproduksi batu bara hingga 30 tahun dengan volume produksi mencapai 80 juta ton per tahun.
Menurut Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava, KPC mencatat cadangan batu bara sebesar 721 juta ton dan Arutmin sebanyak 327 juta ton. Sementara aset BUMI di Pendopo memiliki cadangan sekitar 1,3 miliar juta ton.
“BUMI akan mengoptimalkan pendapatan dan laba bersih jangka panjang dari cadangan yang ada. Untuk itu, BUMI akan mengadopsi proses digital dalam operasional, dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi biaya produksi lainnya,” ujar Dileep dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (3/9).
BUMI berkomitmen memenuhi wajib pasok dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) yang ditetapkan pemerintah. Tujuannya adalah menjamin keamanan pasokan batu bara domestik secara berkelanjutan dan optimasi penerimaan negara.
Secara nasional, BUMI berkontribusi terhadap DMO sebesar 25 persen. BUMI mencatatkan kenaikan produksi batu bara menjadi 37,7 juta ton di semester I-2024, naik dari periode sama 2023, yaitu sebesar 35,4 juta ton.
Kenaikan produksi batu bara itu didorong oleh performa kontraktor yang lebih baik, dan curah hujan yang lebih sedikit di wilayah pertambangan KPC.
Kendati produksi meningkat 7 persen, pendapatan BUMI turun pada semester I-2024. BUMI mencatatkan pendapatan konsolidasi (KPC dan Arutmin) sebesar USD2,89 miliar, turun 13 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari sebelumnya USD3,30 miliar.
Sementara itu, laba sebelum pajak tercatat USD141 Juta, total pendapatan USD135 juta, pendapatan yang dapat diatribusikan sebesar USD85 juta (naik 3,8 persen YoY).
Pada semester I tahun ini, terdapat beberapa tantangan baik dari segi harga, pasokan, permintaan, produksi, tantangan regulasi, DMO, dampak subsidi harga, serta struktur royalti yang tidak merata antar sektor dan subsidi mineral.
Untuk itu, rencana ekspansi BUMI di tahun ini adalah mengoptimalkan pendapatan dan laba bersih jangka Panjang.
Selain itu, BUMI juga akan mengadopsi proses digital dalam proses operasional dan berupaya semaksimal mungkin untuk menekan biaya produksi lainnya meski harga jualnya turun. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.