Prospek Emiten Alat Berat di Tengah Persaingan dari China
IDXChannel - Alat berat menjadi salah satu sektor industri di Indonesia yang terkena gempuran dari produsen China. Langkah agresif Sany menciptakan disrupsi bagi pemain-pemain lokal yang telah lama berkiprah di Tanah Air.
Agresivitas produsen alat berat asal China tersebut diakui oleh para petinggi perusahaan seperti PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA). Dalam beberapa tahun terakhir, Sany mengambil porsi kue cukup besar terutama lewat kehadiran perusahaan tambang asal China di segmen nikel.
Direktur UNTR Loudy Irwanto Ellias menyebut, UT telah menyiapkan strategi di tengah munculnya merek-merek baru yang membuat kompetisi di industri alat berat makin sesak. Salah satunya dengan menjalankan strategi dual product line untuk produk hydraulic excavator andalan mereka, Komatsu.
"UT juga menawarkan produk lapis kedua yang lebih ekonomis untuk segmen tertentu," ujarnya saat Public Expose di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selain itu, kata dia, UT juga memperkuat layanan dengan memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Setiap unit yang dijual UT dilengkapi dengan paket maintenance preventif hingga tiga tahun, sehingga pelanggan tak perlu khawatir dengan unitnya selama periode tersebut.
"Sebagai hasilnya, kami dapat mempertahankan market share di 28-29 persen, tentunya dengan kepercayaan customer kami," katanya.
Selain itu, anak perusahaan PT Astra International Tbk (ASII) itu yakin pasar alat berat, terutama yang ekskavator dengan bobot di atas 6 ton akan membaik dalam beberapa waktu ke depan. Dia mengungkapkan, UNTR telah mendapat pesanan dari para pelanggan dari sektor batu bara, nikel, dan agrobisnis.
Terpisah, Analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman mengatakan, penjualan alat berat Komatsu pada tujuh bulan pertama 2024 mencapai 2.515 unit, turun 29 persen secara tahunan. Namun, baru-baru ini UNTR merevisi target penjualan hingga akhir tahun bisa mencapai 4.500 unit meski masih turun dibandingkan 2023 yang menembus 5.270 unit.
Arief menyebut, target manajemen itu di atas ekspektasi para analis. Dia pun merevisi proyeksi pendapatan UNTR tahun ini lebih tinggi 1 persen menjadi Rp128 triliun dengan dengan laba bersih naik 2-3 persen menjadi Rp18 triliun.
"Berdasarkan forecast laba terbaru, kami sedikit menaikkan target harga UNTR menjadi Rp32.000 dari sebelumnya Rp30.500," katanya.
Sementara itu, Direktur Pemasaran HEXA Dwi Sasono juga mengaku agresifitas produsen alat berat China dalam 2-3 tahun terakhir. Namun, dia masih percaya diri bahwa produk andalannya, Hitachi masih menjadi pilihan utama bagi pelanggan.
"Produk Hitachi masih leading (memimpin) dengan market share 21 persen. Artinya, sesama merek Jepang yang ada, Hitachi berada di posisi nomor satu. Kompetisi cukup ketat karena selisih market share-nya tidak banyak antara satu merek dengan merek lain," katanya.
Untuk menghadapi persaingan yang ketat, HEXA masih mengandalkan penjualan ke sektor agrobisnis, terutama perkebunan kelapa sawit. Kendati demikian, perseroan juga memperluas jangkauan ke sektor pertambangan batu bara.
Adapun PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) lewat alat berat merek Korsel yang kini bernama Develon terus memperkuat brand produk dan layanan purna jual dalam menghadapi merek baru dari China. KOBX sejauh ini masih mengandalkan segmen pertambangan dalam menjual produknya di mana porsinya mencapai 56 persen.
“Kobexindo berkomitmen untuk memperkuat segmen non pertambangan, termasuk sektor manufaktur," kata Corporate Secretary KOBX, Gabrielle Aziela.
Sementara produsen alat berat asal China, Sany lewat PT Sany Perkasa kini masuk dalam tiga besar pemain alat berat di Indonesia. Jika pada 2014, penjualan ekskavator Sany di bawah 100 unit, pada 2023 menembus 3.674 unit.
Produk ekskavator besar Sany diminati tak hanya oleh perusahaan China yang beroperasi di Tanah Air, melainkan pemain tambang raksasa lama seperti Borneo Indobara (Sinarmas) dan Antang Gunung Meratus (Indo Tambangraya Megah).
Di mata pelanggan, Sany tak hanya menghadirkan produk dengan harga terjangkau, melainkan juga berkualitas dengan pengujian lebih dari belasan ribu jam. Hal inilah yang menjadi kunci Sany mampu mendobrak pasar industri alat berat. Keseriusan Sany menggarap pasar Indonesia terlihat sejak 2021 meski sudah masuk pasar lokal sejak 2008.
Gebrakan Sany bukan isapan jempol. Pada Juni 2024, perusahaan Jhonlin Group memesan hingga 2.000 unit ekskavator Sany, yang merupakan pemesanan terbesar di dunia. Alat berat tersebut rencananya digunakan untuk perkebunan milik perusahaan Samsudin Andi Arsyad atau yang dikenal dengan nama Haji Isam.
Juru Bicara Sany mengatakan, perusahaan juga menghadirkan ekskavator di berbagai sektor, termasuk konstruksi. Dia menyebut, Sany hampir terlibat di semua proyek raksasa di Indonesia, termasuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
"Sany menyediakan lebih dari 500 unit alat berat dalam keterlibatannya di proyek konstruksi tersebut dengan keterpakaian operasional lebih dari 98 persen," katanya.
Sany juga dilaporkan tengah memperluas fasilitas produksinya di Karawang, Jawa Barat dengan nilai investasi mencapai USD150 juta. Jika pabrik baru yang grounbreaking Juli 2023 itu selesai, maka total kapasitas produksinya bisa menembus 5.000 unit per tahun. Dengan demikian, Sany bisa semakin mengungguli pesaingnya dengan ketersediaan stok yang memadai dan waktu pemesanan lebih pendek.
(Rahmat Fiansyah)
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.