Note

Saham BREN hingga Bank Raksasa Jadi Pemberat saat IHSG Turun Lebih dari 1 Persen

· Views 14
Saham BREN hingga Bank Raksasa Jadi Pemberat saat IHSG Turun Lebih dari 1 Persen
Saham BREN hingga Bank Raksasa Jadi Pemberat saat IHSG Turun Lebih dari 1 Persen. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Sejumlah saham big cap menjadi pemberat (laggard) seiring Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi lebih dari satu persen hingga penutupan sesi I, Senin (30/9/2024).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun 1,35 persen secara harian ke level 7.592,64 hingga istirahat siang di tengah sebanyak 398 saham melemah dan hanya 186 saham yang menguat. Sementara, 208 saham sisanya stagnan.

Baca Juga:
Saham BREN hingga Bank Raksasa Jadi Pemberat saat IHSG Turun Lebih dari 1 Persen Saham Lo Kheng Hong (LKH) di PGAS Lebih Banyak daripada BlackRock

Nilai transaksi tercatat mencapai Rp7,68 triliun dan volume 14,61 miliar saham.

IHSG melanjutkan penurunan pada Jumat lalu, sebesar 0,61 persen, di tengah aksi jual saham bank raksasa (big bank) pekan lalu.

Baca Juga:
Saham BREN hingga Bank Raksasa Jadi Pemberat saat IHSG Turun Lebih dari 1 Persen Resmi Alihkan Bisnis ServeCo ke XL (EXCL), LINK Raup Rp1,8 Triliun 

Pada Senin, saham geotermal, yang memiliki kapitalisasi pasar (market cap) terbesar kedua, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) jatuh 4,88 persen.

Saham emiten besutan Prajogo Pangestu tersebut belum pulih dari aksi jual besar-besaran pada 20 September lalu, saat FTSE Russell mengumumkan BREN dikeluarkan dari indeks global tersebut.

Baca Juga:
Saham BREN hingga Bank Raksasa Jadi Pemberat saat IHSG Turun Lebih dari 1 Persen IHSG Sesi I Turun 1,35 Persen, Sektor Teknologi Terkoreksi Paling Dalam

Dalam sebulan, saham BREN turun tajam 36,51 persen, membalik tren naik sebelumnya menjadi turun.

Diwartakan sebelumnya, FTSE Russell menghapus BREN dari indeksnya karena 97 persen saham BREN dikuasai oleh empat pemegang saham utama.

Meskipun BREN sebelumnya dijadwalkan masuk ke indeks FTSE Global All Cap pada 23 September 2024, keputusan ini diambil karena tingginya konsentrasi kepemilikan saham.

Sejurus dengan itu, manajemen BREN menegaskan, mereka tidak memiliki kewenangan mempengaruhi keputusan FTSE Russell, yang merupakan lembaga independen.

Yang terang, kata manajemen, BREN juga mematuhi aturan free float dari BEI, dengan 11,66 persen saham dinyatakan sebagai free float—di luar saham yang dimiliki BRPT dan GE.

Saham saudara BREN, TPIA—yang juga memiliki market cap jumbo—ikut memerah, yakni sebesar 1,97 persen pada Senin. Induk BREN, BRPT, juga minus 1,83 persen.

Tidak hanya saham Prajogo, saham empat bank raksasa masih dihantui aksi jual, terutama para investor asing.

Sebut saja, saham BBRI melemah 2,55 persen. Pekan lalu, saham BBRI sempat turun lebih dari 5 persen dalam sehari, yakni pada 26 September.

Dalam sepekan, saham BBRI tergerus 9,64 persen.

Saham BBNI juga turun 1,83 persen pada Senin, mengimplikasikan penurunan hingga 7,76 persen dalam sepekan.

Setali tiga uang, saham BMRI dan BBCA masing-masing terdepresiasi 0,71 persen dan 1,41 persen hari ini. Saham BMRI sudah turun selama 5 hari beruntun, membuat kinerja sepekan menjadi minus 6,04 persen.

Keluarnya dana asing sebesar Rp4,31 triliun dalam sepekan, yang terlihat dari turunnya saham-saham bank besar, tampaknya disebabkan oleh perpindahan dana ke pasar saham China yang sedang mendapatkan sentimen positif dari kebijakan pelonggaran dan stimulus pemerintah.

Selain itu, IHSG yang sering mencapai level tertinggi akhir-akhir ini membuka peluang bagi investor untuk melakukan aksi ambil untung.

 Selain nama-nama di atas, saham blue chip yang ikut dilego investor, di antaranya ICBP yang melorot 1,58 persen, ADRO 1,53 persen, ASII 1,47 persen, hingga TLKM 1,31 persen.

Bursa Asia

Bursa saham Asia sendiri cenderung menguat pada Senin (30/9), setelah China mengumumkan langkah-langkah stimulus tambahan.

Namun, indeks Nikkei Jepang turun tajam di tengah kekhawatiran bahwa perdana menteri baru Jepang lebih memilih normalisasi suku bunga.

Menurut data pasar, pukul 12.25 WIB, Hang Seng Index Hong Kong meningkat 3,28 persen dan Shanghai Composite Index naik tajam 6,65 persen.

Kemudian, indeks Straits Times Singapura tumbuh 0,34 persen dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,50 persen.

Berbeda, Nikkei 225 Jepang malah terbenam 4,88 persen seiring investor menunggu arahan lebih lanjut dari Perdana Menteri baru Shigeru Ishiba, yang sebelumnya kritis terhadap kebijakan longgar Bank of Japan (BOJ).

Namun, pada akhir pekan lalu, Ishiba bersikap lebih akomodatif dengan mengatakan bahwa kebijakan moneter "harus tetap mendukung" mengingat kondisi ekonomi saat ini.

"Ishiba telah mendukung niat BoJ untuk menormalkan kebijakan moneter, meskipun belum jelas mengenai kecepatan dan waktunya," kata ekonom HSBC Jun Takazawa.

"Jika langkah-langkah stimulus tambahan terlaksana, ini juga kemungkinan akan memperkuat tren pemulihan dalam pengeluaran, yang pada gilirannya memperkuat keyakinan BoJ untuk menaikkan suku bunga secara bertahap," ujarnya.

"Secara keseluruhan, kami melihat prospek yang konstruktif untuk Jepang,” tutur Takazawa.

Indeks KOSPI Korea Selatan juga turun 1,16 persen.

Serangan Israel yang terus berlanjut di Lebanon menambah ketidakpastian geopolitik, meskipun harga minyak tetap tertekan oleh risiko peningkatan pasokan.

Pekan ini dipenuhi dengan data ekonomi utama AS, termasuk laporan penggajian yang bisa menentukan apakah Federal Reserve (The Fed) akan melakukan pemotongan suku bunga besar lagi pada November.

Sementara itu, di China, bank sentral mengatakan akan meminta bank untuk menurunkan suku bunga hipotek (kredit pemilikan rumah/KPR) yang ada pada akhir Oktober, kemungkinan sebesar 50 basis poin.

Ini mengikuti rangkaian dukungan moneter, fiskal, dan likuiditas yang diumumkan pekan lalu sebagai paket stimulus terbesar Beijing sejak pandemi.

"Kami yakin risiko deflasi sekarang ditanggapi lebih serius," kata Christian Keller, kepala riset ekonomi di Barclays.

"Pada saat yang sama, Politbiro menunjukkan kemungkinan adanya konsensus di Beijing bahwa stimulus fiskal dan pengungkit pemerintah pusat diperlukan untuk menghentikan penurunan."

Keller menyebut, hal tersebut adalah pergeseran penting di pasar yang sebelumnya mengharapkan lebih dari sekadar langkah minimum. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.