Note

Saham NICL-MDKA Cs Menguat di Tengah Kenaikan Harga Nikel dan Tembaga

· Views 44
Saham NICL-MDKA Cs Menguat di Tengah Kenaikan Harga Nikel dan Tembaga
Saham NICL-MDKA Cs Menguat di Tengah Kenaikan Harga Nikel dan Tembaga. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham emiten logam dasar, terutama tambang nikel dan tembaga, cenderung menguat dalam lanjutan sesi I perdagangan Rabu (2/10/2024) di tengah adanya sentimen positif dari pasar komoditas.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) naik 3,33 persen, saham PT PAM Mineral Tbk (NICL) mendaki 2,94 persen, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tumbuh 2,93 persen.

Baca Juga:
Saham NICL-MDKA Cs Menguat di Tengah Kenaikan Harga Nikel dan Tembaga Saham ENRG hingga MEDC Melesat usai Harga Minyak Naik Tajam

Selanjutnya, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) meningkat 1,77 persen, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menghijau 1,86 persen, PT Timah Tbk (TINS) 2,12 persen, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) 0,24 persen.

Berbeda, saham NICE terkoreksi 0,47 persen, NCKL 0,55 persen, dan MBMA minus 0,85 persen.

Baca Juga:
Saham NICL-MDKA Cs Menguat di Tengah Kenaikan Harga Nikel dan Tembaga Saham Emiten Emas Lanjut Berpesta, BRMS Naik 12 Persen

Nikel dan Tembaga Naik

Kontrak berjangka (futures) nikel naik 0,97 persen secara harian ke level USD17.604 per ton pada Senin (1/10), mencapai level tertinggi sejak juli lalu seiring penguatan logam dasar yang didorong oleh stimulus paling agresif dari China sejak pandemi, yang meningkatkan prospek permintaan.

Baca Juga:
Saham NICL-MDKA Cs Menguat di Tengah Kenaikan Harga Nikel dan Tembaga Konflik Timur Tengah Memanas, Waspada Lonjakan Harga Minyak dan Pelemahan Rupiah

Bank sentral China (PBOC) mengumumkan rencana untuk menurunkan biaya pinjaman, menyuntikkan lebih banyak dana ke dalam ekonomi, serta meringankan beban pembayaran hipotek (KPR), termasuk mengurangi biaya pinjaman jangka menengah bagi bank.

Stimulus agresif dari China, sebagai salah satu konsumen utama logam dunia, berpotensi memberikan dorongan signifikan terhadap permintaan nikel.

Dengan menurunkan biaya pinjaman dan menyuntikkan likuiditas ke dalam perekonomian, China berharap meningkatkan aktivitas ekonomi, termasuk sektor industri yang padat penggunaan logam seperti nikel.

Ini dapat mendorong peningkatan produksi barang-barang berbasis nikel, seperti baja tahan karat dan baterai untuk kendaraan listrik, sehingga permintaan nikel akan terus naik.

Sementara itu, mengutip Trading Economics (27/9), Departemen Tenaga Kerja AS menyuarakan kekhawatiran terkait kerja paksa di industri nikel Indonesia, menandai pertama kalinya nikel Indonesia masuk dalam daftar eksploitasi. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memperketat pengawasan sektor komoditasnya.

Selain nikel, harga tembaga kembali juga naik di atas USD10.000 per metrik ton pada Rabu pagi, pulih dari aksi ambil untung yang terjadi saat China memasuki libur Golden Week.

Menurut para analis, dikutip Dow Jones Newswires, Rabu (2/10), meskipun jeda liburan selama sepekan di China membuat beberapa fund mencairkan keuntungan dari reli logam ini, pasar tetap mendapatkan dorongan dari langkah-langkah stimulus ekonomi China.

Kontrak berjangka (futures) tembaga bertenor 3 bulan di LME naik 0,5 persen menjadi USD10.029 per ton.

Analis ANZ mengatakan, prospek pemangkasan suku bunga lebih lanjut juga mendukung sentimen pasar.

Di Amerika Serikat (AS), Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral akan terus melonggarkan kebijakan moneter jika ekonomi berkembang sesuai harapan.

Tetap Berhati-hati

Sementara, CIO Bandhan AMC Manish Gunwani menyatakan, sektor logam dasar menawarkan profil risiko dan imbal hasil yang menarik.

Gunwani juga menambahkan bahwa pelemahan dolar AS, sesuai prediksi, dapat lebih mendukung harga logam, sehingga mengurangi kemungkinan penurunan harga komoditas yang signifikan.

Namun, ia tetap berhati-hati terhadap sejauh mana pemulihan ekonomi China, yang menambah ketidakpastian terhadap prospek sektor ini.

Analis Senior di S&P Global Commodity Insights Paul Bartholomew juga menekankan, meskipun ada langkah-langkah baru untuk mendukung sektor properti Tiongkok yang dapat mengangkat harga logam, masih ada tantangan yang perlu dihadapi.

Paul menyoroti bahwa masalah jangka panjang di sektor properti China membuat sulit untuk melihat lonjakan harga logam, terutama baja, meskipun ada upaya stimulus terbaru. (Aldo Fernando)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.