Note

Amartha Dorong Pembiayaan Berkelanjutan Sektor Bioekonomi untuk UMKM Akar Rumput

· Views 18

Pasardana.id - Salah satu kunci bagi Indonesia untuk bisa mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 adalah dengan melakukan transformasi dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi restoratif sebagai solusi pertumbuhan yang berkelanjutan dan pelestarian alam. 

Hal ini menjadi penting guna menghadapi tantangan global yang nyata, seperti perubahan iklim dan persoalan kesenjangan.

Untuk mengakselerasi transformasi menuju model ekonomi restoratif yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan mendorong pengembangan bioekonomi. 

Andi Taufan Garuda Putra selaku Founder & CEO PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menjelaskan, Bioekonomi, yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam hayati secara berkelanjutan, bisa menjadi katalisator yang mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon dan  mengurangi ketergantungan pada sumber daya tak terbarukan.

“Bioekonomi adalah antitesis dari ekonomi ekstraktif yang mengandalkan sumber daya alam tak terbarukan seperti batubara dan migas. Pembiayaan modal kerja dari Amartha untuk meningkatkan nilai tambah produk UMKM sektor pertanian dan perikanan berkelanjutan merupakan langkah awal mendorong kontribusi bioekonomi terhadap perekonomian nasional,” kata Andi Taufan seperti dilansir dalam siaran pers, Rabu (09/10).

Meski demikian, Andi Taufan mengakui, kontribusi bioekonomi terhadap produk domestik bruto nasional memang masih sangat kecil. 

Padahal, dengan keragaman biodiversitas yang begitu kaya, Indonesia punya potensi besar untuk mengembangkan bioekonomi. 

Bahkan, sektor UMKM pun dapat memberi kontribusi terhadap percepatan bioekonomi di Indonesia.

“Sebagai contoh, Indonesia adalah produsen kakao terbesar ketiga dunia, tetapi lebih dari 80 persen ekspor kakao Indonesia berupa biji mentah sehingga nilai ekspornya kecil. Dengan pengembangan bioekonomi, yang juga menekankan pentingnya hilirisasi produk berbasis sumber daya hayati, biji kakao bisa diproses menjadi produk bernilai tambah tinggi antara lain bubuk kakao dan cokelat,” papar Andi Taufan.

Lebih lanjut Andi Taufan juga mengungkapkan, pengembangan bioekonomi masih menghadapi beberapa tantangan, salah satunya terkait pembiayaan. 

Menurutnya, perlu kolaborasi yang melibatkan banyak pihak, mulai dari pendana, institusi keuangan, hingga de-risking institution, untuk memitigasi risiko dan menyediakan alternatif pembiayaan di sektor bioekonomi.

“Sejak berdiri 14 tahun lalu, Amartha percaya bahwa bisnis yang berkelanjutan adalah bisnis yang memberikan dampak bagi masyarakat dan lingkungan. Karena itu, Amartha mulai terlibat dalam inisiatif bioekonomi, di mana Amartha menyediakan pembiayaan untuk sektor restoratif, salah satunya agroforestri. Inisiatif ini diperkuat melalui kolaborasi dengan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) untuk memberikan pembiayaan bagi sektor hutan produktif,” papar Andi Taufan.

Adapun Amartha bersama KEM mendorong portofolio inovasi berbasis alam dalam bentuk hilirisasi komoditas, misalnya tepung mocaf, minyak atsiri, olahan kelapa, produk kopi setengah jadi, dan lain-lain.

Komoditas ini melibatkan sektor UMKM sebagai produsen, sehingga UMKM memiliki peran penting dalam mendorong bioekonomi.

Inisiatif bioekonomi yang sedang dijalankan Amartha saat ini adalah pengembangan koridor satwa liar seluas 304 hektare di kawasan hutan Bali Barat, Kabupaten Jembrana, Bali.

Sementara itu, Amartha bekerja sama dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Amerta baru-baru ini menanam 2.000 pohon produktif-endemik. 

Harapannya, koridor satwa liar dapat melindungi habitat satwa liar dengan ketersediaan suplai makan dan menciptakan sumber penghidupan alternatif yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Andi Taufan menjelaskan bahwa program ini adalah contoh kolaborasi strategis antara Amartha dan komunitas lokal. 

“Kerja sama dengan KTH Giri Amerta memastikan pertumbuhan ekonomi masyarakat akar rumput berjalan seiring dengan upaya pelestarian lingkungan, sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan Amartha,” jelasnya lagi.

Mengacu laporan terbaru dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Indonesia diperkirakan butuh Rp892 triliun hingga 2045 untuk melaksanakan strategi ekonomi restoratif di berbagai sektor secara efektif.

“Amartha optimis kolaborasi yang strategis dapat membuka banyak peluang bagi UMKM akar rumput untuk menjalankan usaha di sektor yang berkelanjutan, yakni bioekonomi,” tandas Andi Taufan.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.