Note

Bursa Asia Bergerak Beragam saat Wall Street Merah usai Rilis Inflasi

· Views 43
Bursa Asia Bergerak Beragam saat Wall Street Merah usai Rilis Inflasi
Bursa Asia Bergerak Beragam saat Wall Street Merah usai Rilis Inflasi. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa saham Asia bergerak beragam pada perdagangan Jumat (11/10/2024), di tengah koreksi Wall Street usai rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Menurut data pasar, pukul 08.53 WIB, Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,62 persen ke level di atas 39.500, menandai kenaikan selama tiga sesi berturut-turut dan mencapai posisi tertinggi dalam dua pekan terakhir.

Baca Juga:
Bursa Asia Bergerak Beragam saat Wall Street Merah usai Rilis Inflasi Harga Minyak Rebound 3 Persen usai Israel Bersiap Merespons Serangan Iran

Indeks Topix Jepang yang lebih luas juga menguat 0,3 persen.

Kenaikan ini terjadi meski Wall Street merosot tajam semalam setelah data inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan dan laporan klaim pengangguran yang mengecewakan.

Baca Juga:
Bursa Asia Bergerak Beragam saat Wall Street Merah usai Rilis Inflasi Harga Emas Naik Meski Dolar Menguat usai Rilis Inflasi AS

Melemahnya yen baru-baru ini turut mendukung pasar saham Jepang, dengan ekspektasi bahwa Bank of Japan (BOJ) akan menunda kenaikan suku bunga lebih lanjut, sementara Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan menunda pemotongan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

Indeks Straits Times Singapura menguat 0,28 persen dan KOSPI Korea Selatan terkerek 0,48 persen.

Baca Juga:
Bursa Asia Bergerak Beragam saat Wall Street Merah usai Rilis Inflasi Harga Emas Antam (ANTM) Hari Ini Naik Rp8.000, Termurah Rp790.500

Berbeda, CSI 300 Index China melemah 0,97 persen dan Shanghai Composite Index terkoreksi 0,82 persen. Indeks ASX 200 Australia turun tipis 0,03 persen.

Kementerian Keuangan China dijadwalkan menggelar konferensi pers pada Sabtu pukul 10 pagi waktu setempat. Sesi briefing yang sangat dinantikan ini diperkirakan akan mengumumkan paket stimulus fiskal baru, seiring upaya Beijing untuk mendorong perekonomiannya.

Wall Street Memerah

Indeks utama saham AS turun pada Kamis setelah data resmi menunjukkan inflasi konsumen (CPI) meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan pada September.

Indeks S&P 500 melemah 0,2 persen ke 5.780,1, sementara Dow Jones Industrial Average turun 0,1 persen ke 42.454,1, keduanya mundur dari penutupan rekor pada hari sebelumnya.

Nasdaq Composite juga terkoreksi 0,1 persen ke 18.282,1.

Indeks harga konsumen AS naik 0,2 persen bulan lalu, sama seperti Juli dan Agustus, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja.

Angka ini lebih tinggi dari perkiraan survei Bloomberg yang memperkirakan kenaikan 0,1 persen. Secara tahunan, inflasi melambat menjadi 2,4 persen dari 2,5 persen pada Agustus, tetapi tetap di atas konsensus Wall Street sebesar 2,3 persen.

"Inflasi masih menyimpan potensi," menurut BMO Capital Markets, dikutip MT Newswires, Kamis (10/10).

Peluang The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin bulan depan meningkat menjadi 86 persen pada Kamis dari 80 persen pada Rabu, sementara kemungkinan suku bunga tetap di level saat ini turun menjadi 14 persen dari 20 persen, menurut CME FedWatch.

Bulan lalu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, dibandingkan konsensus Bloomberg yang memperkirakan pemangkasan hanya seperempat poin.

Laporan resmi harga produsen AS untuk September dijadwalkan akan dirilis pada Jumat.

Aplikasi mingguan untuk asuransi pengangguran di AS naik lebih tinggi dari yang diperkirakan, mencapai tingkat tertinggi sejak Agustus 2023.

Imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun turun 5,1 basis poin menjadi 3,97 persen pada Kamis, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun hampir tidak berubah di 4,07 persen.

Menurut Presiden Federal Reserve New York John Williams, inflasi mendekati target 2 persen FOMC, sementara ekonomi berada dalam kondisi baik dan pasar tenaga kerja tetap kuat.

"Berdasarkan proyeksi saya saat ini, saya memperkirakan kebijakan moneter akan bergerak menuju posisi yang lebih netral secara bertahap," kata Williams, menambahkan bahwa pembuat kebijakan akan tetap bergantung pada data. (Aldo Fernando)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.