Note

Prospek Emiten Kawasan Industri SSIA hingga KIJA di Tengah Gelombang Investasi China

· Views 23
Prospek Emiten Kawasan Industri SSIA hingga KIJA di Tengah Gelombang Investasi China
Prospek Emiten Kawasan Industri SSIA hingga KIJA di Tengah Gelombang Investasi China. (Foto: KIJA)

IDXChannel - Sektor manufaktur Indonesia kembali menjadi tujuan utama investasi asing, terutama dari China. Sejumlah emiten kawasan industri dinilai berpotensi menerima berkah dari sentimen positif ini.

Riset terbaru CGSI per 7 Oktober 2024 menjelaskan, setelah bertahun-tahun berfokus pada logam dasar dan teknologi, kini investasi dari China semakin merambah ke berbagai sektor manufaktur, seperti kendaraan listrik (EV), baterai, ban, tekstil, mainan, hingga bahan karet dan plastik.

Baca Juga:
Prospek Emiten Kawasan Industri SSIA hingga KIJA di Tengah Gelombang Investasi China Bangun Kota Pintar di Subang, Surya Semesta (SSIA) Siapkan Dana Rp3,3 Triliun

Salah satu pemain utama dalam gelombang ini adalah BYD, produsen kendaraan listrik (EV) asal China, yang pada Juli 2024 telah mengirimkan produk pertamanya ke Indonesia.

Menurut GAIKINDO, pangsa pasar BYD mencapai 3,9 persen hingga Agustus 2024. Tidak hanya itu, BYD juga telah mengakuisisi lahan seluas 108 hektare di Subang, Jawa Barat, untuk membangun pabrik EV yang ditargetkan beroperasi pada 2026.

Baca Juga:
Prospek Emiten Kawasan Industri SSIA hingga KIJA di Tengah Gelombang Investasi China Kawasan Industri Nasional Didorong Jadi Pusat Manufaktur Energi Terbarukan ASEAN

Analis CGSI berpendapat, jika langkah BYD ini sukses, investasi China ke dalam ekosistem kendaraan listrik akan menyusul.

Lebih lanjut, kata CGSI, Jawa Tengah menarik investasi manufaktur berteknologi rendah dan padat karya berkat upah minimum provinsi yang lebih rendah dibandingkan Jawa Barat.

Baca Juga:
Prospek Emiten Kawasan Industri SSIA hingga KIJA di Tengah Gelombang Investasi China Persaingan Bisnis Kawasan Industri Makin Ketat, Begini Strategi KITB

Sementara itu, Jawa Timur menjadi pusat investasi manufaktur bernilai tambah, seperti komponen otomotif dan produk kimia.

Kawasan Industri Kebanjiran Manfaat

Analis CGSI menilai, operator kawasan industri, seperti PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menjadi penerima manfaat terbesar dari tren ini.

Dengan lahan industri yang luas di luar Bekasi, ketiga perusahaan ini berhasil menarik minat perusahaan China.

Pasalnya, menurut amatan CGSI, perusahaan-perusahaan China mulai mengalihkan fokus mereka ke luar Bekasi untuk mencari ketersediaan lahan yang lebih luas dan harga yang lebih terjangkau.

SSIA misalnya, mengelola Subang Smartpolitan di Jawa Barat, lokasi pabrik BYD di masa depan, yang direncanakan mulai beroperasi pada 2026.

Sementara itu, KIJA memiliki Kendal Industrial Park di Jawa Tengah, salah satu kawasan industri terbesar di Jawa Tengah, dan AKRA mengoperasikan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Jawa Timur.

Asal tahu saja, AKRA bergerak di bidang perdagangan dan distribusi minyak bumi serta bahan kimia dasar, di mana kawasan industri menyumbang 22 persen dari total pendapatan perusahaan pada paruh pertama tahun 2024.

Sementara, selama semester I-2024, seluruh marketing sales SSIA berasal dari perusahaan China, sedangkan KIJA mencatatkan 64 persen.

Tren Masih Menjanjikan

Menurut konsultan properti JLL, tren investasi kawasan industri dari China diperkirakan akan terus meningkat dalam waktu dekat, kecuali jika ada intervensi pemerintah.

Berbagai perusahaan asal China menunjukkan minat pada sektor farmasi, elektronik, kaca, kulit, hingga makanan ringan kemasan.

SSIA bahkan optimistis bisa menarik lebih banyak investor jika ekosistem rantai pasok EV berkembang di sekitar pabrik BYD.

KIJA dan JLL sepakat, lokasi strategis KIJA di Jawa Tengah, dengan upah minimum yang rendah, akan menarik perusahaan manufaktur berteknologi menengah dan rendah.

KIJA berhasil menarik produsen asal China, mulai dari sektor mainan hingga komponen baterai, dan sektor lainnya.

Di sisi lain, AKRA mendapat keuntungan dari manufaktur produk bernilai tambah, memanfaatkan kekayaan sumber daya mineral Indonesia.

Valuasi Menarik

Dalam kondisi suku bunga yang cenderung menurun pasca pemangkasan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed), CGSI tetap optimistis terhadap sektor properti.

SSIA saat ini diperdagangkan pada rasio price-to earnings (P/E) 12 kali untuk proyeksi laba bersih 2024.

Sementara, KIJA memiliki P/E 10 kali, berdasarkan laba inti semester pertama 2024.

CGSI merekomendasikan beli pada AKRA yang diperdagangkan pada P/E 11,1 kali dengan harga target (TP) Rp1.800 per saham.

Namun, risiko penurunan tetap ada, seperti depresiasi lebih lanjut nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD), perubahan kebijakan China yang bisa mengurangi minat investasi keluar, dan pra-penjualan yang lebih rendah dari perkiraan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.