Prospek Saham Nikel di Tengah Sejumlah Tantangan
IDXChannel - Harga stainless steel dan nickel pig iron (NPI) masih dalam tekanan, dan diperkirakan kondisi ini akan berlangsung hingga 2025. Bagaimana nasib emiten nikel di Indonesia?
Menurut laporan terbaru dari BCA Sekuritas yang dirilis 29 Oktober 2024, musim puncak September-Oktober untuk stainless steel tak kunjung terjadi, meskipun sempat ada kenaikan harga di pertengahan Oktober.
Namun, momentum tersebut berumur pendek, dengan harga mulai menurun sejak mencapai puncaknya bulan ini.
Produksi stainless steel secara year-to-date (YTD) masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tetapi permintaan yang tidak sesuai ekspektasi membuat persediaan bertambah cukup besar.
BCA Sekuritas menilai bahwa momentum pemulihan harga stainless steel tampaknya sudah habis, yang pada gilirannya akan menekan harga NPI.
Dengan demikian, kata BCA Sekuritas, harga NPI diproyeksikan tetap lemah hingga akhir 2024 hingga 2025.
Kondisi saat ini dinilai sulit untuk pemulihan harga yang signifikan, karena diperlukan disiplin pasokan atau permintaan yang kuat.
Sayangnya, proyeksi permintaan kerap terlalu optimistis, sementara disiplin pasokan belum terlihat, mengingat 31 smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dijadwalkan beroperasi tahun ini.
Alternatif lainnya adalah melalui intervensi pemerintah dengan membatasi kuota penambangan bijih nikel, yang secara langsung dapat mengurangi output smelter.
Stok LME Meningkat
Di sisi lain, tren pelemahan juga terjadi pada harga nikel kelas 1, dengan stok di London Metal Exchange (LME) yang terus meningkat di gudang Asia setelah produk CNGR tercatat di pasar.
Kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan ternary cathode di pasar global menyebabkan perang harga yang semakin intens di antara produsen precursor.
Di tengah situasi kompleks ini, beberapa produsen precursor kemungkinan harus menjual produk mereka dengan harga rugi seiring penurunan harga yang terus berlanjut.
Produksi nikel sulfat pun semakin tidak menguntungkan, terutama karena harga nikel LME dan sulfat yang lemah.
Selain itu, produksi intermediate dari proyek hidrometalurgi di Indonesia turut menambah pasokan, yang diproyeksikan akan melebihi pertumbuhan permintaan di masa depan.
Masih Kurang Diunggulkan
BCA Sekuritas mempertahankan rekomendasi underweight untuk sektor nikel.
“Kami melihat adanya tantangan yang lebih besar daripada dukungan: meskipun pasokan bijih nikel sempat ketat di awal tahun ini, hal tersebut belum cukup kuat untuk mendorong harga nikel naik,” kata analis BCA Sekuritas.
Proyek-proyek nikel baru di Indonesia menambah risiko kenaikan pasokan, sementara permintaan baru, kata BCA Sekuritas, mungkin tidak akan mampu mengimbangi pertumbuhan pasokan.
Dalam peringkat sahamnya, BCA Sekuritas tetap mengunggulkan saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan target harga (TP) 2025 sebesar Rp5.400 per saham.
Kemudian, disusul oleh PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) dengan TP Rp1.200 per saham, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan TP Rp1.800 per saham. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.