Harga Minyak Lanjut Naik di Tengah Laporan Iran Siap Serang Israel
IDXChannel - Harga minyak menguat di awal perdagangan Asia pada Jumat (1/11/2024), setelah laporan yang menyebutkan, Iran tengah mempersiapkan serangan balasan terhadap Israel dari wilayah Irak dalam beberapa hari mendatang.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) naik USD1,24 atau 1,8 persen menjadi USD70,50 per barel pada Jumat pagi, setelah sebelumnya naik 0,95 persen pada Kamis.
Sementara, Brent yang akan beralih ke kontrak Januari 2025, belum memulai perdagangan.
Kontrak Brent per Desember yang berakhir pada Kamis ditutup naik 0,85 persen pada USD73,17.
Intelijen Israel mengindikasikan, Iran mungkin akan melancarkan serangan terhadap Israel dari wilayah Irak dalam beberapa hari mendatang, kemungkinan sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November.
Demikian dilaporkan Axios pada Kamis, mengutip dua sumber anonim dari Israel.
Serangan ini diperkirakan akan dilancarkan dari Irak dengan menggunakan sejumlah besar drone dan rudal balistik, kata laporan tersebut.
Melalui serangan oleh milisi pro-Iran di Irak, Iran diduga berupaya menghindari serangan balasan Israel terhadap target strategis di wilayahnya.
Harga minyak juga terdongkrak oleh ekspektasi bahwa OPEC+ dapat menunda peningkatan produksi yang direncanakan untuk Desember setidaknya satu bulan, kata sejumlah sumber kepada Reuters pada Rabu.
Sumber tersebut menekankan soal kekhawatiran terhadap lemahnya permintaan minyak dan peningkatan pasokan.
Reuters melaporkan, OPEC+ sedang mempertimbangkan kembali rencana untuk mengembalikan pengurangan produksi sebesar 2,2 juta barel dengan meningkatkan output sebesar 180.000 barel per hari mulai Desember.
OPEC+ mempertimbangkan penundaan langkah ini untuk menghindari penurunan harga lebih lanjut, mengingat permintaan yang masih lemah.
"Harga minyak akhirnya mendapat sedikit dukungan terutama akibat penurunan inventori di AS dan berita dari OPEC,” ujar PVM Oil Associates.
PVM Oil Associates melanjutkan, OPEC+ mengisyaratkan kemungkinan menunda kembalinya 180 ribu barel per hari yang sebelumnya dipotong secara sukarela pada Desember.
“Kombinasi dari semua faktor ini telah menopang harga, tetapi respons pasar yang relatif tenang menunjukkan bahwa mungkin hasil ini tidak sesuai dengan harapan 'sumber' dari OPEC yang menyebarkan ide tersebut," katanya.
Pasar minyak saat ini menghadapi sejumlah kabar penting yang berpotensi memengaruhi harga, mulai dari pemilu AS dan pertemuan badan legislatif tertinggi China pekan depan, hingga keputusan yang akan datang dari OPEC+ untuk secara bertahap meningkatkan produksi mulai Desember.
"Pasar minyak gelisah minggu ini, dengan pemilu AS yang semakin dekat dan ekonomi China menunjukkan perbaikan meskipun menghadapi tantangan tarif," kata Kepala Pasar Minyak di Rystad Energy Mukesh Sahdev, dikutip Dow Jones Newswires, Kamis (30/10).
"Potensi tarif tambahan jika mantan Presiden Donald Trump kembali ke Gedung Putih akan terus memberikan tekanan pada upaya stimulus China." (Aldo Fernando)
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.