Harga CPO Melesat 6 Persen Sepekan, Tertinggi sejak Juni 2022
IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) naik tajam pada Jumat (1/11/2024), mencatatkan kenaikan selama empat hari berturut-turut seiring kembalinya pelaku pasar setelah libur pada Kamis (31/10).
Menurut data pasar, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives ditutup menguat 3,62 persen ke level MYR4.865 per ton.
Kontrak CPO mencapai titik tertinggi sejak Juni 2022, naik 6 persen untuk pekan ini dan melesat 16 persen dalam sebulan.
Sementara, harga CPO melonjak 32 persen selama 2024 (YtD).
Kenaikan harga CPO di tengah penguatan minyak saingan di pasar Dalian dan CBoT.
Selain itu, penguatan CPO didorong juga oleh reli harga minyak mentah yang dipicu oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan indikasi kemungkinan serangan balasan Iran terhadap Israel dalam waktu dekat.
Menurut Trading Economics, Jumat (1/11), ekspor juga menunjukkan performa yang kuat, dengan sebuah survei kargo mencatat kenaikan pengiriman minyak sawit Malaysia sebesar 11,5 persen di Oktober.
Di China, data PMI Oktober menunjukkan pertumbuhan aktivitas pabrik, didorong oleh langkah-langkah dukungan dari Beijing baru-baru ini serta harapan stimulus fiskal yang lebih besar.
Namun, kenaikan ini terbatas akibat penguatan ringgit dan berakhirnya pembelian dalam rangka perayaan di pasar utama India.
Senior Analyst Fastmarket Palm Oil Analytics Sathia Varqa menyatakan, lonjakan harga ini didorong oleh performa positif minyak nabati terkait di bursa Dalian serta hasil ekspor Oktober yang menjanjikan.
“Data indikatif menunjukkan ekspor Oktober naik 13 persen. Ringgit yang lebih lemah juga menjadi faktor pendukung,” kata Sathia kepada Bernama.
Di sisi lain, Indonesia menaikkan harga referensi minyak sawit mentah untuk November menjadi USD961,97 per ton dari USD893,64 pada Oktober, sehingga mendorong pajak ekspor November menjadi USD124.
Kebijakan Biodiesel B40 dan Proyeksi CPO
Analis industri terkemuka menilai, penerapan mandat biodiesel yang lebih tinggi di Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia, diperkirakan akan memperketat pasokan minyak nabati.
Saat ini, Indonesia memiliki kewajiban campuran 35 persen bahan bakar berbasis sawit dalam biodiesel (B35) dan berencana meningkatkan hingga 40 persen sawit (B40) untuk mengurangi impor energi.
Rencana ini, jika diterapkan, dapat meningkatkan konsumsi biodiesel menjadi 16 juta kiloliter tahun depan.
Langkah ini akan melibatkan tambahan penggunaan minyak sawit sebanyak 1,5 hingga 1,7 juta ton metrik, yang berdampak pada penurunan volume ekspor, kata Senior Analyst Oil World David Mielke dalam sebuah konferensi minyak sawit di Kuala Lumpur.
“Dalam situasi di mana kita kekurangan minyak, kenaikan mandat Indonesia sebesar 5 persen akan membuat pasokan menjadi ketat,” ujarnya kepada Reuters di sela-sela acara (9/10/2024).
“Bagi konsumen di seluruh dunia, ini akan menjadi bencana karena akan semakin sedikit minyak yang tersedia.”
B40 akan meningkatkan penggunaan minyak sawit Indonesia untuk biodiesel menjadi 13,9 juta ton metrik dari estimasi 11 juta ton yang dibutuhkan tahun ini dengan B35, menurut perkiraan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI).
Dalam beberapa tahun terakhir, pasokan minyak sawit global terpengaruh oleh rendahnya produksi di dua negara pengekspor terbesar, Indonesia dan Malaysia, akibat kekurangan tenaga kerja yang parah selama pandemi, rendahnya penggunaan pupuk mahal, serta kondisi cuaca yang terus hujan.
Mielke memproyeksikan, produksi minyak sawit diperkirakan akan meningkat sebesar 2,3 juta ton metrik pada musim 2024/25 dibandingkan musim sebelumnya.
Hal tersebut seiring harga minyak kedelai sebagai pesaingnya diperkirakan akan meningkat dengan premium atas minyak sawit selambat-lambatnya Juni tahun depan.
Managing Director Glenauk Economics Julian McGill mengatakan pada acara tersebut, minyak sawit kemungkinan akan diperdagangkan di sekitar MYR4.000 (USD933,49) per ton metrik pada 2025.
Mengutip McGill, produksi minyak sawit Malaysia diperkirakan mencapai 19,4 juta ton pada 2024, dibandingkan dengan 18,55 juta ton pada 2023.
Di sisi lain, menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), produksi di Indonesia diperkirakan turun 1 juta ton pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi minyak sawit Indonesia pada 2023 diperkirakan mencapai 54,84 juta ton. (Aldo Fernando)
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.