Note

Harga CPO Naik Lagi, Masih di Level Tertinggi dalam 2 Tahun

· Views 15
Harga CPO Naik Lagi, Masih di Level Tertinggi dalam 2 Tahun
Harga CPO Naik Lagi, Masih di Level Tertinggi dalam 2 Tahun. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali menguat pada perdagangan Senin (4/11/2024), naik empat hari berturut-turut.

Menurut data pasar, pukul 15.38 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives meningkat 0,41 persen ke posisi MYR4.885 per ton.

Baca Juga:
Harga CPO Naik Lagi, Masih di Level Tertinggi dalam 2 Tahun BRI (BBRI) Ungkap Strategi di Era Pemerintahan Baru

Harga CPO mempertahankan level tertinggi sejak pertengahan Juni 2022 di tengah kenaikan harga minyak saingan di pasar Dalian dan CBoT.

Selain itu, harga minyak mentah melonjak setelah OPEC+ menyetujui penundaan peningkatan produksi Desember selama satu bulan, dan Iran meningkatkan retorikanya terhadap Israel.

Baca Juga:
Harga CPO Naik Lagi, Masih di Level Tertinggi dalam 2 Tahun Erick Thohir Targetkan Dividen BUMN Capai Rp100 Triliun pada 2026-2029

Menurut Trading Economics pada Senin (4/11), di sisi ekspor, para survei kargo mencatat bahwa pengiriman produk minyak sawit Malaysia meningkat antara 11,5 persen dan 13,7 persen pada Oktober dibandingkan bulan sebelumnya.

Tren musiman di kuartal keempat juga berkontribusi pada penurunan produksi dalam jangka pendek.

Baca Juga:
Harga CPO Naik Lagi, Masih di Level Tertinggi dalam 2 Tahun Cetak Laba Bersih Rp3,23 triliun, Begini Potensi  Bisnis PTBA

Yang membatasi momentum kenaikan ini adalah penguatan ringgit dan berakhirnya pembelian untuk perayaan di India, yang merupakan pembeli terbesar.

Sementara itu, beberapa trader mengambil sikap hati-hati karena konsumen utama, China, mengadakan pertemuan legislatif minggu ini dan akan melaporkan data inflasi CPI dan PPI untuk Oktober pada akhir pekan.

Data PMI Oktober China menunjukkan pertumbuhan aktivitas pabrik, didorong oleh langkah-langkah dukungan dari Beijing baru-baru ini serta harapan stimulus fiskal yang lebih besar.

Senior Analyst Fastmarket Palm Oil Analytics Sathia Varqa menyatakan, lonjakan harga CPO pada pekan lalu didorong oleh performa positif minyak nabati terkait di bursa Dalian serta hasil ekspor Oktober yang menjanjikan.

“Data indikatif menunjukkan ekspor Oktober naik 13 persen. Ringgit yang lebih lemah juga menjadi faktor pendukung,” kata Sathia kepada Bernama.

Di sisi lain, Indonesia menaikkan harga referensi minyak sawit mentah untuk November menjadi USD961,97 per ton dari USD893,64 pada Oktober, sehingga mendorong pajak ekspor November menjadi USD124.

Kebijakan Biodiesel B40 dan Proyeksi CPO

Analis industri terkemuka menilai, penerapan mandat biodiesel yang lebih tinggi di Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia, diperkirakan memperketat pasokan minyak nabati.

Saat ini, Indonesia memiliki kewajiban campuran 35 persen bahan bakar berbasis sawit dalam biodiesel (B35) dan berencana meningkatkan hingga 40 persen sawit (B40) untuk mengurangi impor energi.

Rencana ini, jika diterapkan, dapat meningkatkan konsumsi biodiesel menjadi 16 juta kiloliter tahun depan. 

Langkah ini akan melibatkan tambahan penggunaan minyak sawit sebanyak 1,5 hingga 1,7 juta ton metrik, yang berdampak pada penurunan volume ekspor, kata Senior Analyst Oil World David Mielke dalam sebuah konferensi minyak sawit di Kuala Lumpur.

“Dalam situasi di mana kita kekurangan minyak, kenaikan mandat Indonesia sebesar 5 persen akan membuat pasokan menjadi ketat,” ujarnya kepada Reuters di sela-sela acara (9/10/2024).

“Bagi konsumen di seluruh dunia, ini akan menjadi bencana karena akan semakin sedikit minyak yang tersedia.”

B40 akan meningkatkan penggunaan minyak sawit Indonesia untuk biodiesel menjadi 13,9 juta ton metrik dari estimasi 11 juta ton yang dibutuhkan tahun ini dengan B35, menurut perkiraan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI).

Dalam beberapa tahun terakhir, pasokan minyak sawit global terpengaruh oleh rendahnya produksi di dua negara pengekspor terbesar, Indonesia dan Malaysia, akibat kekurangan tenaga kerja yang parah selama pandemi, rendahnya penggunaan pupuk mahal, serta kondisi cuaca yang terus hujan.

Mielke memproyeksikan, produksi minyak sawit diperkirakan meningkat sebesar 2,3 juta ton metrik pada musim 2024/25 dibandingkan musim sebelumnya.

Hal tersebut seiring harga minyak kedelai sebagai pesaingnya diperkirakan meningkat dengan premium atas minyak sawit selambat-lambatnya Juni tahun depan.

Managing Director Glenauk Economics Julian McGill mengatakan pada acara tersebut, minyak sawit kemungkinan akan diperdagangkan di sekitar MYR4.000 (USD933,49) per ton metrik pada 2025.

Mengutip McGill, produksi minyak sawit Malaysia diperkirakan mencapai 19,4 juta ton pada 2024, dibandingkan dengan 18,55 juta ton pada 2023.

Di sisi lain, menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), produksi di Indonesia diperkirakan turun 1 juta ton pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi minyak sawit Indonesia pada 2023 diperkirakan mencapai 54,84 juta ton. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.