Rupiah Indonesia Berusaha Bertahan di Bawah 15.800, Tunggu Keputusan Suku Bunga The Fed
- Rupiah Indonesia (IDR) berusaha sekuat tenaga menahan pelemahannya di bawah 15.800 terhadap Dolar AS.
- BI siap melakukan intervensi melalui pasar valas, DNDF dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) demi menjaga kurs Rupiah.
- Fokus hari ini akan tertuju pada keputusan suku bunga The Fed dan komentar Powell di konferensi pers.
Pagi ini, pasangan mata uang USD/IDR sempat merosot ke terendah sejauh ini di 15.640, namun kemudian memantul kembali dan diperdagangkan di 15.793 pada saat berita ini ditulis, masih bergerak di bawah level resistance dinamis yang ditunjukkan oleh Simple Moving Average (SMA) 200 yang berada di sekitar 15.845 pada grafik harian. Pasangan mata uang tersebut telah mencatatkan penguatan sebesar 2,07% sejak hari Senin, 21 Oktober lalu.
Bank Indonesia (BI) baru saja melaporkan Cadangan Devisa (Cadev) untuk bulan Oktober yang menunjukkan bahwa Cadev meningkat ke USD 151,2 Miliar, lebih tinggi dari jumlah sebelumnya yang tercatat pada bulan September di USD 149,9 Miliar. BI menilai bahwa jumlah ini memadai untuk untuk mendukung ketahanan sektor eksternal.
Sebelumnya, data Produk Domestik Bruto (PDB) (QoQ) Indonesia Kuartal 3 terlihat tumbuh ke 1,50%, lebih lemah dari prakiraan 1,6% dan jauh lebih rendah dari Kuartal sebelumnya di 3,79%. Data tahun-ke-tahun di kuartal yang disebutkan turun ke 4,95% dari 5,05%, lebih rendah dari estimasi pasar yang memprakirakan pertumbuhan ke 5%.
Dalam menahan pelemahan Rupiah Indonesia, Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Fitra Jusdiman, menyebutkan bahwa BI menyiapkan berbagai langkah untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah, dengan melakukan intervensi yang menargetkan pasar spot valas, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan pasar obligasi pemerintah sekunder.
Pelemahan kurs Rupiah Indonesia (IDR) terhadap mata uang Dolar AS (USD) ini menyebabkan ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga lebih sempit. Para pakar memprakirakan BI akan mengurangi suku bunga sebesar 25 bp hingga akhir tahun 2024. Namun, dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mensinyalkan pemangkasan di tahun 2025 karena masih ada ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga di tahun tersebut.
Sementara itu, Greenback mendapatkan dukungan setelah imbal hasil obligasi Treasury AS tetap tinggi yang berada di dekat puncak multi-bulan menyusul hasil perhitungan awal Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) yang sejauh ini menunjukkan kemenangan Donald Trump. Optimisme terhadap pertumbuhan perekonomian dan inflasi yang lebih tinggi di AS di bawah pimpinan Trump, jika ia kembali menduduki kursi kepresidenan juga telah membuat Dolar AS melonjak.
Menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang akan berlangsung hari ini, pukul 19:00 GMT (Jumat, 02:00 WIB), Indeks Dolar AS (DXY) tampak melakukan koreksi di sesi perdagangan Asia. Setelah menyentuh tertinggi empat bulan di 105,44 pada perdagangan kemarin, DXY melakukan pullback ke 105,01.
The Fed diharapkan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada pertemuan bulan November ini, dari 5% ke 4,75%. Selanjutnya, Ketua The Fed Jerome Powell akan menyedot perhatian para pedagang saat tampil di Konferensi pers pasca pengumuman keputusan suku bunga tersebut.
Indikator Ekonomi
Keputusan Suku Bunga The Fed
Federal Reserve (The Fed) berunding tentang kebijakan moneter dan membuat keputusan tentang suku bunga pada delapan pertemuan yang dijadwalkan sebelumnya per tahun. The Fed memiliki dua mandat: untuk menjaga inflasi pada 2%, dan untuk mempertahankan lapangan kerja penuh. Alat utamanya untuk mencapai hal ini adalah dengan menetapkan suku bunga – baik di mana The Fed meminjamkan ke perbankan dan perbankan saling meminjamkan. Jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga, Dolar AS (USD) cenderung menguat karena menarik lebih banyak arus masuk modal asing. Jika The Fed memangkas suku bunga, hal ini cenderung melemahkan USD karena modal mengalir keluar ke negara-negara yang menawarkan pengembalian yang lebih tinggi. Jika suku bunga dibiarkan tidak berubah, perhatian beralih ke nada pernyataan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC), dan apakah FOMC hawkish (mengharapkan suku bunga masa depan yang lebih tinggi), atau dovish (mengharapkan suku bunga masa depan yang lebih rendah).
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Kam Nov 07, 2024 19:00 GMT (Jumat, 02:00 WIB)
Frekuensi: Tidak teratur
Konsensus: 4,75%
Sebelumnya: 5%
Sumber: Federal Reserve
Reprinted from FXStreet_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.