Deretan Saham Big Cap Jadi Beban saat IHSG Turun Hampir 1 Persen
IDXChannel – Sejumlah saham emiten raksasa (big cap) ditutup merosot pada perdagangan di awal Desember, Senin (2/12/2024), menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga mendekati level psikologis 7.000.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG terkoreksi hampir 1 persen, tepatnya 0,95 persen, ke level 7.046,99. Nilai transaksi mencapai Rp10,40 triliun dan volume 19,12 miliar saham.
Sebanyak 370 saham melemah dan hanya 222 saham menguat, sedangkan sisanya 199 stagnan.
Dengan ini, IHSG terdepresiasi selama 4 hari bursa berturut-turut, mengimplikasikan penurunan 2,06 persen dalam sepekan. IHSG sendiri tertekan sejak akhir Oktober 2024, sudah turun 6,11 persen dalam sebulan.
Seiring pelemahan IHSG pada Senin (2/12), saham empat bank besar, yang merupakan salah satu penopang utama indeks, kompak memerah.
Saham bank BUMN PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terdepresiasi 5,42 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) turun 1,88 persen, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melemah 2,44 persen,
Setali tiga uang, bank milik Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turut terkena tekanan jual, yakni minus 2,50 persen.
Selain ‘the big four’ perbankan di atas, saham raksasa otomotif PT Astra International Tbk (ASII) tergerus 3,14 persen, sedangkan pemain utama telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) melemah 1,11 persen.
Demikian pula, saham bank syariah BRIS turun 2,07 persen, pengembang properti PANI berkurang 0,96 persen, dan produsen mi instan milik Grup Salim ICBP merosot 0,42 persen.
Mata Uang Asia Lesu
Terkoreksinya IHSG seiring dengan melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut di tengah loyonya mata uang Asia pada Senin setelah Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memperingatkan negara-negara BRICS untuk tidak mendukung mata uang baru atau menghadapi tarif 100 persen.
Ancaman ini memicu kekhawatiran di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Baht Thailand menjadi yang paling terdampak, turun hingga 0,7 persen, diikuti oleh ringgit Malaysia dan dolar Singapura yang masing-masing kehilangan sekitar setengah persen.
Rupiah juga melemah 0,35 persen ke Rp15.895 per USD.
Secara teknikal, level support di Rp15.920-15.945 per USD menjadi area kritis, di mana penembusan level psikologis Rp16.000 dapat memicu pelemahan lebih lanjut, ke level 16.250-Rp16.325, yang sebelumnya tercatat pada Agustus 2024.
Ancaman tarif dari Trump tidak hanya berdampak pada mata uang, tetapi juga memicu kekhawatiran inflasi global.
Janji untuk memberlakukan tarif tinggi terhadap China dan Meksiko dapat memperkuat dolar AS, yang berpotensi memperlambat pelonggaran kebijakan moneter Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed).
Indonesia, yang biasanya menerima arus modal masuk saat kebijakan The Fed longgar, menghadapi risiko arus modal keluar. Investor cenderung mengurangi eksposur di tengah ketidakpastian, sehingga menekan pasar negara berkembang. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.