Pasardana.id - PT Delta Dunia Makmur Tbk (Delta Dunia Group) (IDX: DOID) menggelar Paparan Publik Tahun 2024 di Jakarta, Selasa (10/12).
Di kesempatan tersebut, Dian Andyasuri selaku Direktur DOID mengungkapkan, dalam rangka menjaga pertumbuhan bisnis yang stabil dan berkelanjutan, melalui strategi pembiayaan yang cermat, Delta Dunia Group berhasil mengelola profil jatuh tempo utang secara signifikan.
Dijelaskan, pada semester 1 - 2024, Grup mencatatkan rasio utang bersih terhadap EBITDA yang stabil membaik, sebesar 1,90x per 30 Juni 2024, yang mencerminkan manajemen leverage yang cermat dan memosisikan Grup untuk pertumbuhan masa depan.
“Sebelumnya, utang terkonsentrasi besar pada tahun 2026, yang mencapai 61% dari total jatuh tempo. Namun, dengan refinancing yang cermat, Grup berhasil mengelola jatuh tempo hingga 2029 dan mendistribusikan jadwal pembayaran secara lebih merata. Hasilnya, tidak ada lagi konsentrasi besar pada tahun tertentu, dan Grup memiliki jadwal pembayaran yang lebih bijaksana dan terkendali. Ini mencerminkan komitmen Grup untuk menjaga keberlanjutan keuangan dan mendukung pertumbuhan bisnis yang stabil di masa mendatang,” jelas Dian.
Sementara itu, secara umum, Ronald Sutardja selaku Direktur Utama DOID menjelaskan pencapaian luar biasa perseroan di sepanjang 2024 dengan berbagai akuisisi serta kinerja keuangan dan operasional yang tangguh ditengah kondisi yang menantang, seperti cuaca ekstrem dan fluktuasi nilai tukar mata uang.
Lebih rinci dijelaskan, terkait akuisisi, sejalan dengan strategi diversifikasi bisnis, Delta Dunia Group, melalui PT Bukit Makmur Internasional (BUMA International) memulai langkah transformasionalnya dengan mengakuisisi saham mayoritas Atlantic Carbon Group, Inc. (ACG) pada Juni 2024.
Di awal Desember, Grup juga mengumumkan mengakusisi 51% saham di Dawson Complex yang merupakan bagian dari divestasi aset Anglo, dari Peabody sebagai bagian dari joint bidding.
Di kesempatan yang sama, Iwan Fuad Salim selaku Direktur DOID menjelaskan, dari sisi kinerja keuangan, Pendapatan perseroan untuk semester I - 2024 tetap stabil sebesar USD 855 juta YoY.
Namun, EBITDA turun 9% YoY menjadi USD160 juta, didorong oleh volume yang lebih rendah karena cuaca ekstrem serta persiapan ramp-up.
Grup melaporkan kerugian bersih sebesar USD 27 juta pada semester I - 2024, bergeser dari laba bersih sebesar USD 5 juta pada semester I - 2023.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh kerugian selisih kurs sebesar USD 12 juta akibat fluktuasi nilai tukar mata uang yang merugikan dari IDR dan AUD terhadap USD.
Kerugian selisih kurs membaik pada Q2 2024, menurun dari USD 11,5 juta pada Q1 2024 menjadi USD 0,7 juta pada Q2 2024.
“Namun, jika kerugian selisih kurs dinormalisasi, bersama dengan dampak dari Secured Overnight Financing Rate (SOFR) dan biaya persetujuan satu kali (one-off consent cost), maka kerugian bersih Grup sebesar USD 1 juta, mendekati break even, yang menunjukkan ketahanan bisnis Grup,” beber Iwan.
Selanjutnya diungkapkan, ekspansi operasional mendorong sebagian besar pertumbuhan belanja modal Grup pada semester I - 2024, yang meningkat 78% YoY menjadi USD79 juta.
“Pengeluaran ini mendukung kegiatan ramp-up di sejumlah site yang ada di Indonesia. Arus kas operasional meningkat 15% YoY, mencapai sekitar USD164 juta, didorong oleh peningkatan yang signifikan dalam efisiensi pengelolaan modal kerja. Arus kas bebas menurun karena investasi yang signifikan pada aset-aset seperti Sun Energy dan akuisisi strategis Atlantic Carbon Group, Inc (ACG) yang baru saja dirampungkan. Jika dinormalisasi dengan akuisisi ACG, arus kas bebas akan menjadi USD68 juta dibandingkan dengan negatif USD47 juta,” jelas Iwan.
Sementara itu, untuk kinerja produksi per Oktober 2024, Overburden removal tercatat sebesar 467,1 MBCM, turun sebesar 11% YoY yang diakibatkan oleh kondisi cuaca ekstrem yang terus berlanjut di Indonesia dan Australia.
Namun, berkat pemulihan setelah hujan yang lebih baik, Grup tetap berhasil menjaga produksi batu bara.
Adapun produksi batu bara mencapai 73,4 juta ton, naik 4% YoY. Jika dibandingkan dengan data bulan Oktober tahun lalu saja, produksi naik 8% YoY.
"Ke depannya, efek dari La Niña kemungkinan akan berlanjut hingga Maret 2025, yang dapat berdampak pada produksi. Namun, Grup tetap berkomitmen memenuhi target produksi 2024 dengan fokus pada keunggulan operasional,” terang Iwan.
Hot
No comment on record. Start new comment.