Intip Saham ANTM-BRMS saat Harga Emas Naik Lebih dari 1 Persen
IDXChannel – Saham emiten produsen emas kembali menghijau pada Rabu (11/12/2024) seiring kenaikan logam mulia acuannya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.14 WIB, saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) naik 1,08 persen, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) tumbuh 1,01 persen, dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) terapresiasi 0,80 persen.
Kemudian, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) mendaki 0,63 persen, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 0,62 persen, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menghijau 0,45 persen.
Sebelumnya, harga emas dunia kembali menguat untuk kali ketiga berturut-turut pada Selasa (10/12/2024), didorong oleh sentimen pemangkasan suku bunga dan pembelian aset aman (safe-haven) di tengah gejolak baru di Timur Tengah.
Berdasarkan data pasar, emas spot (XAU/USD) naik 1,26 persen ke level USD2.693,88 per troy ons.
Dalam sepekan, logam mulia tersebut terapresiasi 2 persen.
Dukungan bagi harga emas datang dari suku bunga yang lebih rendah, yang mengurangi biaya kepemilikan logam mulia tersebut.
Melansir dari MT Newswires, Selasa (10/12), Bank of Canada diperkirakan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada Rabu, disusul penurunan 25 basis poin oleh Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) pekan depan.
Pembelian safe-haven meningkat setelah kejatuhan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, seiring pasukan pemberontak merebut Damaskus dan memaksa Assad mencari suaka di Rusia.
Menurut analis senior di ActivTrades, Ricardo Evangelista, ketegangan geopolitik ini memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe-haven.
Bank sentral China (PBOC) juga, kata Evangelista, menambah dukungan pada emas dengan kembali membeli logam mulia tersebut setelah enam bulan berhenti.
Evangelista menambahkan, ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga AS akhir bulan ini semakin solid, meningkatkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang dirilis pada Rabu akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah harga emas selanjutnya.
Kenaikan harga konsumen dapat menekan emas, sementara angka yang lebih rendah dari perkiraan dapat mendukung harga.
Kenaikan harga emas ini terjadi meskipun dolar AS menguat, yang biasanya memberikan tekanan pada komoditas berdenominasi dolar. Indeks ICE dolar terakhir tercatat terkerek 0,3 poin menjadi 106,44.
Imbal hasil obligasi AS juga meningkat, dengan surat utang dua tahun terakhir menawarkan 4,162 persen, naik 3,1 basis poin, sementara imbal hasil surat utang 10 tahun bertambah 2,7 poin menjadi 4,23 persen.
Aksi Borong Bank Sentral China
Kenaikan emas juga terjadi setelah bank sentral China melanjutkan pembelian emasnya usai jeda enam bulan. Data yang dirilis akhir pekan menunjukkan cadangan emas People's Bank of China (PBOC) meningkat menjadi 72,96 juta ons pada akhir November, dari 72,80 juta pada Oktober.
Menurut analis XS.com, Samer Hasn, dikutip Dow Jones Newswires, Senin (9/12), kenaikan harga emas akibat pembelian China dapat mengimbangi berkurangnya permintaan aset aman dari berkurangnya ketegangan geopolitik Timur Tengah dan ekonomi AS yang kuat.
Ia menambahkan, kombinasi pembelian emas dan penurunan suku bunga global secara bertahap dapat menghidupkan kembali tren bullish harga emas.
Namun, premi risiko geopolitik yang sebelumnya mendukung harga emas mungkin menurun. Pasca jatuhnya rezim Assad di Suriah, Iran kini dinilai kurang mampu mengancam Israel.
Potensi Menuju Level USD3.000
Di sisi lain, menurut Bank of America (BoA), harga emas diperkirakan tetap berada di jalur menuju USD3.000 per troy ons pada tahun depan, meski investor perlu bersabar karena periode konsolidasi saat ini mungkin berlangsung hingga paruh pertama 2025.
"Untuk saat ini, emas masih terjebak dalam situasi di mana belum ada faktor konkret yang mampu mengembalikan minat investor ke pasar," ujar Kepala Riset Logam di BoA, Michael Widmer, dalam webinar 2025 Outlook pekan lalu.
Sementara itu, analis Citi Research memperkirakan prospek jangka panjang emas tetap kuat.
Dalam laporannya, dikutip Dow Jones Newswires, Selasa (10/12), bank asal AS ini menilai harga emas masih berpeluang naik, didukung oleh melemahnya pasar tenaga kerja AS, suku bunga tinggi yang membebani pertumbuhan ekonomi, serta meningkatnya permintaan terhadap ETF.
Selain itu, tema jangka panjang seperti meningkatnya tingkat utang global dan tren "de-dolarisasi" juga dinilai memberikan dukungan struktural bagi komoditas ini.
Citi mempertahankan pandangannya yang bullish terhadap emas, dengan target harga USD2.800 per troy ons dalam tiga bulan dan USD3.000 per troy ons dalam enam hingga 12 bulan mendatang. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.