Harga Minyak Dunia Lesu di 2024, Bagaimana dengan Prospek di 2025?
IDXChannel - Harga minyak mentah jenis Brent dan WTI melemah sepanjang tahun 2024, menunjukkan volatilitas yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi.
Menurut data pasar, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent turun 5,02 persen secara year to date (YtD) ke USD73,17 per barel dan minyak WTI merosot 2,16 sejak awal 2024 ke USD70,10 per barel hingga 24 Desember 2024.
Kebijakan produksi OPEC+ memainkan peran signifikan, di mana keputusan untuk mengurangi atau menambah pasokan sering kali menggerakkan harga minyak.
Pengurangan produksi oleh kelompok ini, misalnya, kerap memicu kenaikan harga karena pasokan yang lebih ketat di pasar global.
Selain itu, stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) menjadi indikator penting dalam menentukan ekspektasi pasar. Penurunan stok yang tidak terduga biasanya mendorong kenaikan harga karena mencerminkan pengetatan pasokan.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik, terutama konflik di kawasan penghasil minyak seperti Timur Tengah, menambah lapisan risiko terhadap gangguan pasokan, yang turut menggerakkan harga sepanjang 2024.
Data ekonomi global juga menjadi faktor krusial, terutama indikator dari negara-negara konsumen utama seperti China.
Data ekonomi yang lemah, seperti penurunan PMI, sering kali menekan harga karena kekhawatiran akan melemahnya permintaan.
Faktor lain yang memengaruhi adalah kondisi cuaca dan bencana alam, seperti kebakaran hutan di Alberta, yang dapat mengganggu produksi dan menyebabkan fluktuasi harga minyak di pasar internasional.
Tidak kalah penting, kebijakan moneter dan tingkat inflasi di negara-negara besar, khususnya Amerika Serikat (AS), memengaruhi nilai tukar dan daya beli, yang pada akhirnya berdampak pada harga komoditas termasuk minyak mentah.
Proyeksi 2025
Pasar minyak diperkirakan tetap kelebihan pasokan pada 2025, seiring pertumbuhan permintaan yang moderat dan meningkatnya produksi dari negara-negara non-OPEC+, seperti Amerika Serikat, Brasil, dan Guyana.
Menurut Oilprice.com, para analis memproyeksikan harga minyak Brent akan rata-rata di kisaran USD74 per barel tahun depan, turun dari USD80 per barel pada 2024.
Sementara, survei terbaru The Wall Street Journal menunjukkan harga rata-rata minyak Brent diperkirakan mencapai USD71,57 per barel pada 2025, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di USD74,44 per barel.
Di sisi lain, minyak West Texas Intermediate (WTI) diproyeksi rata-rata di USD67,44 per barel, turun dari perkiraan November sebesar USD69,67 per barel.
Faktor utama yang membebani prediksi ini adalah ketidakseimbangan pasokan dan permintaan, yang diperkirakan akan terus mendominasi pasar minyak global sepanjang tahun depan.
Pasar minyak menghadapi tantangan besar dengan kombinasi penguatan dolar, ketidakpastian permintaan global, dan pembatasan pasokan dari OPEC+.
"Pasar minyak berada di persimpangan," ujar analis di broker Pepperstone Quasar Elizundia.
Survei The Wall Street Journal, yang melibatkan bank besar seperti Goldman Sachs, JPMorgan, dan Morgan Stanley, memprediksi harga minyak Brent akan rata-rata di USD73,11 per barel pada kuartal I-2025, turun menjadi USD70,23 pada kuartal terakhir.
Minyak WTI diperkirakan turun dari USD69,10 menjadi USD66,14 dalam periode yang sama, dengan rata-rata harga pada 2026 diproyeksikan lebih rendah di USD66,21 untuk Brent dan USD61,96 untuk WTI.
Melambatnya pertumbuhan permintaan minyak global, terutama dari China, menjadi faktor utama.
Menurut ING, China kini hanya menyumbang 20 persen dari pertumbuhan permintaan global, jauh di bawah proyeksi sebelumnya lebih dari 50 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi, krisis sektor properti, dan adopsi kendaraan listrik yang menekan konsumsi minyak.
Ketakutan akan pasar yang kelebihan pasokan mendorong OPEC+ menunda beberapa kali rencana peningkatan produksi. Namun, menurut Badan Energi Internasional (IEA), pasar masih diprediksi mengalami surplus 950.000 barel per hari pada 2025.
Kebijakan suku bunga tinggi oleh Federal Reserve (The Fed) AS menambah ketidakpastian, karena penguatan dolar AS membuat komoditas seperti minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Para pengamat menilai arah harga minyak sangat tergantung pada kebijakan produksi OPEC+ ke depan.
Keputusan OPEC+ untuk menunda pengurangan produksi hingga April 2025 diperkirakan tidak cukup untuk mengimbangi surplus pasokan.
Bahkan, jika OPEC+ melanjutkan rencana pelonggaran pemotongan produksi, surplus diproyeksikan mencapai 1,4 juta barel per hari, menurut laporan Badan Energi Internasional (IEA).
Sementara itu, permintaan global hanya diperkirakan naik 1,1 juta barel per hari tahun depan, lebih rendah dari pasokan tambahan yang tersedia.
Namun, faktor lain seperti tarif dagang yang lebih ketat, penegakan sanksi oleh Presiden AS terpilih Donald Trump, serta gejolak politik di Timur Tengah, juga berpotensi memengaruhi pergerakan harga.
Lemahnya konsumsi dari China dan ketidakpastian ekonomi global turut membebani prospek harga minyak.
Ketidakpastian dan Surplus Pasokan Teka Harga
Menurut ahli komoditas Mitsubishi UFJ Financial Group, Ehsan Khoman dan Soojin Kim, pasar energi menghadapi ketidakpastian terbesar sejak pandemi.
Risiko geopolitik masih bisa mendukung harga minyak, kata mereka, tetapi lonjakan harga akibat peristiwa ini dipandang semakin kecil kemungkinannya.
JPMorgan mencatat bahwa kebijakan AS yang berpotensi menaikkan harga, seperti tekanan terhadap Iran dan Venezuela atau pembatasan ekspor minyak Rusia, kemungkinan akan menjadi prioritas kedua. Fokus utama presiden terpilih AS Donald Trump adalah menjaga harga energi tetap rendah.
Namun, tantangan terbesar datang dari surplus pasokan. JPMorgan memperkirakan kelebihan pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari pada 2025 dan 0,9 juta barel per hari pada 2026.
Produksi non-OPEC+ diprediksi melonjak 1,8 juta barel per hari tahun depan, didorong oleh proyek skala besar di Brasil, Guyana, Senegal, dan Norwegia. (Aldo Fernando)
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.