Note

Prospek Batu Bara 2025: Harga dan Permintaan dalam Tekanan Global

· Views 15
Prospek Batu Bara 2025: Harga dan Permintaan dalam Tekanan Global
Prospek Batu Bara 2025: Harga dan Permintaan dalam Tekanan Global. (Foto: Unsplash)

IDXChannel - Pasar batu bara di 2025 diperkirakan menghadapi tantangan besar, baik dari sisi harga maupun permintaan, seiring transisi energi global dan dinamika geopolitik. Analis dari berbagai sekuritas dan instansi memberikan pandangan beragam terhadap proyeksi sektor ini.

Sepanjang 2024, kontrak berjangka (futures) batu bara Newcastle turun 8,73 persen secara year to date (YtD) ke level USD125 per ton hingga Desember 2024.

Baca Juga:
Prospek Batu Bara 2025: Harga dan Permintaan dalam Tekanan Global Prospek Harga Minyak dan Batu Bara 2025 Diproyeksi Berlawanan

Harga batu bara Newcastle selama 2024 mengalami penurunan akibat beberapa faktor utama.

Penurunan permintaan global, terutama dari China yang menghadapi pelemahan ekonomi dan sektor manufaktur, serta Eropa yang beralih ke energi terbarukan, menjadi pendorong utama. Di India, komitmen untuk mengembangkan energi terbarukan juga mengurangi ketergantungan pada batu bara.

Baca Juga:
Prospek Batu Bara 2025: Harga dan Permintaan dalam Tekanan Global BUMI Targetkan Produksi Batu Bara 80 Juta Ton di 2025

Kelebihan pasokan akibat peningkatan produksi domestik di China memperburuk kondisi ini, sementara pelemahan aktivitas industri di AS dan Eropa mengurangi permintaan.

Proyeksi di 2025

Baca Juga:
Prospek Batu Bara 2025: Harga dan Permintaan dalam Tekanan Global Delta Dunia (DOID) Berencana Pangkas Separuh Pendapatan Batu Bara di 2028

RHB Sekuritas dalam riset pada 20 Desember 2024, menyatakan, meski harga batu bara acuan diperkirakan turun menjadi USD120 per ton pada 2025 (dibandingkan proyeksi 2024 sebesar USD135 per ton), margin perusahaan tambang masih cenderung bertahan defensif.

Permintaan batu bara global diperkirakan tetap stabil, terutama di luar China. Namun, pasokan dari alternatif energi seperti gas alam akan memberikan tekanan tambahan pada harga. Di sisi lain, produksi Indonesia diproyeksikan meningkat signifikan.

Pemerintah melalui RKAB 2024-2026 menargetkan produksi batu bara nasional di atas 950 juta ton per tahun, menjadikan pertumbuhan volume lebih menonjol dibandingkan negara lain yang produksinya diperkirakan tumbuh moderat.

Namun, tantangan lain muncul dari isu keberlanjutan. Program pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap yang berbasis batu bara mulai digalakkan, meski implementasinya belum masif.

RHB menambahkan bahwa inovasi seperti Carbon Capture and Storage (CCS) dapat membantu mengurangi dampak ESG terhadap permintaan jangka panjang.

Kemudian, OCBC Sekuritas dalam Market Outlook 2025 menyoroti transisi energi yang terus berkembang, terutama di China, India, dan negara maju.

Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA), permintaan batu bara global diperkirakan turun tipis sebesar 0,3 persen pada 2025.

Meski demikian, India dan negara-negara ASEAN diproyeksikan menjadi penopang utama kebutuhan batu bara.

Dari sisi pasokan, pemerintah Indonesia memprediksi produksi batu bara tetap stabil di sekitar 950 juta ton, sementara Australia berencana memangkas ekspor batu bara termal dan metalurgi pada 2025-2026.

Dengan suplai yang stagnan dan penurunan permintaan, kata OCBC Sekuritas, harga batu bara Newcastle diproyeksikan berkisar USD100-USD110 per ton, turun dari rata-rata harga tahun berjalan sebesar USD135,9 per ton.

Sementara itu, CGS International melihat ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur berpotensi menjaga harga batu bara tetap tinggi.

Ketergantungan Eropa pada gas Rusia, yang masih mencapai 18 persen dari total impor gas pada kuartal I-2024, menjadi salah satu faktor pendukung.

CGS menaikkan asumsi harga batu bara menjadi USD135 per ton untuk 2024 dan USD110 per ton untuk 2025, masing-masing naik 35 persen dan 47 persen dari estimasi sebelumnya.

Potensi meningkatnya permintaan batu bara impor dari China (jika terjadi gangguan tambang) dan melambatnya pertumbuhan pasokan batu bara dari Indonesia (penundaan persetujuan pemerintah dan/atau faktor cuaca) bisa menjadi katalis positif bagi sektor batu bara.

Namun, CGS tetap berhati-hati terhadap risiko kelebihan pasokan yang disebabkan oleh tingginya produksi di Indonesia dan China, serta percepatan pembangunan energi terbarukan di China.

Pandangan lainnya datang dari Ciptadana Sekuritas yang memaparkan, volatilitas harga batu bara diperkirakan mereda seiring dengan pemulihan ekonomi China yang mendorong permintaan energi.

Harga batu bara Newcastle rata-rata mencapai USD135,4 per ton sepanjang tahun berjalan.

Meski pengembangan energi terbarukan terus mengurangi konsumsi batu bara di beberapa wilayah, permintaan tetap kuat di negara-negara besar seperti China, India, dan Asia Tenggara. Di India, urbanisasi yang pesat dan pertumbuhan ekonomi menjadi motor utama peningkatan konsumsi batu bara.

Dari sisi kebijakan, pemerintah Indonesia memperkenalkan skema Mitra Instansi Pengelola (MIP) untuk mendukung perusahaan tambang dengan eksposur domestik tinggi, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Kebijakan ini diharapkan dapat menjembatani perbedaan harga batu bara domestik, yang saat ini dibatasi pada USD70 per ton, dengan harga ekspor.

Ciptadana memperkirakan, pasar batu bara global tetap stabil, didukung oleh meningkatnya kebutuhan pembangkit listrik di China dan India pada paruh kedua 2024 hingga tahun fiskal 2025 (FY25).

Permintaan ini juga diperkuat oleh lonjakan kebutuhan energi dari pusat data di seluruh dunia, terutama di kawasan Asia Tenggara.

Permintaan yang kuat ini diprediksi dapat meredam volatilitas harga batu bara dalam jangka pendek hingga menengah.

Analis Ciptadana memperkirakan harga batu bara akan tetap berada di atas USD100 per ton selama tiga tahun ke depan, dengan kisaran USD120-140 per ton untuk 2024-2025.

Sejalan dengan proyeksi tersebut, harga patokan batu bara untuk FY24-25 dipertahankan di level USD130 per ton. Untuk FY26, harga patokan sedikit lebih rendah, yakni USD110 per ton.

Untuk batu bara metalurgi, Ciptadana memproyeksikan, permintaan jangka panjang tetap stabil, meskipun harga saat ini turun menjadi USD217 per ton akibat margin negatif di industri baja China.

Pasokan diperkirakan menghadapi risiko gangguan cuaca, dengan kemungkinan kondisi La Niña mencapai 50-70 persen pada akhir 2024 hingga awal 2025. Meski demikian, permintaan metcoal akan didukung oleh ekspansi blast furnace di India dan China, menjaga harga di atas USD200 per ton untuk tiga tahun ke depan.

Secara keseluruhan, harga batu bara (terutama termal) pada 2025 diproyeksikan tetap di atas USD100 per ton, meskipun tekanan dari transisi energi dan peningkatan pasokan global akan terus membayangi.

Permintaan yang kuat dari negara-negara berkembang, khususnya India dan ASEAN, menjadi faktor penyeimbang dalam menjaga kestabilan pasar. (Aldo Fernando)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.