Saham Adaro Andalan (AADI) Lanjutkan Momentum Rebound, Naik 4 Persen
IDXChannel – Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) menjaga momentum pemulihan pada Senin (30/12/2024), yang terbentuk sejak pekan lalu.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.23 WIB, saham AADI meningkat 4,89 persen ke Rp8.575 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp100,13 miliar dan volume perdagangan 12,06 juta saham.
Dengan ini, saham AADI menguat 3 hari beruntun, sekaligus memutus tren pelemahan 5 hari berturut-turut sebelumnya.
Saham AADI sempat menyentuh level tertinggi (ATH) intraday di Rp11.375 per saham pada perdagangan 10 Desember 2024. Namun, sejak saat itu, pergerakan saham cenderung melemah.
Pada awal debutnya di bursa, saham AADI sempat melonjak tajam dan mencetak auto rejection atas (ARA) sebesar 20 persen selama tiga hari berturut-turut, yakni pada 5, 6, dan 9 Desember 2024.
“Kami bangga dengan masuknya AADI ke dalam ekosistem pasar modal, hal ini memacu perusahaan untuk tetap menjunjung tinggi profesionalisme, transparansi, akuntabilitas dan berkomitmen untuk menjalankan bisnis secara berkelanjutan,” kata Direktur Utama AADI, Julius Aslan di Gedung Bursa Efek Indonesia pada Kamis (5/12/2024) lalu.
AADI menjadi emiten ke-40 yang tercatat di tahun ini dan sangat diantisipasi oleh investor seiring proses pemisahan bisnis (spin-off) oleh PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (sebelumnya PT Adaro Energy Indonesia Tbk) alias ADRO.
Sebelumnya, AADI telah menyelesaikan proses initial public offering (IPO) pada 29 November hingga 3 Desember 2024 dengan harga Rp5.550 per saham.
Dalam IPO ini, perusahaan melepas 778,68 juta saham atau 10 persen dari total modal yang disetor, sehingga berpotensi meraih dana hingga Rp4,32 triliun.
Dana hasil IPO akan digunakan untuk tiga tujuan utama.
Pertama, sekitar 40 persen akan dialokasikan sebagai pinjaman kepada anak usaha, PT Maritim Barito Perkasa (MBP), untuk investasi dan kebutuhan korporasi.
Kedua, 15 persen akan digunakan untuk melunasi sebagian pinjaman kepada PT Adaro Indonesia (AI) berdasarkan perjanjian pinjaman pada 3 Mei 2024.
Sisanya akan digunakan untuk melunasi sebagian pinjaman pokok kepada ADRO berdasarkan perjanjian pinjaman pada 24 Juni 2024.
Menilik Prospek
Saham AADI mencuri perhatian sebagai IPO terbesar di IHSG tahun ini.
Selain peluang trading jangka pendek, menurut riset Stockbit Sekuritas pada 5 Desember 2024, AADI dinilai menarik untuk investasi jangka panjang berkat potensi imbal hasil dividen alias dividend yield yang mencapai sekitar 17 persen dari harga IPO.
Valuasi IPO AADI yang rendah, yakni 2,9 kali berdasarkan rasio price-to earnings (P/E) untuk tahun fiskal 2025 (FY25F), membuka peluang re-rating hingga 5x P/E atau Rp9.650 per saham (74 persen dari harga IPO).
Bahkan, kata analis Stockbit, jika mendekati rata-rata valuasi historis induknya, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), harga saham AADI bisa mencapai Rp13.525 per saham (+144 persen dari harga IPO).
Dengan asumsi dividend payout ratio (DPR) 50 persen, dividen AADI tahun 2025 diperkirakan mencapai Rp966 per saham.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan pemain besar lainnya, seperti PTBA dan ITMG, didukung stabilitas harga batu bara yang diproyeksikan bertahan di kisaran USD130 per ton pada 2025.
Sementara, menurut riset Sucor Sekuritas, terbit pada 2 Desember 2024, AADI memiliki prospek cerah sebagai salah satu pemain utama di sektor batu bara.
Cadangan 917 juta ton dan sumber daya 4,1 miliar ton memastikan kapasitas produksi hingga 80 tahun ke depan. Dengan margin industri tertinggi dan posisi kas mencapai USD1 miliar, AADI memiliki fleksibilitas untuk ekspansi.
AADI juga berpeluang masuk dalam MSCI Indonesia Index, didukung valuasi pasar yang dapat mencapai USD3 miliar dan free float 50 persen. Diversifikasi aset melalui tambang Kestrel di Australia dan PLTU berkapasitas 1.060 MW menambah pendapatan hingga USD115 juta per tahun mulai 2026.
Sucor memproyeksikan laba AADI pada 2025 mencapai USD888 juta, dengan valuasi premium Rp30.100 per saham, memiliki potensi naik (upside) 442 persen dari harga IPO Rp5.550. Tiga katalis utama adalah ketegangan geopolitik, potensi masuk MSCI, dan regulasi pendukung sektor energi.
Dengan PE hanya 2,3 kali proyeksi 2024, AADI dinilai undervalued dan berpotensi mengalami re-rating signifikan, didorong momentum positif di pasar batu bara.
AADI dinilai mampu mempertahankan daya saing meski prospek harga batu bara diperkirakan melemah dalam beberapa tahun mendatang.
Menurut riset analis CGS International (CGSI) Indonesia, yang terbit pada 19 Desember 2024, emiten batu bara termal dengan struktur biaya rendah ini mencatatkan margin kas tertinggi dibandingkan para pesaingnya, yakni mencapai 44 persen pada 2023.
AADI baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (IPO) pada 5 Desember lalu.
AADI, yang mengelola batu bara berkalori menengah (4.200-5.000 kcal per kg), mencatat rasio pengupasan (strip ratio) sebesar 4,5 kali—jauh di bawah rata-rata industri yang mencapai 10 kali. Hal ini, kata analis CGSI, menjadi kunci efisiensi biaya yang membuat AADI unggul, terutama saat harga batu bara melemah.
Namun, prospek ke depan menghadapi tantangan. CGSI memperkirakan harga batu bara akan turun menjadi USD110 per ton pada 2025 dan USD95 per ton pada 2026, dibandingkan proyeksi USD135 per ton tahun ini.
Akibatnya, pendapatan AADI diperkirakan menurun masing-masing 16 persen dan 11 persen pada 2025 dan 2026.
Dari sisi produksi, AADI diperkirakan mampu meningkatkan output hingga 68,3 juta ton pada 2026, naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, laba inti diproyeksikan turun menjadi USD756 juta pada 2025 dan USD645 juta pada 2026.
Untuk pembagian dividen, CGSI memperkirakan AADI menerapkan payout ratio 40 persen pada 2025-2026, menghasilkan imbal hasil dividen sekitar 5,9-7 persen, di bawah rata-rata industri sebesar 6-9,5 persen.
Dalam skenario optimistis, rasio pembayaran dividen bisa mencapai 55 persen, sedangkan skenario pesimistis menyebut potensi penurunan hingga 25 persen terkait kebutuhan belanja modal dan pelunasan utang.
Menyusul kenaikan harga saham 56 persen sejak IPO per 18 Desember 2024, CGSI memberikan rekomendasi hold (tahan) pada AADI dengan target harga Rp8.900 per saham berbasis diskonto arus kas (discounted cash flow/DCF).
Valuasi ini mengimplikasikan rasio harga terhadap laba (P/E) sebesar 5,9 kali untuk 2025, mendekati rata-rata industri.
Potensi kenaikan harga saham AADI terletak pada peningkatan harga batu bara dan dividen, sementara risiko penurunan mencakup realisasi harga batu bara yang lebih rendah serta pembagian dividen yang tidak sesuai ekspektasi. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.