Note

Harga Minyak Sawit (CPO) Turun Lebih dari 1 Persen

· Views 19
Harga Minyak Sawit (CPO) Turun Lebih dari 1 Persen
Harga Minyak Sawit (CPO) Turun Lebih dari 1 Persen. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) turun pada perdagangan yang minim transaksi menjelang akhir 2024, Senin (30/12/2024).

Berdasarkan data pasar, hingga pukul 16.18 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives merosot 1,47 persen ke level MYR4.556 per ton setelah reli pada hari sebelumnya.

Baca Juga:
Harga Minyak Sawit (CPO) Turun Lebih dari 1 Persen Nvidia Siap Luncurkan Teknologi Robot Humanoid Jetson Thor di Semester I-2025

Melansir dari Trading Economics, Senin (30/12), penurunan ini disebabkan oleh estimasi ekspor yang lebih rendah, di mana survei kargo mencatat penurunan pengiriman sebesar 1,1 persen hingga 4 persen pada periode 1-25 Desember dibandingkan periode yang sama di November.

Pelaku pasar juga berhati-hati menjelang rilis data PMI China, mengingat kekhawatiran atas pemulihan ekonomi negara tersebut yang masih belum merata.

Baca Juga:
Harga Minyak Sawit (CPO) Turun Lebih dari 1 Persen Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.142 per Dolar AS Jelang Libur Tahun Baru

Sentimen pasar turut tertekan oleh sedikit penurunan pembelian minyak sawit oleh India pada November, serta keputusan otoritas untuk memperpanjang penghentian perdagangan derivatif komoditas pertanian hingga 31 Januari guna meredam inflasi pangan.

Meski begitu, harga minyak sawit diperkirakan melonjak sekitar 24 persen sepanjang tahun ini, didukung oleh permintaan global yang terus meningkat di tengah stagnasi produksi di negara-negara produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia.

Baca Juga:
Harga Minyak Sawit (CPO) Turun Lebih dari 1 Persen KPEI Siapkan Beragam Rencana Strategi di 2025

Faktor-faktor seperti usia perkebunan yang menua, cuaca yang tidak menentu, dan keterbatasan ekspansi ke lahan perkebunan baru telah membatasi output, sehingga pasokan tetap ketat.

Proyeksi 2025

Melihat lebih jauh ke depan, RHB Sekuritas optimistis dengan prospek harga minyak kelapa sawit pada 2025, berkat faktor-faktor fundamental yang mendukung.

Produksi yang rendah di Indonesia (YTD-September: -4,6 persen YoY), peningkatan mandat biodiesel di Indonesia, serta terbatasnya pasokan minyak bunga matahari dan rapeseed di 2025, diperkirakan menciptakan defisit yang lebih nyata dalam pasokan minyak nabati global.

 Ini akan mendorong harga minyak nabati, dengan rasio stok/penggunaan untuk 17 jenis minyak nabati diperkirakan turun ke level terendah dalam 15 tahun sebesar 12,4 persen pada 2025, dibandingkan dengan rata-rata historis 13,6 persen.

RHB Sekuritas memperkirakan harga CPO untuk 2024 akan mencapai MYR4.100 per ton (sebelumnya MYR3.900), untuk 2025 menjadi MYR4.300 per ton (dari MYR3.800), dan untuk 2026 MYR4.100 per ton (dari MYR3.800).

Secara keseluruhan, harga diperkirakan tetap tinggi pada paruh pertama 2025, sebelum moderat pada paruh kedua tahun tersebut, dengan rentang harga MYR4.000-4.400 per ton saat puncak musim panen.

Sementara, Menurut OCBC Sekuritas, lonjakan harga CPO yang berlanjut pada 2025 akan didorong oleh implementasi kebijakan B40 pada Januari 2025, yang diperkirakan memperkuat permintaan minyak kelapa sawit dan mempertahankan harga di level tinggi.

Di sisi lain, Ciptadana Sekuritas memperkirakan harga CPO global akan stabil di rata-rata MYR4.500 per ton pada 2025, setelah mengalami penurunan menjadi MYR4.100 per ton pada 2024.

Hal ini diperkirakan dipicu oleh faktor-faktor seperti penurunan produksi CPO di awal 2025 akibat musiman, serta peningkatan permintaan menjelang dua festival besar di kuartal I-2025, yaitu Tahun Baru Imlek dan Idul Fitri, serta dimulainya implementasi B40.

Prediksi lainnya disampaikan oleh Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) dalam laporan yang dikutip New Straits Times (NST), yang memproyeksikan, harga CPO mengalami lonjakan di tahun 2025, dengan rentang harga antara MYR4.000 hingga MYR.000 per ton (USD899 hingga USD1.124), didorong oleh stagnasi produksi di pasar utama, terutama Indonesia dan Malaysia.

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal CPOPC, Nageeb Wahab, dalam wawancara dengan Bernama pada 6 Desember, permintaan global yang terus meningkat akan bertemu dengan produksi yang stagnan, yang kemungkinan besar akan menyebabkan kekurangan pasokan dan mendorong harga lebih tinggi.

Namun, harga saat ini yang berada di sekitar RM5.000 per ton, sebagian besar dipengaruhi oleh banjir yang melanda Malaysia, yang memperkuat sentimen pasar yang optimis.

Selain itu, stagnasi produksi akibat kebun kelapa sawit yang sudah tua, cuaca yang tidak menentu, dan terbatasnya ekspansi lahan perkebunan baru, diperkirakan semakin menekan pasokan global dan mendorong harga CPO lebih tinggi.

Kemudian, menurut MARC Ratings, pada 2025, harga CPO diprediksi akan naik rata-rata menjadi MYR4.600 per ton, dari perkiraan rata-rata MYR4.200 per ton pada tahun ini.

MARC Ratings, dalam laporan terbarunya, mencatat bahwa penurunan ekspor dari Indonesia, produsen minyak sawit terbesar dunia, serta keterbatasan pasokan global dan kondisi cuaca yang buruk di Malaysia, terus mempertahankan harga CPO di level tinggi sepanjang tahun ini.

Permintaan untuk minyak sawit, khususnya dalam produksi biodiesel, tetap kuat, didukung oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang menetapkan kadar campuran biodiesel akan meningkat dari 35 persen (B35) menjadi 40 persen (B40) pada 2025, dan direncanakan naik lagi menjadi 50 persen (B50) pada masa mendatang.

MARC juga mencatat bahwa banjir di beberapa negara bagian penghasil utama di Malaysia yang mengganggu produksi minyak sawit, diperkirakan berlanjut hingga kuartal I-2025.

Produksi biasanya mencapai puncaknya pada September atau Oktober, namun akan menurun pada kuartal pertama tahun berikutnya.

Kondisi cuaca diperkirakan kembali normal pada paruh kedua 2025, namun dampak positif penuh terhadap produksi kemungkinan baru akan terlihat pada 2026.

Di sisi permintaan, kebijakan mandatori biodiesel, konsumsi minyak nabati yang terus meningkat, serta faktor-faktor geopolitik yang memengaruhi pasokan minyak nabati pengganti, seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari, diperkirakan terus mendukung harga CPO.

Sementara itu, persaingan dengan minyak nabati pengganti seperti minyak kedelai dan bunga matahari diperkirakan terbatas karena adanya kendala pasokan yang dapat mendorong harga minyak nabati tersebut lebih tinggi.

Selain itu, konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung terus mengganggu pasokan minyak bunga matahari global, menjaga persediaan tetap ketat. Produksi minyak bunga matahari diperkirakan turun menjadi sekitar 20 juta ton pada 2025, dari 22,1 juta ton pada 2024. (Aldo Fernando)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.