Bursa Saham Asia Cenderung Melemah di Perdagangan Perdana 2025
IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung terkoreksi pada perdagangan perdana di Tahun Baru 2025, Kamis (2/1/2025).
Berdasarkan data pasar, hingga pukul 09.12 WIB, Shanghai Composite melemah 1,00 persen, Hang Seng Hong Kong turun 2,48 persen, CSI 300 China merosot 1,43 persen.
Indeks Manufaktur Caixin/S&P Global untuk Desember akan dirilis, dengan para ekonom memperkirakan aktivitas manufaktur mencapai 51,7, sedikit lebih tinggi dibandingkan 51,5 pada November, menurut data LSEG.
Demikian pula, indeks KOSPI Korea Selatan yang terdepresiasi 0,09 persen.
Berbeda, ASX 200 Australia menguat 0,32 persen dan STI Index Singapura naik 0,13 persen.
Pasar di Jepang masih tutup hingga Jumat (3/1/2025) besok.
Investor saham Asia memulai 2025 dengan sikap pesimistis, didorong oleh kekhawatiran terhadap janji presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menaikkan tarif dan risiko penguatan dolar.
Mayoritas dari 15 strategis dan manajer investasi yang disurvei Bloomberg pada akhir Desember 2024 memproyeksikan bahwa pasar saham Asia akan tertinggal dari Amerika Serikat setidaknya hingga kuartal I-2025.
Kebijakan "America First" Trump dinilai akan mendorong pertumbuhan dan inflasi di ekonomi terbesar dunia, memperkuat dolar, dan membatasi ruang gerak bank sentral untuk menurunkan suku bunga.
“Saham Asia kemungkinan akan menghadapi ketidakpastian akibat kebijakan baru pemerintahan Trump,” kata Strategi Pasar Global di Invesco Asset Management Jepang. Tomo Kinoshita.
“Saya tidak melihat valuasi akan membaik secara signifikan di kuartal pertama.”
Meski prospek Asia secara keseluruhan suram, sekitar separuh responden memperkirakan China akan tampil lebih baik dibandingkan negara-negara lain di kawasan ini berkat stimulus pemerintah.
Sebagian besar faktor negatif telah diperhitungkan, sementara valuasi saham tetap rendah meskipun ada rebound yang didorong oleh stimulus besar-besaran dari Beijing pada akhir September.
Sekitar sepertiga responden memprediksi Jepang akan kembali bersinar setelah Indeks Topix mencatat kenaikan hampir 18 persen pada 2024.
Kepala Portofolio Discretionary untuk Asia di Lombard Odier, Jack Siu, berpendapat, bursa saham Jepang dinilai menarik karena pertumbuhan laba korporasi dan “perbaikan struktural” ekonomi.
Mereka yang optimistis terhadap Jepang juga menyebutkan bahwa jalur kenaikan suku bunga bank sentral diperkirakan berjalan secara bertahap.
Menurut hampir 70 persen responden, risiko terbesar yang dihadapi Asia pada kuartal I-2025 adalah ancaman kenaikan tarif AS. Sisanya mengidentifikasi ketegangan geopolitik atau potensi stimulus China yang tidak memenuhi harapan.
Manulife Investment Management menyarankan investor untuk fokus pada perusahaan dengan arus kas dan neraca yang kuat, karena mereka lebih mampu menghadapi suku bunga tinggi yang berkepanjangan dan menyesuaikan diri dengan rezim tarif baru AS. (Aldo Fernando)
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.