Wall Street Kompak Ditutup Lesu di Sesi Awal Perdagangan 2025
IDXChannel - Bursa saham AS alias Wall Street jatuh pada perdagangan Kamis (2/1/2025) waktu setempat.
Mengutip Investing, Dow Jones Industrial Average turun 156 poin atau 0,36 persen ke 42.392, dan indeks S&P 500 turun 10 poin, atau 0,20 persen ke 5.869, sementara NASDAQ Composite turun 30 poin atau 0,18 persen ke 19.280.
Awal tahun yang penuh peringatan ini terjadi setelah NASDAQ Composite naik lebih dari 28 persen tahun lalu, yang paling diuntungkan oleh reli saham teknologi yang didorong oleh AI, S&P 500 naik 23 persen, dan Dow Jones Industrial Average naik hampir 13 persen.
Di sisi lain, model Atlanta Fed GDPNow telah merevisi estimasi pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal IV 2024. Model tersebut kini memprediksi tingkat pertumbuhan tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 2,6 persen, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,1 persen yang dibuat pada 24 Desember lalu.
Revisi tersebut diumumkan hari ini dan mengikuti rilis data terbaru dari Biro Sensus AS. Data ini telah menyebabkan penyesuaian ke bawah dalam prakiraan pertumbuhan investasi domestik swasta bruto riil kuartal IV. Estimasi telah direvisi dari pertumbuhan sebesar 1,3 persen menjadi kontraksi sebesar -0,7 persen.
Hal ini terjadi bersamaan dengan pertumbuhan manufaktur yang lebih lambat dari yang diproyeksikan dari China. Efek gabungan dari faktor-faktor ini tampaknya telah berkontribusi pada ekspektasi pertumbuhan yang lebih rendah untuk kuartal terakhir tahun 2024.
Model Atlanta Fed GDPNow memberikan estimasi berjalan dari pertumbuhan PDB riil pada kuartal saat ini.
Sementara itu, kebijakan ekonomi dan internasional Trump akan menjadi titik fokus terbesar di bulan mendatang saat ia mulai menjabat pada akhir Januari.
Trump telah berjanji untuk mengeluarkan kebijakan yang sebagian besar bersifat ekspansif tetapi juga telah menjanjikan tarif perdagangan yang besar terhadap mitra dagang utama AS seperti China, Kanada, dan Meksiko.
Ketidakpastian atas kebijakan Trump membuat investor bersikap hati-hati dalam beberapa minggu terakhir, yang memicu aksi ambil untung setelah reli awal di Wall Street sebagai respons atas kemenangan pemilihan Trump pada awal November.
Investor juga khawatir bahwa kebijakan Trump dapat membuat inflasi tetap tinggi dalam jangka panjang, yang akan mendorong lebih sedikit pemotongan suku bunga oleh The Fed.
Bank sentral baru-baru ini menandai laju pemotongan suku bunga yang lebih lambat pada tahun 2025, dengan alasan kekhawatiran atas inflasi yang sulit dan pasar tenaga kerja yang kuat.
Disisi lain, saham Tesla (NASDAQ:TSLA) turun lebih dari 6 persen setelah produsen EV melaporkan rekor pengiriman kendaraan pada kuartal IV, kata perusahaan itu pada hari Kamis. Namun, pengiriman berada di bawah ekspektasi konsensus.
Raksasa kendaraan listrik itu mengatakan pengirimannya pada kuartal tersebut mencapai 495.570, di bawah estimasi konsensus sebesar 512.277. Tesla juga memproduksi sekitar 459.000 kendaraan selama kuartal tersebut.
Apple (NASDAQ:AAPL) menawarkan diskon untuk model iPhone terbarunya di China, sebuah langkah langka yang menunjukkan meningkatnya persaingan dari para pesaing domestik di pasar telepon pintar terbesar di dunia. Akibatnya, saham turun hampir 3 persen pada Kamis.
Apple bergulat dengan penurunan pangsa pasar di pasar China yang penting, dengan persaingan dari produsen lokal menjadi lebih ketat.
Harga minyak mentah naik pada Kamis, dibantu oleh penurunan persediaan minyak AS, sementara para pedagang dengan hati-hati mengamati pemulihan ekonomi di China, importir terbesar di dunia.
Pada pukul 16:00 ET, minyak mentah berjangka AS (WTI) naik 1,9 persen menjadi USD73,11 per barel, sementara kontrak Brent naik 1,7 persen menjadi USD75,89 per barel.
Sebelumnya Xi Jinping mengatakan pada hari Selasa dalam pidato Tahun Barunya bahwa negara Tirai Bambu itu akan menerapkan kebijakan yang lebih proaktif untuk mendorong pertumbuhan pada tahun 2025.
Aktivitas pabrik China tumbuh pada bulan Desember, menurut survei sektor swasta Caixin/S&P Global pada hari Kamis, tetapi pada kecepatan yang lebih lambat dari yang diharapkan.
Hal ini menggemakan survei resmi hari Selasa, dan menunjukkan stimulus kebijakan secara bertahap menetes ke ekonomi terbesar kedua di dunia.
American Petroleum Institute melaporkan pada hari Selasa bahwa persediaan minyak AS turun sebesar 1,4 juta barel minggu lalu.
Data resmi dari Energy Information Administration akan dirilis pada hari Kamis, dan penurunan persediaan minyak AS cenderung menunjukkan peningkatan permintaan minyak mentah.
(kunthi fahmar sandy)
Reprinted from Idxchannel,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.