Note

Mengintip Panggung Saham Konglomerat di 2025, Pesta Akan Berlanjut?

· Views 13
Mengintip Panggung Saham Konglomerat di 2025, Pesta Akan Berlanjut?
Mengintip Panggung Saham Konglomerat di 2025, Pesta Akan Berlanjut? (Foto: Freepik)

IDXChannel – Pasar saham Indonesia terus menjadi ajang pembuktian bagi konglomerat besar. Lonjakan harga saham sejumlah emiten dari Grup Mayapada, Sinarmas, hingga Barito, mencuri perhatian investor berkat aksi korporasi strategis.

Pertanyaannya, apakah dominasi ini akan berlanjut di 2025, atau mulai kehilangan momentumnya?

Baca Juga:
Mengintip Panggung Saham Konglomerat di 2025, Pesta Akan Berlanjut? Deretan Saham Konglomerat Fenomenal di 2024, Aguan hingga Prajogo Pangestu

Sejumlah konglomerat besar mencatatkan pencapaian gemilang di pasar saham Indonesia sepanjang 2024, didorong oleh berbagai aksi korporasi strategis yang menarik perhatian investor.

Sebut saja, saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) dari Grup Lippo memimpin kenaikan dengan lonjakan 1.078,34 persen hingga akhir 2024. Kinerja MLPT ini dikaitkan dengan sentimen positif atas penjualan sebagian saham pengelola RS Siloam (SILO) oleh Lippo Karawaci (LPKR).

Baca Juga:
Mengintip Panggung Saham Konglomerat di 2025, Pesta Akan Berlanjut? Respons Positif Investor Jadi Alasan Keluarga Menaro Jual Lagi Saham KARW

Saham Mayapada Hospital (SRAJ) juga melesat 686,67 persen setelah menerima investasi strategis dari Bain Capital sebesar USD157 juta. Kehadiran investor asal AS ini memperkuat posisi SRAJ dan meningkatkan optimisme terhadap sektor kesehatan.

Sementara itu, emiten milik Happy Hapsoro, PT Singaraja Putra Tbk (SINI), mencatat kenaikan 471,43 persen, didorong oleh kontrak tambang batu bara senilai Rp12 triliun yang dikelola anak usahanya. Emiten lain, seperti PT Rukun Raharja Tbk (RAJA), naik 92,91 persen berkat rencana ekspansi dan IPO anak usaha.

Baca Juga:
Mengintip Panggung Saham Konglomerat di 2025, Pesta Akan Berlanjut? IHSG Hari Ini Diprediksi Sulit Uptrend, Cek Empat Saham Berikut

Dari sektor pertambangan, saham PT Petrosea Tbk (PTRO) milik Prajogo Pangestu melonjak 426,19 persen. Perolehan kontrak besar, penerbitan obligasi senilai Rp1,5 triliun, dan rencana stock split menjadi motor penggerak utama.

Emiten lain dalam Grup Barito, seperti TPIA dan BREN, juga mencatat pertumbuhan masing-masing 43 persen dan 24 persen.

Grup Sinarmas turut bersinar, dengan saham DSSA naik 362,50 persen dan GEMS 83,19 persen. Sementara itu, PT Pantai Indah Kapuk Dua (PANI) milik Aguan bersama Grup Salim mencatatkan kenaikan 227 persen setelah private placement senilai Rp6,5 triliun.

Aksi korporasi serupa juga terjadi pada emiten milik konglomerat lain, seperti BRMS milik Grup Bakrie dan Grup Salim yang naik 104 persen usai menemukan cadangan emas baru, serta KPIG dari Grup MNC yang melonjak 140 persen berkat divestasi aset.

Tren ini mencerminkan dominasi konglomerat besar dalam memanfaatkan peluang investasi. Dengan strategi berkelanjutan, prospek saham mereka pada 2025 masih menjanjikan, meski tantangan tetap mengintai di tengah dinamika pasar global. (Lihat tabel di bawah ini.)

Mengintip Panggung Saham Konglomerat di 2025, Pesta Akan Berlanjut?

Era Konglo Berlanjut?

Kinerja saham grup konglomerat diproyeksikan terus menguat pada 2025.

Berdasarkan riset BRI Danareksa, kapitalisasi pasar (market cap) sembilan grup usaha besar di Indonesia—yakni, Adaro, Agung Sedayu/Artha Graha, Astra, Bakrie, Bakrie-Salim, Barito, Panin, Salim, dan Sinarmas—melonjak 196 persen selama 2022-2024 menjadi USD 277 miliar.

Angka ini kini mencakup 36 persen kapitalisasi pasar IHSG, naik signifikan dibandingkan 15 persen pada 2022.

Pertumbuhan ini mencerminkan tren penguatan konglomerasi di Indonesia, meski pertumbuhan laba per saham (EPS) secara keseluruhan masih terbatas.

Untuk konteks regional, kontribusi grup usaha terhadap kapitalisasi pasar di Indonesia masih di bawah Filipina yang mencapai 69 persen, tetapi cukup bersaing dengan Thailand (30 persen) dan Malaysia (48 persen).

BRI Danareksa mencatat, konglomerasi memiliki akses pembiayaan yang kuat dan berpotensi melakukan aksi korporasi seperti merger dan akuisisi (M&A) ke depan.

“Pendekatan umum dari kapitalisasi pasar konglomerasi dan likuiditas sahamnya (di luar inklusi indeks) adalah akses terhadap pembiayaan dan aktivitas merger serta akuisisi (M&A),” kata analis BRI Danareksa.

“Kami memperkirakan lebih banyak aksi korporasi konglomerasi akan terus berlangsung pada tahun fiskal 2025,” ujar analis BRI Danareksa.

Sementara, pengamat pasar modal Michael Yeoh mengatakan, saham-saham konglomerat sering menjadi primadona ketika pasar modal mengalami kejenuhan.

Hal ini dikarenakan sebagian besar pemegang sahamnya adalah pemilik perusahaan, serta aksi korporasi yang dilakukan sering menjadi alasan bagi investor untuk berinvestasi.

Michael menjelaskan, Grup Barito banyak melakukan aksi korporasi di 2024, mulai dari pencatatan saham di bursa, stock split, akuisisi blok minyak, hingga rumor masuknya BREN ke indeks asing.

Sementara itu, dari Grup Salim, investor menantikan langkah-langkah baru beberapa emiten di bawah kepemimpinan Anthoni Salim.

Beberapa aksi korporasi yang tengah disorot antara lain rencana kuasi reorganisasi BUMI, konversi obligasi DEWA, serta penemuan cadangan emas terbaru oleh BRMS.

“Sementara, Aguan memiliki banyak target baru untuk PANI dan IPO anak perusahaannya,” kata Michael kepada IDXChannel.com pada 5 Desember 2024.

Namun, ujarnya, saham konglomerat yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks cukup terbatas, karena terkait dengan bobot atau weighting.

“Nama paling besar tentunya ada di BREN [milik Prajogo Pangestu]. Sementara, dari sektor tambang, bobot masih terlalu kecil untuk memengaruhi pergerakan indeks.”

Pandangan lainnya datang dari Founder WH Project William Hartanto yang berpendapat, saham-saham konglomerat masih berpotensi membukukan performa positif di 2025, meskipun peluangnya mulai terbatas.

“Masih bisa. Tapi, penilaian saya, sepertinya [saham konglomerat] akan mulai jenuh beli,” ujar William saat dihubungi IDXChannel.com pada 5 Desember 2024. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.