USD/IDR Melonjak Lagi ke Atas 16.300 karena Ancaman Tarif Trump dan Sikap Hawkish The Fed
- USD/IDR berhasil melanjutkan kenaikannya di atas 16.300, Rupiah Indonesia kehilangan 47 poin melawan Dolar AS.
- PDB AS Kuartal 4 tumbuh lebih rendah ke 2,3%, Klaim Tunjangan Pengangguran AS lebih baik di 207.000.
- Data Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE) AS akan dicermati di sesi Amerika malam ini.
Pasangan mata uang USD/IDR kembali melonjak di atas di 16.300, di pertengahan perdagangan di sesi Asia atau kini melemah 47 poin dari harga pembukaannya pada 16.273, yang sejauh ini tengah diperdagangkan di 16.320. Hal ini disebabkan setelah Dolar AS mendapatkan dukungan dari imbal hasil obligasi Treasury AS yang meningkat karena adanya spekulasi bahwa inflasi di AS bisa meningkat karena kebijakan proteksionis Trump bersama dengan pandangan hawkish Federal Reserve (The Fed).
Dalam pernyataan terpisah di X (sebelumnya Twitter), Trump juga menegaskan kembali ancamannya untuk mengenakan tarif 100% pada negara-negara BRICS jika mereka mencoba memperkenalkan mata uang alternatif untuk menantang Dolar AS dalam perdagangan internasional.
Para pejabat Federal Reserve (The Fed) tetap berhati-hati dalam menjaga ekspektasi inflasi agar stabil. Berdasarkan proyeksi mereka pada bulan Desember, inflasi inti (core inflation) diprakirakan akan menurun menjadi 2% pada akhir tahun, di bawah 2,8%, dan akan terus berlanjut selama dua tahun ke depan. Hal ini terjadi meskipun aktivitas ekonomi yang kuat dan penurunan yang minimal dalam tingkat pengangguran dan kapasitas produksi pabrik.
Amerika Serikat (AS) merilis estimasi pertama Produk Domestik Bruto (PDB) untuk Kuartal 4, yang menunjukkan bahwa ekonomi AS tumbuh sebesar 2,3% secara tahunan selama tiga bulan hingga Desember. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar yang sebesar 2,6% dan juga lebih rendah dari pertumbuhan 3,1% pada Kuartal sebelumnya. Data ini menunjukkan bahwa inflasi di AS tetap terkendali dan tidak menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang signifikan.
Selain itu, Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE) Inti naik sebesar 2,5% secara triwulanan, sesuai dengan konsensus pasar. Di samping itu, data Klaim Tunjangan Pengangguran Awal untuk minggu yang berakhir pada tanggal 24 Januari menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja di AS tetap kuat dengan mengalami perbaikan yang tidak terduga, yaitu turun menjadi 207.000 dari sebelumnya 223.000.
Dolar AS yang diukur oleh Indeks Dolar AS (DXY) terhadap enam mata uang utama lainnya menguat ke 108,18. Kurs Rupiah pada hari ini diprakirakan akan bergerak di kisaran yang lebih tinggi di 16.200-Rp16.350 per Dolar AS, seperti yang diungkapkan oleh Analis Mata Uang Doo Financial Futures Lukman Leong di beberapa media lokal.
Bank Indonesia (BI) menyebutkan dalam laporan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) bahwa nilai tukar Rupiah tetap terkendali di tengah ketidakpastian global yang tinggi, didukung oleh kebijakan stabilisasi BI. Hingga tanggal 23 Januari 2025, nilai tukar Rupiah melemah sebesar 1,14% secara year-to-date (ytd) dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun sebelumnya. Pelemahan ini relatif sejalan dengan pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara regional lainnya. Namun, Rupiah mengalami penguatan terhadap mata uang negara-negara maju di luar Dolar AS, serta stabil terhadap mata uang negara-negara berkembang.
Malam ini di sesi Amerika, para pedagang akan mengawasi data Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE) untuk bulan Desember, Pendapatan dan Belanja Pribadi, Indeks Manajer Pembelian (IMP) Chicago, dan pidato dari Gubernur The Fed Michelle Bowman.
Indikator Ekonomi
Belanja Konsumsi Perorangan - Indeks Harga (Thn/Thn)
Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE), yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi AS pada basis bulanan, mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen di Amerika Serikat (AS). Pembacaan YoY membandingkan harga pada bulan referensi dengan tahun sebelumnya. Perubahan harga dapat menyebabkan konsumen beralih dari membeli satu barang ke barang lain dan Deflator PCE dapat memperhitungkan substitusi tersebut. Hal ini menjadikannya ukuran inflasi yang disukai oleh Federal Reserve. Umumnya, pembacaan yang tinggi adalah bullish bagi Dolar AS (USD), sedangkan pembacaan yang rendah adalah bearish.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Jum Jan 31, 2025 13:30 GMT (20:30 WIB)
Frekuensi: Bulanan
Konsensus: 2,6%
Sebelumnya: 2,4%
Sumber: US Bureau of Economic Analysis
Reprinted from FXStreet_id,the copyright all reserved by the original author.
Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.
FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com
Hot
No comment on record. Start new comment.