Note

Saham Perbankan Utama Terkoreksi saat IHSG Merah

· Views 30
Saham Perbankan Utama Terkoreksi saat IHSG Merah
Saham Perbankan Utama Terkoreksi saat IHSG Merah. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham emiten perbankan utama melemah pada Kamis (13/2/2025), melanjutkan tren penurunan beberapa waktu belakangan.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga penutupan sesi I, saham bank pelat merah, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) turun 1,40 persen dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terkoreksi 1,24 persen.

Baca Juga:
Saham Perbankan Utama Terkoreksi saat IHSG Merah Selain Ganti Dirut, BCA (BBCA) Juga Bakal Bagi Dividen

Kemudian, saham bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terdepresiasi 1,37 persen.

Berbeda, saham bank BUMN lainnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) stagnan di Rp4.940 per saham.

Baca Juga:
Saham Perbankan Utama Terkoreksi saat IHSG Merah Hassana Boga (NAYZ) Perkuat Sistem Distribusi di 2.000 Outlet

Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot 0,90 persen ke 6.585,74.

Sebanyak 307 saham turun, 259 saham naik, dan 389 stagnan.

Baca Juga:
Saham Perbankan Utama Terkoreksi saat IHSG Merah Saham Telkom Bangkit, Bagaimana Prospeknya?

Pelemahan IHSG terjadi saat bursa Asia menguat pada Kamis, seiring investor mengabaikan data inflasi AS dan bertaruh pada berakhirnya perang di Ukraina setelah Trump melakukan panggilan terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Secara umum, pasar keuangan dalam negeri juga masih dipengaruhi kabar Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memperingatkan akan mengenakan tarif tambahan, termasuk pada baja dan aluminium, yang bisa memicu perang dagang berkelanjutan.

Langkah ini berpotensi mendorong inflasi dan membatasi ruang bagi penurunan suku bunga lebih lanjut.

"Dengan pasar kini dipaksa menebak-nebak langkah Presiden Trump terkait kebijakan perdagangan selanjutnya, ketidakpastian kebijakan perdagangan AS telah mencapai level tertinggi dalam 40 tahun, kecuali pada musim panas 2019 saat perang dagang AS-China berada di puncaknya," ujar ahli strategi multi-aset di Robeco, Peter van der Welle.

Welle melanjutkan, “kami memperkirakan volatilitas pasar akan tetap tinggi dalam jangka pendek, mencerminkan risiko signifikan dari potensi pengumuman kebijakan perdagangan berdampak besar terhadap China, Eropa, dan/atau Jepang.”

Prospek Perbankan

Sektor perbankan diperkirakan menghadapi tekanan sepanjang 2025. Sucor Sekuritas menurunkan proyeksi laba sektor ini akibat ketatnya likuiditas, meningkatnya biaya dana, serta risiko kredit yang kian tinggi.

Tekanan ini berpotensi menekan profitabilitas dan menjaga return on equity (ROE) tetap dalam tekanan.

Sucor Sekuritas, dalam riset terbarunya, Kamis (7/2/2025), memperkirakan pertumbuhan laba sektor perbankan hanya sebesar 2,2 persen di 2025, dengan pertumbuhan kredit melambat ke 9 persen.

Selain itu, net interest margin (NIM) diprediksi akan terus tergerus seiring kenaikan biaya kredit sebesar 15 basis poin.

Ketatnya Likuiditas
Persaingan perbankan dalam menghimpun dana kian ketat, terutama pada deposito berjangka dan giro.

Bank-bank pelat merah mulai menaikkan suku bunga dana demi mengamankan likuiditas, dengan rasio loan-to-deposit (LDR) BMRI dan BBNI telah melampaui 95 persen.

Pada Oktober 2024, rasio aset likuid perbankan turun tajam ke 11,3 persen, jauh di bawah rata-rata sebelum pandemi yang mencapai 17 persen. Situasi ini mengindikasikan biaya dana yang tinggi akan bertahan lebih lama dan terus membebani margin bank.

“Dengan kondisi likuiditas yang semakin ketat dan persaingan memperebutkan dana pihak ketiga (DPK) yang semakin intens, biaya dana kemungkinan tetap tinggi, memperpanjang tekanan margin di seluruh sektor,” kata analis Sucor.

Risiko Kredit Meningkat
Setelah periode panjang dengan pencadangan rendah, biaya kredit diprediksi meningkat seiring potensi pelemahan kualitas aset.

Kredit korporasi dan UMKM masih bertahan, namun kredit konsumsi mulai menunjukkan kenaikan non-performing loan (NPL).

Jika nilai tukar rupiah terus melemah dan tekanan konsumsi berkepanjangan, dampaknya bisa meluas ke segmen kredit wholesale. Cadangan kerugian kredit (LLR) lima bank terbesar telah menyusut dari puncaknya pada 2022, sehingga bank kemungkinan harus memperkuat pencadangan yang dapat semakin menekan laba. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.